Sequel dari Nikah Muda....
Siapa yang tidak mengenal keluarga konglomerat dan nomor satu yang mendunia..
Alicia Margaretha Erlangga, putri kedua dari pasangan suami Istri, Alvarez Narendra Erlangga dan Nayla Kinanti Aurora, seorang gadis bar - bar yang selalu suka semaunya sendiri, tidak pernah mau mendengarkan orang tua, membuat orang tuanya merasa kesal dengan kelakuan anak keduanya. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk menikahi Alicia dengan seorang pria bernama Angga Fredy Widiatama, anak dari sahabat baik orang tuanya yang selalu menjadi budak nya di sekolah. Karena paksaan Alicia pun menerima perjodohan itu tetapi suatu hari, saat Alicia mulai membuka hatinya untuk Angga, Ia baru mengetahui bahwa Angga adalah pria yang di cintai oleh adek nya, Ayesha. Tetapi Angga sudah lama mencintai Alicia, jauh sebelum pernikahan mereka terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda Sakhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Angga
"Bu! Caca bantuin ya!" Seru Caca, sosok wanita yang sudah memasuki kepala 5, berprofesi sebagai penjual makanan di kantin Smith Academy High School, berada di kantin kalangan bawah, yang kerap di sapa Ibu Melodi adalah Ibu dari Caca. Dia bisa berjualan di sekolah itu karena Caca termasuk murid yang pintar.
Sudah memasuki jam istirahat, semua siswa berbondong-bondong untuk mengisi perut mereka. Ada dua tipe kantin di sekolah itu, kantin kasta tertinggi dan kantin kasta biasa. Bagi kasta tertinggi di sediakan makanan dari berbagai negara yang harganya fantastic, dan harga termurah di kantin (Restoran atas) sekitar 3 juta, sementara kantin biasa menjual berbagai makanan lokal seperti pada umum nya.
"Eh, Ca. Kamu udah istirahat, sayang?Gak usah, mending kamu makan aja, lagian ini hari ulang tahun mu, kan, suruh teman - teman mu makan sekalian dan khusus hari ini tidak perlu bayar." Melodi mengacak - acak rambut anak nya, Caca hanya mengulum senyum tipis.
"Temen aku cuma dua doang kok, Bu!" Jawab Caca, sebelum Ayesha. Hanya Doni sahabat baik Caca, tapi sekarang juga ada Ayesha.
"Dia Ibu kamu?" Tanya Ayesha yang sejak tadi memperhatikan interaksi keduanya.
"Iya, dia Ibu aku, cuma beberapa hari kemaren gak jualan karena sakit, dan hari ini baru jualan lagi. Kalian duduk aja, aku mau bantu Ibu dulu." Caca merasa kasihan, di usia Ibunya yang sudah sakit - sakitan, Ibunya harus membantu semua kebutuhan anggota keluarga nya. Apa lagi Ayah Caca baru saja di pecat dari SS Group, semua itu karena dirinya yang melawan anak pemilik SS Group yang juga bersekolah di tempat nya. Hanya karena Caca membantu kasta rendah yang di tindas, sejak itu dia tidak pernah mau berurusan lagi dengan kalangan atas dan hanya ingin cepat lulus.
"Kita bantuin," Ayesha mengambil piring yang berisi nasi uduk beserta lengkapan nya di tangan Caca."Ini di anter kemana?
Caca tersenyum tulus."Ke meja nor 2 dari kiri."
"Oh, oke." Ayesha berjalan mengantar pesanan.
"Ca, aku juga bantuin ya." Doni juga tak kalah antusias nya, baginya dia dan Caca sudah seperti saudara.
"Ya ampun, jadi ngerepotin." Melodi merasa tidak enak pada kedua sahabat baik Caca.
"Gak papa Tante," Ayesha menyahut saat selesai mengantar makanan."Lagian kita juga belum laper kok."
Uhuk uhuk
Melodi batuk berdarah, tapi meski menyembunyikan dari Caca, anak itu bisa melihat nya dan meraih tangan sang Ibu."Tuh kan, Ibu batuk berdarah lagi. Udah Caca bilang gak usah jualan dulu, ngeyel sih."Omel Caca menunjukkan raut wajah khawatir.
Melodi mengelus kepala Caca lembut."Kalo Ibu gak jualan, kita makan apa, biaya sekolah adek kamu gimana. Kan kamu tau sendiri semenjak Bapak di pecat, pemasukan kita sedikit. Apa lagi sekarang Bapak cuma jadi tukang parkir."
Caca berubah menjadi sendu. Ini adalah salahnya."Maaf Bu! Karena Caca, Bapak jadi di pecat."
Melodi menggeleng cepat."Itu bukan salah kamu, Nak. Apa yang kamu lakukan sudah bener, sekali - kali jangan mau di tindas sama orang atas. Meski kita cuma orang susah, tapi bukan berarti mereka bisa menindas kita." Caca berhambur memeluk Ibunya.
Mata Ayesha berkaca - kaca, dia bisa melihat penderitaan kasta terendah. Selama hidup nya, Ayesha tidak pernah kekurangan uang karena keluarganya selalu mencukupi semua kebutuhan nya. Bahkan lebih dari itu, Ayesha bahkan memiliki fasilitas yang sama seperti Leo dan Alicia. Kedua orang tuanya tak pernah membedakan anak - anak mereka.
Sekarang mereka duduk di kantin setelah membantu selama 10 menit, masih ada 20 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.
"Kenapa Bapak kamu gak coba melamar di AE Group aja."Caca hampir aja menyemburkan minuman yang ada di mulut nya. Doni yang duduk di samping Caca tercengang dengan perkataan Ayesha.
"Ayesha, lain kali kalo bicara di saring dulu," Seru Caca memastikan bahwa tidak ada yang mendengar lelucon itu."AE Group adalah perusahaan kelas dunia yang mencangkup dalam berbagai bisnis dan bidang, bahkan orang yang lulusan sarjana sampai S2 pun belum tentu bisa di terima di perusahaan itu. Apa lagi Bapak aku yang cuma lulusan D3."
"Bener apa kata Caca," Timpal Doni."Kalo bukan berkat orang dalam, gak mungkin bisa masuk perusahaan itu. Apa lagi aku denger, pemimpin disana itu galak nya minta ampun, salah sedikit aja langsung di blacklist."
Caca mengangguk setuju."Apa lagi Non Alicia adalah anak pemilik AE Group, meski aku sendiri gak pernah terlibat masalah dengan nya, tapi gak mungkin Bapak bisa masuk perusahaan itu."
"Kamu pernah denger organisasi mafia Red Devils?Aku denger - denger pimpinan dari organisasi itu adalah Ayah nya Non Alicia. Tapi sejauh berita yang aku denger, organisasi itu tidak pernah meresahkan masyarakat. Justru banyak membantu mereka yang membutuhkan."Terang Doni dengan mulut yang tidak berhenti menguyah.
Ayesha menghela nafas panjang, sepertinya dia memang harus jujur tentang identitas nya."Kalian akan percaya gak, kalo misalnya aku bilang, Alicia itu Kakak aku?"
Hening!
Sesaat semua terdiam, tapi beberapa detik kemudian tawa riuh memecahkan keheningan, Doni dan Ayesha tertawa ngakak saat mendengar ucapan Ayesha. Apa katanya? Saudara Alicia? Bukankah itu berarti Ayesha juga kasta atas?
"Aduh du du, perut ku sakit," Caca memegangi perut nya yang sakit."Ayesha! Kamu kalo bercanda jangan kelewatan dong, gimana kalo ada yang denger, bisa mampus kita."
"Ho-oh, jangan ngaku - ngaku atau kamu akan dapet masalah. Setahuku, Alicia memang tiga bersaudara, yang pertama Kakak nya dan yang kedua adek nya, yang ketiga dia sendiri. Tapi kamu gak boleh ngaku - ngaku." Doni hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Dih, siapa juga yang bercanda, udahlah susah ngomong sama kalian. Nanti juga tau sendiri." Seru Ayesha melanjutkan makanan nya. Doni dan Caca hanya mengangkat bahu sekilas dan kembali makan.
Setelah selesai makan, Alicia berniat untuk mencari Angga untuk mengembalikan jaket yang sudah di cuci bersih oleh nya sendiri. Doni dan Caca yang memperhatikan tingkah Ayesha tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran nya.
"Kamu cari siapa sih?" Tanya Caca memperhatikan gelagat aneh Ayesha.
"Eehhmm," Ayesha ragu - ragu bicara."Kalian kenal sama Kak Fredy gak? Dia anak kelas 12?"
Doni dan Caca saling pandang."Dia dari kalangan mana?"Tanya Doni, karena dia memang asing dengan nama itu.
"Dia anak dari Widiatama Group, itu artinya dia dari kalangan atas."
Doni dan Caca membelalakan mata mereka."Emang anak dari Widiatama Group sekolah disini?Tanya Caca terkejut."Widiatama Group kan salah satu yang masuk dalam Top 3 sebagai perusahaan besar di tahun ini."
"Ho-oh, setahuku anak dari keluarga Widiatama Group gak ada yang sekolah disini." Doni juga tak kalah terkejut nya.
"Aneh, dia dulu sekolah di tempat yang sama denganku, tapi dia pindah kesini, beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan nya."
Doni dan Caca kembali saling pandang dan sama - sama menggelengkan kepala tidak tau.
"Huft, cari kemana ya?" Tanya Ayesha entah pada siapa. Tentu saja tidak ada yang mengenal Fredy karena di sekolah itu semua mengenal Fredy dengan nama Angga. Dan Angga yang di kenal mereka adalah sosok pria culun dari kalangan bawah."Ya udah deh, aku cari dulu, masih ada waktu 5 menit sebelum masuk, kalian duluan aja ke kelas."
Ayesha berlari, mencari pria yang sudah sejak tadi dia rindukan.