NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:513
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제10장

Dua tahun lalu, hidup Han Jae Wan berubah arah. Ayah kekasihnya, Lee Jun Joo, mengalami kecelakaan saat malam hujan. Lee Jun Joo ditabrak saat akan menyebrang jalan, malam itu sepi dan sangat mencekam, tidak banyak orang yang lalu lalang sehingga sangat sulit menemukan orang yang melihat kejadian kecelakaan itu. 

Pelaku pertama segera mengaku bersalah, dan kasusnya nyaris ditutup sebagai kecelakaan biasa. Tapi ada sesuatu yang mengganggu Jae Wan rekaman CCTV tidak sepenuhnya cocok dengan pengakuan pelaku. Ada jeda waktu, ada arah tabrakan yang tidak sesuai. Ia mulai curiga bahwa pelaku yang mengaku bukanlah pelaku sebenarnya.

Didorong oleh rasa kehilangan dan tanggung jawab pribadi, Jae Wan membuka kembali kasus itu secara diam-diam. Ia menelusuri latar belakang pelaku yang mengaku, dan menemukan bahwa pria itu tidak memiliki riwayat mengemudi buruk, tidak ada motif, dan justru tampak seperti seseorang yang... disuruh. Penyelidikan lebih lanjut mengarah pada satu nama yang muncul berulang kali dalam catatan kunjungan tahanan: Lee Ji Hoon, sekretaris pribadi CEO Jung Dam Bi.

Jae Wan mulai menyelidiki Lee Ji Hoon secara lebih dalam. Ia menemukan bahwa sekretaris itu sering menemui pelaku secara diam-diam, bahkan sebelum pria itu ditetapkan sebagai tersangka. Pertemuan mereka tidak tercatat secara resmi, dan berlangsung di tempat-tempat yang jauh dari kantor kepolisian. Semakin ia menggali, semakin jelas bahwa ada upaya untuk mengatur narasi kecelakaan. Dan satu-satunya orang yang punya cukup pengaruh untuk mengatur semua itu... adalah CEO Jung.

Itulah titik awal kecurigaan Jae Wan. Ia mulai menyusun potongan-potongan kecil yang selama ini diabaikan. Kecelakaan itu bukan hanya insiden lalu lintas. Ada motif, ada manipulasi, dan ada kekuasaan yang bekerja di balik layar. Sejak saat itu, nama Jung Dam Bi tidak pernah lepas dari radar penyelidikannya. Dan kini, dua tahun kemudian, penyelidikan yang dulu bersifat pribadi mulai berubah menjadi misi profesional membongkar kebenaran yang selama ini dikubur. 

Namun menurut pengakuan Ha Young, jam tangan yang pernah ia lihat dipakai oleh Sekretaris Kim Sang Woo, sekretaris lama ayahnya. Dan keanehan mulai Jae Wan rasakan saat Kim Sang Woo mengundurkan diri juga dua tahun yang lalu, seolah tragedi ini memang berkaitan.

Keesokan harinya, Han Jae Wan mengendarai mobil dinasnya menuju desa kecil di kaki pegunungan Gangwon. Salju masih turun tipis, menutupi jalanan dengan selimut putih yang dingin. Udara pegunungan menggigit, tapi Jae Wan tetap melaju, matanya fokus, pikirannya penuh tanda tanya.

Ia tiba di sebuah rumah kayu sederhana yang tampak sepi dan tua. Ketika ia mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya membukanya perlahan. Wajahnya ramah, tapi menyimpan kesedihan yang tak bisa disembunyikan.

“Maaf, saya mencari Kim Sang Woo. Apakah beliau tinggal di sini?” tanya Han Jae Wan sopan, berdiri di depan pintu rumah kayu yang tampak tua dan sunyi.

Wanita paruh baya yang membukakan pintu menatapnya lama, matanya tajam namun lelah. “Anda siapa?”

“Perkenalkan, saya Detektif Han Jae Wan dari Kepolisian Seoul.”

“Mau apa mencari kakakku?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada tak bersahabat.

“Ada hal penting yang perlu saya bicarakan. Apakah beliau ada di rumah?”

Wanita itu menghela napas pelan. “Kalau begitu... Anda datang terlambat. Kakak saya sudah tiada. Dua tahun lalu. Serangan jantung mendadak.”

Jae Wan terdiam sejenak, lalu menunduk hormat. “Saya turut berduka. Saya sedang menyelidiki sesuatu yang mungkin berkaitan dengan beliau.”

Wanita itu akhirnya mempersilakan Jae Wan masuk. Di ruang tamu yang hangat dan sederhana, mata Jae Wan langsung tertuju pada foto Kim Sang Woo yang terpajang di atas meja kecil, berdampingan dengan kendi abu porselen yang masih disimpan di rumah itu.

Ia duduk perlahan, menatap sekeliling dengan hormat. Wanita itu membuka sebuah laci tua, lalu mengeluarkan kotak kecil berlapis kain. Di dalamnya, sebuah jam tangan baja.

“Dia menyimpan ini dengan sangat hati-hati,” jelasnya. “Katanya... ini hadiah yang diberikan oleh CEO Jung .”

Jae Wan menatap jam itu lama. Itu memang jam mahal mereknya rolex, tidak akan dimiliki oleh sembarang orang. Tapi sepertinya kakak dari Kim Sang Woo tidak tahu nilai barang itu. Bentuknya sama persis dengan jam yang ia ditemukan di lokasi penyelidikan. Ia mengambilnya perlahan, dan mulai berfikir “jadi jam ini ada dua, satu ada padaku sebagai bukti. Dan satu lagi milik Kim Sang Woo” ujar Jae wan dalam hati. Tidak hanya sampai disitu, jam ini pemberian dari CEO Jung dan sangat berharga, yang artinya CEO Jung memberi jam ini dengan maksud tertentu. Bisa saja ini diberikan sebagai imbalan atas sesuatu.

“Apakah beliau pernah mengatakan sesuatu tentang Jung Dam Bi, selama menjadi sekretarisnya?” tanya Jae Wan pelan.

Wanita itu menggeleng pelan. “Dia tidak pernah menceritakan atasannya padaku. Aku tidak tahu hubungan kakakku dengan orang itu. Setiap kali baru pulang kemari mengunjungi ibu kami, dia mendapat telepon dan harus kembali lagi ke Seoul. Selalu mendadak. Selalu tergesa.”

Jae Wan mencatat dalam hati. “Apa Anda tahu alasan beliau mengundurkan diri?”

Wanita itu menatap keluar jendela, salju tipis mulai menempel di kaca. “Kakak saya bilang... dia tahu terlalu banyak. Tapi dia tidak sempat bicara. Aku bisa melihat mata kakakku, dia sangat ketakutan saat kami mulai membicarakan tentang CEO Jung. Tapi lebih dari itu... bahkan CEO Jung tidak datang saat kematian kakakku.”

Jae Wan mencatat setiap kata. Tapi lebih dari itu, ia merasakan sesuatu yang jauh lebih dalam penyesalan yang tak sempat diungkapkan, dan kebenaran yang terkubur bersama tubuh yang lemah.

Ia menatap jam tangan itu sekali lagi. Benda kecil itu bukan hanya peninggalan. Ia adalah saksi bisu dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang selama ini disembunyikan oleh kekuasaan.

Kantor Kepolisian Seoul, lantai investigasi khusus. Han Jae Wan berdiri di depan meja kerja Ketua Tim Park Do Young, berkas hasil penyelidikan di tangannya. Wajahnya serius, matanya menyiratkan keyakinan yang tak tergoyahkan.

“Kau yakin ini benar-benar ada kaitannya dengan CEO Jung?” tanya Park Do Young, nada suaranya datar namun penuh tekanan.

“Aku yakin sekali,” sahut Jae Wan tegas. “Jam tangan itu, laporan pengunduran diri Sekretaris Kim, dan pertemuan Lee Ji Hoon dengan pelaku palsu itu semuanya mengarah ke Jung Dam Bi.”

Park menghela napas, lalu berdiri dari kursinya. “Tapi kita tidak punya cukup bukti untuk mendapat surat penangkapan. Lagipula kau tahu, CEO Jung cukup berkuasa. Aku takut jika kita salah langkah, itu justru akan menghancurkan kita.”

Jae Wan terdiam. Ia tahu perkataan atasannya tidak salah. Jung Dam Bi bukan hanya seorang pengusaha ia adalah figur yang punya pengaruh politik dan media. Satu kesalahan bisa membuat penyelidikan mereka dibungkam sebelum sempat berkembang.

Ha Young berdiri di depan gedung Geumseong Group, bangunan menjulang dengan desain elegan dan kaca berkilau yang memantulkan langit pagi. Di sanalah ayahnya bekerja CEO Jung Dam Bi, pria yang dulu ia panggil “ayah” dengan penuh rasa bangga, kini menjadi sosok yang hanya ia sebut dengan jabatan.

Ia menarik napas dalam, menguatkan hatinya. Pertengkaran terakhir mereka masih membekas, tapi hari ini ia datang bukan untuk berdamai. Ia datang untuk menuntut jawaban.

“Selamat pagi, Nona Jung,” sapa Sekretaris Lee dengan senyum sopan saat melihat Ha Young melangkah masuk. “Ada urusan apa Anda datang kemari?”

“Aku ingin bertemu dengan CEO Jung,” jawab Ha Young datar, tanpa sedikit pun menyebutnya sebagai ayah. Sekretaris Lee tampak mengerti, dan segera mengantar Ha Young menuju lift pribadi. Ia mengusir semua karyawan yang hendak masuk, memastikan lift itu kosong. Ha Young adalah tamu terhormat meski kehormatannya kini terasa seperti ironi.

Mereka tiba di lantai tertinggi. Di depan pintu bertuliskan CEO Room, Sekretaris Lee mengetuk dengan sopan.

“Masuk,” sahut suara dari dalam datar, dingin, nyaris tanpa emosi.

Ha Young melangkah masuk, mengikuti Sekretaris Lee. Ia berdiri tepat di depan ayahnya, yang masih menunduk menatap tumpukan berkas di atas meja. Tidak ada anggukan. Tidak ada tatapan. Hanya kesibukan yang disengaja.

“Maaf mengganggu pekerjaan Anda, tapi kita kedatangan tamu,” ujar Sekretaris Lee seraya menunduk. “Nona Jung Ha Young ada di sini.”

CEO Jung akhirnya menoleh, matanya menatap Ha Young yang berdiri tegak di hadapannya. Pandangannya mengikuti arah mata putrinya jam tangan di pergelangan tangannya. Jam yang persis dengan foto yang ditunjukkan Detektif Han. Ha Young terkejut, tapi ia menahan diri. Ini bukan waktu untuk membicarakan itu.

“Kenapa kau kemari?” tanya CEO Jung, suaranya dingin dan datar.

Tanpa menjawab, Ha Young membuka tas kecilnya dan mengeluarkan dua benda: kunci mobil dan kunci rumah di Inggris. Ia meletakkannya pelan di atas meja kerja ayahnya, di antara tumpukan dokumen dan pena mahal. CEO Jung menatap benda-benda itu dengan bingung.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berikan ini padaku?” tanyanya, nada suaranya mulai meninggi.

“Aku mengembalikan semua yang pernah kau berikan padaku,” jawab Ha Young tenang. “Mulai hari ini, aku akan bertanggung jawab atas hidupku sendiri. Aku juga akan keluar dari Seonghwa Entertainment dan memulai karirku dari awal lagi tanpa bantuanmu.”

Wajah CEO Jung berubah. Matanya menyipit, rahangnya mengeras. “Apa kau sudah gila? Kau membuat semuanya menjadi lebih buruk. Jadi kau coba menantang ayahmu sendiri?”

Ha Young menatapnya lurus, suaranya tetap tenang namun tegas. “Itu harus kulakukan. Karena aku tidak mau menjadi monster seperti ayah. Dan satu hal lagi tolong tarik anak buahmu. Suruh mereka berhenti mengawasiku. Aku merasa tidak nyaman. Aku ingin hidup sebagai manusia, bukan sebagai proyek pengawasan.”

Keheningan menyelimuti ruangan. CEO Jung menatap putrinya, seolah baru menyadari bahwa gadis yang berdiri di hadapannya bukan lagi anak yang bisa dikendalikan.

“Jika kau ingin aku menarik anak buahku untuk berhenti mengawasimu,” ujar CEO Jung dengan nada dingin, “jangan coba-coba keluar dari Seonghwa Entertainment. Dan kembalilah ke rumahmu.”

Ha Young menatapnya tajam. “Kenapa ayah begitu keras mempertahankan aku di Seonghwa? Apa ayah takut popularitas perusahaan akan turun tanpaku?”

“Jangan bicara omong kosong,” sahut CEO Jung geram. “Kenapa aku harus peduli dengan hal itu?”

Ha Young tersenyum tipis, tapi matanya tak menyembunyikan luka. “Ayah tidak perlu menyembunyikannya lebih lama lagi. Aku sudah tahu bahwa ayah adalah pemilik asli Seonghwa Entertainment. Dan aku tidak punya keinginan untuk kembali ke rumah yang penuh dengan kesedihan itu.”

CEO Jung berdiri dari kursinya, wajahnya mulai memerah. “Baiklah. Jika kau tak bisa melakukannya, jangan harap aku akan menarik orangku. Mereka akan terus mengawasimu.”

Ha Young melangkah maju, suaranya tegas. “Kalau begitu, tekadku sudah bulat. Aku akan menyingkirkan orang ayah dengan caraku sendiri. Dan jangan salahkan aku jika mereka nantinya terluka.”

“Perhatikan cara bicaramu!” bentak CEO Jung. “Walau bagaimanapun kerasnya kau ingin memutuskan hubungan denganku, kau tidak akan pernah bisa. Karena di dalam dirimu... mengalir darahku.”

Ha Young menatapnya lama, lalu menjawab pelan namun tajam, “Aku akan mengingat itu. Tapi kau juga harus ingat... aku adalah putri dari ibuku. Dan hanya aku yang berhak memutuskan ingin menjadi anak siapa.”

Tanpa menunggu balasan, Ha Young berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu. CEO Jung, yang kini benar-benar kesal, langsung menekan tombol telepon dan memanggil Sekretaris Lee.

“Segera panggil Pak Song. Sekarang,” perintahnya.

Ha Young, yang belum sepenuhnya menjauh, mendengar percakapan itu dari balik pintu. Ia tersenyum tipis. Ada kepuasan yang menyelinap di dadanya. Ia tahu, langkahnya telah mengguncang sesuatu. Dan ia siap menghadapi apa pun yang akan datang.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!