Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Ketenangan Setelah Sekian Lama
...🌼...
...•...
...•...
“Loh, si Andre mana?” Sonia mencari-cari keberadaan Andre yang merupakan karyawan laki-lakinya, dia sangat jago dalam membuat kue-kue di toko itu.
“Udah pulang kali,” jawab Sean.
“Nggak mungkin, masa iya pulang nggak pamit dulu, ntar kalo aku kunci toko dan dia masih di dalam kan repot,” sahut Sonia sambil mencari keberadaan Andre.
“Andre, kamu di mana?” panggil Sonia sedangkan Sean keluar untuk melihat kendaraan Andre apakah masih ada atau tidak.
“Itu motornya masih ada,” gumam Sean.
“Ya Allah Andreee, ngapain kamu tidur di sini?” Sonia kaget melihat Andre yang tertidur di atas sajadah. Andre mengusap matanya dan menguap, dia terlihat begitu lelah dengan mata merah habis bangun tidur.
“Maaf Kak, aku capek banget tadi, ashar pun juga udah telat karena ngejar pesanan pelanggan,” jawab Andre dengan suara serak habis bangun tidur.
“Kamu ini ada-ada aja sih, ya udah sana pulang, yang lain udah pada pulang loh.”
“Iya Kak, maaf ya Kak, hari pertama kerja udah tidur.” Andre hanya bisa nyengir.
“Nggak papa kok, lagian dari tadi yang banyak kerja kan juga kamu.”
“Jangan pecat saya ya.” Lagi-lagi dia nyengir yang membuat Sonia tertawa.
“Yang mau mecat kamu itu siapa? Udah sana pulang, sambung aja tidurnya di rumah, lebih enak.” Andre melenggang pergi setelah melipat sajadahnya, di toko Sonia ada mushalla jadi karyawan bebas mau ibadah, tidak perlu pergi jauh-jauh, juga ada ruang khusus istirahat karyawannya. Sean sudah merancang semuanya agar karyawan di toko istrinya nyaman dan betah.
“Lah kamu, ke mana aja?” tanya Sean pada Andre saat berpapasan.
“Ketiduran, Pak.”
“Istri saya panik nyariin kamu.”
“Hehe maaf Pak, abis tadi tokonya rame, nggak ada istirahat, pas udah sepi dan stok kue masih banyak, ya saya tidur Pak,” celetuk Andre yang membuat Sean tersenyum.
“Sana pulang, teman-temanmu udah pada pulang, untung aja kamu nggak saya kunciin tadi.”
“Iya Pak, kalau begitu saya pamit dulu, permisi.”
Sonia mendekati Sean yang sudah menunggunya untuk pulang.
“Ada-ada aja karyawan kamu.”
“Haha dia ketiduran di atas sajadah tau nggak, saking lelahnya, kan yang masak kue-kuenya cuma kami berdua, aku sama Andre. Kebetulan pembeli banyak ya kami berdua jadi keteteran. Dia itu hebat tau, dia ngajarin resep-resep kue baru sama aku. Kamu nemu dia di mana sih?” tanya Sonia karena memang Sean yang memasukkan Andre ke toko Sonia.
“Dia itu anak jalanan sebenarnya Sayang, dia ngelamar kerja di kantor dan jadi tukang kebun, di perusahaan nggak ada juga posisi yang cocok buat dia, soalnya dia nggak punya ijazah,” jawab Sean.
“Terus?”
Mereka ngobrol sambil menutup toko dan berjalan ke mobil.
“Waktu aku ada meeting, kami memesan kue ternyata kue yang datang hancur, kesalahan pengirimnya sih. Nah, dia nawarin diri untuk bikin kue simple gitu, aku terima dan pas dicicipi, ternyata enak banget. Makanya aku suruh dia buat kerja di toko kue kamu, jadi bakatnya nggak terbuang sia-sia.”
“Baik banget suami aku,” puji Sonia sambil mencolek dagu Sean yang membuat Sean tersenyum, Sean mengacak rambut istrinya dengan gemas.
“Mau martabak nggak?” tawar Sean pada Sonia.
“Mau dong, tapi beliin ya.”
“Kamu dong yang beliin aku, secara ini kan pendapatan pertama kamu di toko dan toko juga rame kan, ya nggak papa dong sekali-kali traktir suami jajan,” canda Sean sambil tertawa.
Sonia menyipitkan mata dan mendekatkan wajahnya pada Sean yang saat ini sedang mengemudikan mobil.
“Sejak kapan kamu belajar malak orang?” selidik Sonia, Sean langsung mencium singkat bibir mungil itu dan Sonia sontak menjauhkan wajahnya.
“Uangku banyak, ngapain malak orang.”
“Uang kamu banyak kan, ya udah kamu berati yang traktir aku.”
“Pelit banget jadi manusia.”
“Ya biarin, nanti kalo kamu beliin aku martabak, aku bakalan beliin kamu aqua gelas.”
“Hah?” Sean mendelikkan matanya.
“Buat apaan itu aqua gelas, sekarang juga kalo mau beli minuman udah ada botolan, yang kemasan gelas nggak bakalan hilangin dahaga.”
“Buat apaan? Ya buat minumlah, kalo makan martabak nggak ada air, ntar keselek gimana? Ya bisa mati kita. Kalo botolan mahal, mending kemasan gelas, cuma 500 perak doang.”
“Pelit banget ini manusia Ya Allah.” Sean dan Sonia langsung tertawa lepas, mereka begitu konyol sekarang.
“Itu tu tu, martabak mini abang tu enak banget,” tunjuk Sonia, itu memang langganan Sean jika membelikan martabak untuk istrinya. Sean melipirkan mobil, dengan tidak sabarnya Sonia keluar, dia langsung menghampiri tukang martabak itu dengan sumringah.
Sean hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Sonia yang seperti bocah baru dikasih jajan.
Sean mendekati Sonia. “Mau rasa apa?” tanya Sean ketika melihat Sonia sedang melihat daftar menu.
“Hm mau rasa cokelat campur vanila, trus cokelat campur strawberry, trus strawberry campur vanila, trus cokelat keju, truss...”
“Bang, pesan semua rasa lengkap.” Sean langsung memesan karena pusing mendengar pesanan istrinya, Sonia memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“Bikin pusing yang jual aja kamu, masa pesannya begitu.” Sean mengusap lembut rambut panjang itu.
“Kalo aku pesannya satu-satu, kamu nggak bakalan pesan semuanya kan tadi, aku sengaja bikin kamu pusing biar kamu pesan semua rasa dan aku puas makannya.”
“Picik banget ini anak orang.”
“Haha.”
...***...
“Aku keluar dulu ya, mau nitip nggak?” pamit Sean pada Sonia yang baru saja menunaikan shalat isya.
“Mau ke mana?”
“Keluar sebentar ada perlu.”
“Oh oke, aku nitip mie ayam spesial Solaria aja ya, lagi pengen.”
“Oke, aku jalan dulu.” Sean mengecup kening sonia lalu pergi. Sonia melipat sajadahnya dan tiduran sambil memainkan ponsel, dia membuka instagram dan melihat berbagai postingan yang dia suka. Ternyata ada DM yang masuk dari Fian.
[Gimana kabar kamu?] Fian.
[Baik. Selama aku sama Sean, kamu nggak pernah datang ke sini ataupun nanyain kabarnya aku] Sonia.
[Takut sama singa di rumah kamu Son, nanti dia malah ngereog] Fian.
Sonia tertawa mendapat balasan seperti itu dari Fian, dia dan Fian dulu cukup dekat, semenjak kejadian lima tahun yang lalu antara dirinya, Nila, Endro dan Fian, mereka tidak pernah bertemu lagi. Endro dan Fian juga tidak pernah mampir atau bertemu dengan mereka semenjak menikah.
[Ya udah sini, dia nggak ada di rumah, lagi keluar] Sonia.
[Ntar nyampe sana masakin indomie telur ya, seperti biasa] Fian.
[Oke siap] Sonia.
Sonia menunggu kedatangan adik iparnya itu, dia menghubungi Sean terlebih dahulu untuk memberitahu kalau Fian akan datang karena bagaimana pun Sean juga pasti sangat merindukan adiknya. Sean dengan cepat mengangkat panggilan dari Sonia.
Sonia mengerinyitkan dahi saat mendengar ada suara orang merintih kesakitan di seberang sana.