Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Aku Ikuti Permainanmu, Sayang!
Ariel membeku... tapi matanya fokus menatap Alfred.
Kuasai dirimu, Ariel.... Lawan laki-laki ini, "Maaf tuan, ada apa ini?" Tanya Ariel dengan menurunkan tangan berat Alfred.
"Ada apa?"
"Ya, tolong jangan macam-macam, dan membuat gaduh di acara penting ini."
Alfred terkekeh, "Acara penting!" Laki-laki ini semakin menekan tubuh Ariel pada tembok, "Tapi kau terlihat tidak menginginkan acara ini."
Aku tidak menginginkan karena aku tidak mau bertemu denganmu, tapi kenapa kau malah ada di sini. Ini benar-benar takdir yang buruk....
"Ini acara penting keluarga saya tuan, tolong jangan membuat kacau dan lepaskan saya, saya harus pergi."
. Ayo... pergilah tuan muda....kita sudah tidak mempunyai urusan apapun lagi...
"Cukup, Ariel!" Ucap Alfred dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Ariel yang langsung berpaling, "Kau mau pura-pura tidak mengenalku?"
"Anda bicara apa? Saya benar tidak mengenalmu, dan juga nama saya Rachel, bukan Ariel."
"Rachel....!" Alfred menyentuh pipi wanita itu, "Kau pikir sandiwaramu ini bisa membodohi ku?"
Ariel menepis tangan Alfred, "Tuan cukup! Mungkin Anda salah orang, tolong jangan ganggu saya."
Ariel tidak mau terlibat urusan apapun dengan Alfred untuk yang kedua kalinya, perjanjian dimasa lalu sudah berakhir. Kini dia sedang menata hidup baru dengan identitas aslinya.
Baru satu langkah Ariel menjauh, Alfred kembali menariknya. Membalik tubuh wanita itu dengan satu gerakan, "Aku akan membantumu untuk mengingat siapa aku." Kurang dari lima detik, tangan Alfred sudah berada dibelakang leher Ariel dan dalam sekejap mata dia menariknya, menundukkan kepala dan laki-laki itu mencium wanitanya.
Ariel sedikit shock, diam sesat. Tindakan seperti ini sungguh diluar dugaannya. Alfred yang terlalu bersemangat, semakin memperdalam ciumannya membuat Ariel tersadar jika ini salah.
Dengan kuat dia mendorong laki-laki itu, dengan nafas tersengal dan hampir menangis Ariel berkata, "Tuan, tolong jaga sikap Anda. Apa seperti ini kelakuan tuan muda terhormat!"
Marah... wanita itu sangat marah, tapi Alfred malah tersenyum. Marahnya sama seperti dulu saat pertama kali dia mencium wanita itu. Kau benar-benar Ariel.....
"Menyingkirlah, laki-laki berengsek!" Umpat Ariel kembali mendorong badan Alfred dengan sekali hentakan.
"Kau tidak bisa pergi dariku!" Balas Alfred yang langsung meraup kedua tangan wanitanya.
"Sudah saya bilang kau salah orang!"
Alfred tidak perduli, mau salah orang atau tidak, tapi wajah wanita itu adalah Ariel dan hatinya yakin jika itu benar Ariel.
Tanpa memperdulikan kekesalan Ariel, Alfred kembali menciumnya. Kedua tangannya kuat menahan pemberontak Ariel. Mencium dengan dalam tanpa memberi kesempatan lawan untuk menghirup oksigen. Dia sepertinya sedang melupakan kerinduannya selama ini.
Tanpa mereka sadari.... Ada seseorang yang melihat kejadian itu, diam-diam orang itu mengeluarkan ponselnya dan memotret kegiatan sensitif itu.
Awww.... Alfred memekik, bibirnya sakit dan nyeri. Saat ia sentuh ujung jarinya terdapat cairan merah. Bibirnya terluka, wanita itu menggigitnya. Alfred kembali menyeringai, dia merasa Dejavu.
"Kau suka sekali mengigit bibirku!" Ucapnya dengan tatapan yang penuh makna.
Ariel melotot, kenapa dia menyeringai! Dasar berengsek...... BUG!
Alfred kembali meringis, Ariel menendang kakinya.
"Dasar laki-laki cabul, saya akan melaporkan pelecehan ini!" Ancam Ariel, berharap Alfred takut. Tapi laki-laki itu tertawa.
Dia tertawa.... Ariel terdiam, selama tinggal dengan Alfred tidak sekalipun dia melihat laki-laki itu tersenyum apalagi tertawa. Wajahnya selalu mendung dan gelap, bibirnya selalu terkunci rapat. Mungkin kehidupannya yang sekarang jauh lebih baik dan membahagiakan, tentu saja...semua sudah dia dapatkan. Tidak ada alasan untuknya tidak bahagia.....
"Kau ingin melaporkan suamimu sendiri?"
Suami.....
Dasar aneh....dia masih menganggap dirinya suami? Dia pasti sudah menikah dengan Milea, 'kan?
"Selain cabul, sepertinya Anda juga mabuk tuan. Menyingkirlah!" Saat ada celah, Ariel berhasil menghindar dan secepatnya berlari meninggalkan lelaki itu.
Alfred tidak mengejar, dia hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum licik, "Oke! Aku akan ikuti permainanmu, sayang."
......
"Al, kamu tidak jadi pulang?" Tanya Julie heran, melihat laki-laki itu kembali memasuki ruang tunggu.
"Aku hanya ingin memastikan saja."
Memastikan..... "Apa?"
"Sudah ma, tidak perlu membahas itu. Yang terpenting sekarang, kita fokus pada Jonas," potong Marion.
Mereka tengah dilanda panik, sampai sekarang Jonas belum muncul. Padahal laki-laki itu izin menerima telpon sebentar. Tapi ini, sudah lebih dari 30 menit belum muncul juga.
Saat yang bersamaan, Justin masuk, "Ma, Jo tidak ada. Mobilnya pun tidak ada."
"Apa! Tidak ada!" Julie tambah panik, "Apa kamu sudah mencari ketempat lain? Toilet, atau aula?"
Justin menggeleng, "Tidak ada ma, ponselnya pun tidak bisa dihubungi."
"Astaga!" Julie lemas, dia memegangi dadanya yang terasa nyeri.
"Ma, tenang! Jangan panik!" Marion langsung menahan wanita yang hampir ambruk itu, mendudukkannya di sofa dengan lembut.
"Pa, kemana Jonas? Tidak mungkin dia sengaja pergi untuk menghindar dan membuat kita malu, 'kan?"
"Tidak. Kita akan cari Jonas, dan aku akan bicara dengan tuan Sinclair untuk mengulur waktu."
"Ya, lakukan apapun itu, pa."
Disaat semuanya cemas, hanya Alfred yang tersenyum senang dengan melipat kedua tangannya di dada, *Si berengsek itu... bagus sekali kau pergi, jika tidak...aku yang akan membuatmu pergi dan tidak akan pernah bisa kembali*.....
"Al, bantu cari Jonas," pinta Marion.
Alih-alih menurut seperti Justin, Alfred justru dengan santainya malah duduk di sofa, "Kau pikir, aku sesantai itu, membuang waktu. Dia sudah besar, tidak akan hilang."
"Al, ini acara penting adikmu!"
"Tapi dia tidak menganggap ini penting, sudah! jika kalian ingin mencari, carilah." Alfred menyandarkan kepalanya, juga memejamkan mata, tidak peduli dengan kehebohan yang terjadi.
*Ariel...kita lihat seperti apa reaksi ibumu, jika tahu bedebah itu kabur*.....
.....
"Apa! Tidak bisa hadir? Anda ini bagaimana? Bukankah Anda sudah memastikan jika Jonas datang? Anda ingin mempermainkan saya? Membuat keluarga saya malu didepan ratusan tamu?!"
Marissa benar-benar marah dan tidak terima, ini rencananya untuk menyingkirkan Ariel dari keluarga Sinclair, masa gagal hanya karena laki-laki bernama Jonas, tidak mau datang.
Julie merasa sangat bersalah dan malu, dia salah sudah memaksa Jonas padahal dia tahu seperti apa watak anaknya. Jika tidak ya tidak! Dia nekad dan akan melakukan apapun. Tapi Julie tidak menyangka jika Jonas naked diluar batas seperti ini.
"Mohon maafkan saya nyonya Marissa, ada sedikit masalah yang terpaksa membuat Jonas pergi. Tapi saya pastikan, anak saya bersedia untuk menikahi putri Anda. Dia akan datang."
Marissa berdecak kesal, "Kesan pertama sudah mengecewakan seperti ini, apa saya harus percaya dengan Anda?"
"Ma, tenang. Tidak harus diselesaikan dengan emosi," ucap Sinclair, yang masih memiliki malu, dan tidak enak hati.
"Pa, bagaimana mama tidak emosi! Acara sudah didepan mata, ratusan tamu menunggu. Apa yang harus kita katakan? Apa aku harus bilang, calon anakmu kabur?!"