Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Analisa Nindya
Naresh beneran datang menjemput, bahkan jam sembilan lewat sepuluh menit, dia udah nyampe. Dan sedang dijamu dengan sangat ramah oleh orang tuanya.
Mam, dad.....! Kalian lupa, dia itu laki laki yang hampir mer uda paksa anak cantikmu ini, batin Nathalia mengomel.
"Tuh, Nathalia udah rapi banget. Kok, tau kamu dijemputnya bakalan cepat. Kalian udah janjian?" tanya maminya heboh.
Nathalia ngga menjawab, dia melirik kembarannya yang malah tersenyum senang karena ngga jadi menemaninya pergi.
Bukan salah Adelia, tapi salah Naresh yang sudah keburu datang.
Kok, bisa dia tau kalo dia sengaja mau pergi lebih cepat dari jadwal yang sudah disepakati Naresh bersama orang tuanya.
Padahal dia sudah janjian dengan Adelia. Adelia yang berada di sampingnya tersenyum lebar.
Lega rasanya, batin Adelia. Mereka yang awalnya akan pamit malah kaget karena melihat Naresh sudah datang.
Resh, kamu kayak cenayang aja, ejek Adelia.
Naresh menyesap kopinya dengan tenang, begitu juga Fathan.
"Aku naek dulu ke kamar, Thal. Kan, udah ada Naresh," pamit Adelia tanpa peduli dengan tatap penuh peringatan dari Nathalia.
"Ya, ya. Biar Nathalia sama Naresh saja. Nathal, antarkan Naresh ke butik Haykal. Mereka mau pastikan ukuran jas Naresh."
Nathalia masih belum menyahut dengan bantahan, maminya sudah berkata lagi.
"Kamu juga perlu ukur lagi, ngga, pinggangnya?" tanya maminya sambil menatap pinggang Nathalia. Mata maminya seakan bisa menembus dress longgarnya. Sebagai mantan model, maminya cukup kritis jika putri putrinya bertubuh sedikit lebih gendut dari seharusnya.
"Kayaknya perlu, deh, mam." Adelia yang malah menyahut. Nathalia memutar bola matanya dengan ekspresi malas.
"Oh ya, Naresh. Makasih, ya, puding es krimnya. Ngasih kejutan, ya, buat Nathal. Info, ya, Nathal suka banget yang manis manis," tawa Adelia mengakhiri ucapannya.
"Sama sama." Naresh menjawab pelan. Dalam hatinya dia menunggu kalimat itu dari Nathalia. Tapi setidaknya dia mendapatkan info yang sangat berharga tentang calon istrinya yang angkuh itu.
"Thal, bilang makasih sana," ucap Adelia terang terangan memberi perintah.
Adelia mengalihkan tatapannya ke arah lain
Fathan mengamati wajah Nathalia-putrinya yang tampak salah tingkah.
"Nathal, nanti minta sama maminya Haykal, ukuran pinggang kamu ditambah dua senti lagi, ya," putus Nindya. Baginya menjaga mood Nathalia jauh lebih penting. Gendut dikit ngga masalah. Naresh juga mendukung makanan kesukaan putrinya.
Adelia langsung tergelak. Fathan menahan senyumnya. Nathalia terbelalak.
Tumben maminya seperti ngasih ijin dia makan yang manis manis.
Tapi, apa berat badannya sudah gendut hanya makan kebanyakan tadi malam? Masa, sih? batin Nathalia ngga percaya.
"Om, tante, kami pergi dulu," pamit Naresh sambil menyalim tangan kedua orang tuanya.
Yakin, nih, mereka akan pergi berdua aja? Nathalia masih menatap mami dan papinya bergantian ngga percaya.
Dia menatap Adelia, memberi isyarat agar ikut. Tapi kembaran kurang ajarnya menolak dengan gelengan kepalanya.
"Pergi dulu, mam," pamitnya.
Nindya menganggukkan kepalanya.
"Mami dan papi antar."
"Aku ke atas, ya, mam, pi." Adelia juga pamit dan langsung ngacir ke arah lift.
"Ya," jawab maminya.
Papinya masih mengajak Naresh mengobrol. Kelihatannya keduanya sangat cocok. Nathalia ngga nyangka, semudah itu Naresh memikat hati mami dan papinya.
Maminya dengsn sabar mengiringi langkah pelan putrinya.
"Kamu makan berapa cup?" Tetap saja maminya merasa penasaran.
"Dua yang dikasih Kayana, empat yang dikasih Naresh," jawabnya jujur.
Maminya menghembuskan nafas sangat panjang.
"Kamu ngga ngerasa perutmu kembung?" decak Maminya bertanya.
Nathalia menggelengkan kepalanya.
"Jangan dibiasain makan cemilan manis dalam jumlah banyak di waktu malam," pesan Nindya
"Iya, mam."
"Kamu harus menjaga berat badanmu agar tubuhmu tetap proporsional," ucap maminya lagi
"Kan, aku bukan model, mam," kilahnya. Nathalia akui, di usia empat puluh tahunan, kulit maminya tetap kencang Juga berat badannya yang stabil. Maklum maminya dulu mantan model. Memang maminya rajin perawatan, olah raga dan menjaga pola makannya.
"Ngga harus jadi model, sayang. Juga buat kesehatan," ucap Nindya lagi. Kedua putrinya sama sekali ngga mau jadi model, lebih tertarik terjun ke dunia bisnis seperi papi mereka. Dia juga ngga memaksa.
"Iya, Mam." Hening sejenak. Mereka cukup berjarak dari Fathan dan Naresh.
"Mami ngga takut biarin aku berdua aja sama Naresh?" bisik Nathalia. Dia ngga bisa menyembunyikan perasaan herannya.
"Nggak," jawab maminya ringan.
Nathalia memicingkan matanya, menatap maminya heran.
"Papi juga?"
"Apalagi papi." Makin enteng maminya menjawab.
Nathalia tambah heran.
Kok, bisa?
Seakan tau yang dipikirkan putrinya, Nathalia segera menjawabnya.
"Kan, bentar lagi juga nikah."
Nathalia menghembuskan nafas perlahan, seolah melepaskan perasaan kesal.
'Masih dua minggu, mam."
"Maunya mami seminggu aja. Tapi, ya, sudahlah," jawabnya lagi lagi santai.
"Memangnya kalian mau ngapain?" ucap maminya lagi dengan nada bertanya.
"Engga ngapa ngapain lah, mam," kilah Nathalia jadi kesal seolah dituduh mau macam macam dengan Naresh.
Nindya tertawa pelan.
"Kamu suka, kan, sama Naresh?" tanya maminya santai dengan nada suara pelan.
"Engga, mam," sanggah Nathalia.
Maminya makin tergelak
"Nathal, Nathal. Ngga capek membohongi diri sendiri?"
Nathalia terdiam mendengar tebakan maminya.
"Mami tau. Delapan tahun, ya. Kamu ngga pernah punya pacar. Adelia pernah beberapa kali dekat dengan laki laki. Tapi kamu ngga pernah mau."
Nathalia ngga menyahut.
"Papi sama mami sempat bingung dan ngirain kamu sama Fadel ada sesuatu," lanjut Nindya lagi, masih pelan dan tenang.
Nathalia menghembuskan nafas kesal. Dia sudah sering mendengarnya.
"Tapi waktu Fadel dan Kayana ada hubungan, kamu sedikit pun ngga merasa cemburu."
"Ngapain juga cemburu, mam," ucap Nathalia akhirnya menyahut.
"Aku sama Fadel murni perasaan sepupu. Sama seperti sepupu yang lain."
Dia hanya sering jadi pacar pura pura Fadel, agar Fadel ngga diganggu perempuan genit. Begitu juga dirinya. Seakan menjaga hatinya untuk seseorang yang mungkin saja sudah melupakannya. Tapi ending yang tak terduga malah mereka akan menikah.
"Karena itu mami dan papi menduga kamu pernah patah hati."
Haa....? Segitunya analisa papi dan maminya. Nathalia hampir tercengang.
Dia ngga patah hati, batinnya menyangkal. Hanya saja merasa bersalah, ralatnya dalam hati.
"Mami dan papi ngarang aja." Nathalia yakin suara yang keluar dari tenggorokannya seperti tercekat.
Nindya tersenyum lembut. Suaminya dan calon menantu sudah menunggu mereka.
"Waktu tau kamu ci uman dengan Naresh, mami bisa menebak. Mungkin ini laki laki yang kamu tunggu selama bertahun tahun."
Pipi Nathalia memanas dan dia yakin pasti sudah sangat merah.
Kenapa tebakan maminya bisa tepat?
Tapi masa dia menunggu Naresh?
"Sikapmu terhadap Naresh berbeda. Galakmu mengendur." Nindya menatapnya lekat.
"Sudah, akui saja kalo semua yang mami katakan benar." Nidya menyunggingkan senyum lebar ketika melihat rona merah di wajah putrinya.
Nathalia ngga sanggup membantah lagi.
"Papi pasti juga menyadarinya. Mana pernah kita lihat kamu salah tingkah seperti saat bersama Naresh." Maminya kali ini memperdengarkan suara tawanya karena Nathalia hanya bisa mengerjap ngerjapkan matanya dalam sikap canggungnya.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna