NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghancuran Markas Kala Hitam II

Kata-kata Ki Damar itu seolah menelusup dan langsung tertanam dalam benak seluruh anggota tim. Untuk sesaat, Wira cukup terkejut sebab pada penyerangan markas Kala Hitam sebelumnya, Ki Damar tak pernah bersikap demikian. 

Wira berpikir untuk menanyakan hal itu pada Ki Damar nanti, tetapi setelah mereka memulai serangan untuk menerobos markas tersebut dan Wira bersama yang lainnya menemukan ruang tempat para tawanan berada, Wira telah mendapatkan jawabannya sendiri. 

Selain berada pada medan yang cukup sulit, markas Kala Hitam kedua yang mereka temui ini memiliki lebih banyak Anggota. Untungnya, berkat Ki Damar dan Ajian Mata Langit miliknya, tim tersebut dapat mengetahui tata letak di bagian dalam markas tersebut dengan sangat akurat. 

Dengan demikian, pergerakan mereka menjadi lebih efektif dan sekali lagi tim tersebut membuktikan bahwa kemampuan yang digunakan dengan tepat dapat mengalahkan jumlah. Dalam pergerakannya, Ki Damar dan tim yang beranggotakan hanya 20 orang itu menyapu habis setiap anggota Kala Hitam tanpa sisa. 

Pemandangan yang sangat memilukan mereka temui dalam ruang tawanan di markas tersebut. Jumlah tawanan pada markas ini lebih banyak dari sebelumnya, mungkin sekitar dua atau tiga kali lipat. Mirisnya, kondisi para tawanan yang sebagian besar wanita muda tersebut pun jauh lebih buruk. 

Wira dan yang lainnya dapat menebak sebagian besar dari para wanita itu telah mengalami pelecehan yang tak dapat mereka bayangkan. Wira menghela napas setelah menyadari alasan di balik instruksi Ki Damar di awal penyerbuan ini. 

Ki Damar sendiri sepertinya tak ingin berlama-lama dalam penyerbuan ini. Beliau langsung menuju ruangan di mana beberapa orang yang merupakan pemimpin markas Kala Hitam tersebut dan menghabisinya tanpa berkata apa-apa. Walau demikian, pertempuran tersebut tidak bisa dikatakan lebih mudah. 

Seluruh anggota tim bertarung dan membunuh sebanyak mungkin anggota gerombolan bandit tersebut serta memastikan tak ada seorang pun di antara mereka yang dapat melarikan diri. 

Di akhir pertempuran, setelah mengeluarkan semua tawanan dan menguras seluruh harta hasil rampokan gerombolan itu, Ki Damar bahkan tak mau repot membakar jasad ratusan orang Kala Hitam yang ada. Dengan satu pukulan tapak, beliau meruntuhkan seluruh bukit untuk menghancurkan markas tersebut sekaligus mengubur semua bandit itu. 

Tak ada yang mempertanyakan tindakan sosok Wakil Ketua Sekte itu. Setiap orang dalam tim tersebut, termasuk Wira, telah menyaksikan sendiri bagaimana kekejaman kelompok Kala Hitam melalui kondisi para tawanan yang telah mereka selamatkan. 

Dalam diam dan dibalut gelapnya malam, kelompok rombongan tersebut bergerak pelan sampai menemukan satu area yang cukup luas dan dapat mereka gunakan untuk beristirahat. 

Bagi para pendekar, tidak sulit untuk berjalan sepanjang malam untuk sampai ke kota atau desa terdekat, tetapi berbeda dengan para tawanan yang ada bersama mereka. Berdasarkan instruksi Ki Damar, beberapa pendekar pergi untuk mendapatkan apa saja yang dapat dimakan oleh para tawanan, sedangkan yang lainnya membuat api unggun di beberapa titik.

Setelah memastikan para tawanan mendapat makanan dan bisa beristirahat, salah satu prajurit Suranaga berinisiatif menuju kota terdekat dan meminta bantuan pemerintah setempat untuk mengevakuasi para tawanan tersebut. Ki Damar menyetujuinya dan meminta dua orang pendekar madya untuk pergi bersama prajurit tersebut. 

Wira mencari tempat yang cukup sepi untuk mulai bermeditasi dan memulihkan tenaga dalamnya. Setelah beberapa waktu, Wira mendapati tak dapat memejamkan matanya. Begitu banyak hal yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya hingga membuat dirinya seolah sedang melamun. 

‘’Wira,’’ seorang pendekar madya tiba-tiba mendatanginya. 

‘’Senior?’’ Wira hendak bangkit dari duduknya, tetapi sosok senior yang dikenalinya bernama Baswara itu duduk lebih dulu. 

‘’Terima kasih,’’ kata Baswara tiba-tiba yang membuat Wira menaikkan alisnya karena terkejut, ‘’di markas Kala Hitam sebelum Kota Panggungan, kau menyelamatkanku. Apa kau lupa?’’ tanya Baswara kemudian sebab melihat Wira tampak terkejut. 

‘’Ah …,’’ Wira hampir melupakan kejadian saat ia menangkis satu anak panah yang hampir  mengenai Baswara, ‘’tidak perlu sungkan, Senior. Saya yakin senior akan melakukan hal yang sama untuk saya.’’

‘’Hm …, tentu saja.’’ 

Keduanya tertawa pelan dan melanjutkan perbincangan mereka selama beberapa waktu. Abiyasa dan seorang lagi bergabung dengan mereka. Sambil menjaga volume suara agar tidak terlalu keras, empat orang itu pun segera terlibat dalam banyak topik pembicaraan, tidak terkecuali rumor tentang kedekatan Wira dan Dewi Andini. Wira sendiri hanya bisa tersenyum canggung sambil menyangkal rumor tersebut. 

Wira dapat menyaksikan sikap para seniornya menjadi lebih rileks, mungkin karena mengetahui misi mereka telah selesai dan tak lama lagi semuanya akan kembali ke perguruan. Di sisi lain, Wira sekilas memperhatikan Ki Damar yang tengah duduk bersila sambil memejamkan mata. Wira merasa membutuhkan beberapa petunjuk dari sosok wakil ketua perguruan itu, tetapi ia memutuskan untuk menanyakan hal itu di waktu yang lebih tepat nanti. 

...***...

Pagi harinya, sepuluh kereta kuda dalam pengawalan tiga puluh prajurit mendekat ke lokasi tempat Ki Damar dan rombongannya beristirahat. Melihat keberadaan tiga sosok yang dikenalnya menyertai iring-iringan tersebut, Ki Damar bernapas lega karena mereka mendapat bantuan yang dibutuhkan. 

Wira memperhatikan prajurit Suranaga dan dua pendekar madya dari perguruan turun dari kuda dan menghampiri Ki Damar. Dari penjelasan prajurit Suranaga, mereka tiba di Kota Priwatika dan berhasil meyakinkan wali kota dari kota itu untuk mengirimkan bantuan setelah meyakinkan kondisi mereka saat ini. 

Tak lama kemudian, dari salah satu kereta kuda, turun seorang lelaki paruh baya yang merupakan wali kota yang dimaksud. Lelaki tersebut memberi salam kepada Ki Damar dan menyatakan kesanggupannya untuk membantu mereka berkenaan dengan keberadaan para mantan tawanan Kala Hitam tersebut. 

Dengan pengaruh Ki Damar, Perguruan Rantai Emas, dan juga Kerajaan Suranaga, sudah sepatutnya wali kota tersebut mengulurkan tangannya. Ki Damar pun menjelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh wali kota tersebut dan juga memberikan peringatan yang sama dengan Wali Kota Panggungan apa bila ia sampai melakukan tindakan justru merugikan orang-orang yang telah menderita itu. 

Setelah semua mantan tawanan Kala Hitam menempati kereta-kereta kuda yang telah disiapkan, Wali Kota Priwatika berpamitan kepada Ki Damar dan iring-iringan kereta beserta para prajurit Priwatika tersebut pun pergi meninggalkan Ki Damar dan timnya. 

Setelah rombongan kereta kuda tersebut menghilang dari pandangan, Ki Damar dan tim tersebut pun bergegas untuk kembali ke Perguruan Rantai Emas. Dalam perjalanan yang kali ini mereka tempuh tanpa terburu-buru, Ki Damar menyampaikan bahwa misi mereka kali ini memang telah selesai. 

Tetapi di luar sana tidak sedikit markas kelompok Kala Hitam yang masih berdiri. Ki Damar berencana untuk memperbanyak misi penghancuran markas-markas gerombolan bandit tersebut di kemudian hari. Setiap pendekar dalam tim tersebut tampak setuju dengan hal rencana itu, khususnya Wira. 

Wira sendiri sempat memikirkan untuk menghancurkan lebih banyak kelompok Kala Hitam yang ditemuinya saat ia memiliki kesempatan untuk menjalankan misi apa pun yang memungkinkannya berkelana ke luar sekte meskipun sendirian. 

Setelah menyaksikan sendiri kekejaman gerombolan Kala Hitam, Wira tidak melihat adanya kemungkinan bagi orang-orang seperti mereka untuk berubah dan hal ini menjadi kegelisahan baru baginya. Apakah untuk menghentikan kekejaman seperti itu, tangannya harus berlumur darah. Jika memang harus demikian, apakah ia sanggup melakukan hal itu tanpa khawatir dirinya sendiri akan berubah?

1
anggita
like, iklan utk novel fantasi timur lokal, moga lancar👌
anggita
Wira...,,, Ratnasari😘
Mythril Solace
Seru banget ceritanya, thor! Alurnya ngalir dan gaya penulisannya hidup banget—bikin aku kebawa suasana waktu baca. Aku juga lagi belajar nulis, dan karya-karya kayak gini tuh bikin makin semangat. Ditunggu update selanjutnya ya! 👍🔥
Ilham Persyada: siyap kak ..🫡
total 1 replies
Hillary Silva
Gak kebayang ada cerita sebagus ini!
Kaede Fuyou
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
Ilham Persyada: terima kasih Kak ... mohon dukungannya 🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!