NovelToon NovelToon
BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

BOUND BY A NAME, NOT BY BLOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:816
Nilai: 5
Nama Author: Lina Hwang

Xandrian Elvaro, pria berusia 30 tahun, dikenal sebagai pewaris dingin dan kejam dari keluarga Elvaro Group. Sepeninggal ayahnya, ia dihadapkan pada permintaan terakhir yang mengejutkan: menikahi adik tirinya sendiri, Nadiara Elvano, demi menyelamatkan reputasi keluarga dari skandal berdarah.

Nadiara, 20 tahun, gadis rapuh yang terpaksa kembali dari London karena surat wasiat itu. Ia menyimpan luka masa lalu bukan hanya karena ditinggal ibunya, tetapi karena Xandrian sendiri pernah menolaknya mentah-mentah saat ia masih remaja.

Pernikahan mereka dingin, dipenuhi benteng emosi yang rapuh. Tapi kebersamaan memaksa mereka membuka luka demi luka, hingga ketertarikan tak terbendung meledak dalam hubungan yang salah namun mengikat. Ketika cinta mulai tumbuh dari keterpaksaan, rahasia kelam masa lalu mulai terkuak termasuk kenyataan bahwa Nadiara bukan hanya adik tiri biasa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta yang Berdarah

Hari persidangan kedua seharusnya menjadi kesempatan untuk menguatkan argumen mereka. Tapi tak satu pun dari mereka menduga apa yang akan terjadi.

Xandrian baru saja keluar dari mobilnya, berjalan menuju gedung pengadilan, ketika suara tembakan menggema di udara.

DOR!

Kaca mobil belakangnya pecah. Para wartawan berteriak. Tubuh-tubuh berhamburan mencari perlindungan. Nadiara menjerit saat melihat Xandrian terhuyung lalu jatuh ke tanah.

“XANDRIAN!”

Darah mulai membasahi kemeja putih pria itu. Tangan Nadiara gemetar saat mencoba menutup luka di dada kekasihnya dengan tangan kosong.

“Jangan tutup matamu! Jangan jangan tinggalin aku!”

Petugas keamanan bergerak cepat. Tersangka penembakan melarikan diri menggunakan motor, tapi wajahnya sempat tertangkap kamera CCTV. Tak butuh waktu lama untuk polisi mengidentifikasi pelaku: salah satu orang suruhan Leo.

Leo ditangkap keesokan harinya. Ia membantah semua tuduhan, tapi bukti mulai mengarah jelas padanya. Sementara itu, Xandrian dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Nadiara tak meninggalkannya sedetik pun. Bahkan saat dokter menyarankan istirahat, ia tetap berada di sisi tempat tidur pria itu.

Setiap tetes infus, setiap bunyi monitor jantung, adalah detak antara harapan dan kehilangan.

“Aku belum selesai mencintaimu… kamu belum boleh pergi…” bisik Xandriab menggenggam tangan pria itu yang dingin.

Sementara di luar, media kembali mengubah narasi. Kali ini, mereka menyebut Nadiara sebagai wanita yang berdiri di tengah badai dan tetap bertahan. Dukungan publik perlahan menguat.

Tapi semua itu tidak berarti apa-apa… jika Xandrian tak pernah membuka matanya lagi.

Sirine ambulans meraung tak henti saat Xandrian dibawa masuk ke ruang gawat darurat. Baju Nadiara sudah dipenuhi darah, namun ia tidak peduli. Tangannya terus menggenggam tangan Xandrian yang nyaris tak bergerak. Dokter dan perawat berlarian, berteriak memberi instruksi, namun semua terdengar seperti gema jauh bagi Nadiara. Hanya satu suara yang menggema dalam hatinya namanya.

“Xandrian… bertahanlah…”

Saat pintu ruang operasi tertutup tubuh Nadiara limbung. Ia terduduk di lantai rumah sakit, matanya kosong menatap noda darah yang menodai telapak tangannya.

Beberapa menit kemudian, Hermawan datang tergopoh-gopoh bersama beberapa pengacara dari tim mereka. Wajahnya tegang. “Apa yang terjadi?!”

“Dia… dia ditembak…” suara Nadiara parau. “Tepat di depan pengadilan… tepat di depanku…”

Hermawan menoleh ke seorang stafnya, “Segera urus pengamanan ekstra untuk rumah sakit ini. Hubungi polisi. Kita harus pastikan keamanan Bu Nadiara juga.”

Sementara itu, berita mengenai penembakan Xandrian menyebar cepat. Televisi, media sosial, dan kanal berita online dipenuhi headline seperti

“CEO Muda Elvaro Group Ditembak!”

“Drama Warisan Berubah Tragis: Cinta Berlumur Darah”

“Nadiara, Istri Tangguh di Tengah Kekacauan”

Namun di balik semua itu, ada satu wajah yang menyeringai di dalam sel tahanan Leo. Meski polisi sudah menunjukkan foto pelaku yang tertangkap CCTV, ia tetap menyangkal.

“Itu bukan aku. Aku tidak menyuruh siapa pun,” katanya pada penyidik.

Tapi dunia mulai melihat topeng Leo yang retak. Beberapa mantan bawahannya mulai angkat bicara. Ada yang mengaku pernah disuruh memata-matai Xandrian, bahkan menggali informasi pribadi Nadiara.

Malam itu, Nadiara masih menunggu di lorong rumah sakit. Dokter keluar dari ruang operasi, wajahnya lelah tapi tak sepenuhnya putus asa.

“Kami sudah berhasil mengangkat peluru. Tapi kondisinya masih kritis. Sekarang tinggal menunggu… semoga ia kuat bertahan.”

Nadiara terisak. Tangannya langsung menutupi mulutnya, mencoba menahan suara tangis yang pecah dalam dada.

Pagi harinya, ruangan rawat intensif sunyi. Hanya suara mesin-mesin medis yang memantau denyut kehidupan Xandrian. Wajahnya pucat, selang oksigen menutupi hidungnya, dan infus menggantung di sisi tempat tidur.

Nadiara duduk di kursi, rambutnya berantakan, mata sembab. Ia menggenggam tangan pria itu, seperti janjinya semalam.

“Kamu tahu…” suara Nadiara lirih, nyaris seperti bisikan, “Aku selalu berpikir cinta itu tentang kata-kata manis, tentang ciuman dan pelukan di saat senang.”

Ia tertawa kecil, getir.

“Tapi ternyata… cinta itu duduk semalaman di ruang rumah sakit. Cinta itu menunggu… menunggu seseorang membuka matanya.”

Ia menunduk, mencium punggung tangan Xandrian. “Kalau kamu pergi… aku tidak tahu harus bagaimana. Kita belum selesai. Kita belum benar-benar mulai hidup kita.”

Air matanya kembali jatuh.

Tiba-tiba, monitor jantung berbunyi sedikit lebih cepat. Denyut nadinya naik. Mata Nadiara membelalak.

“Xandrian?”

Ia mendekatkan wajahnya, melihat kelopak mata pria itu yang mulai bergerak pelan.

“Xandrian… kalau kamu dengar aku… tolong… buka matamu…”

Dan seperti keajaiban kecil, perlahan, mata itu terbuka sedikit. Nafas Nadiara tercekat. “Dokter! Dia sadar! Dia sadar!”

Beberapa detik kemudian, tim medis masuk. Mereka memeriksa, mengonfirmasi bahwa pasien menunjukkan respon sadar.

“Masih sangat lemah… tapi dia sadar. Ini kabar baik,” ujar dokter dengan lega.

Nadiara menutup mulutnya, menangis lagi tapi kali ini karena harapan. Ia membungkuk ke arah Xandrian dan berbisik

“Terima kasih… karena kamu memilih tetap tinggal bersamaku.”

Beberapa hari berlalu. Luka Xandrian perlahan membaik, meski ia harus menjalani rawat inap cukup lama. Persidangan ditunda sementara waktu, namun publik sudah mulai melihat pasangan ini sebagai simbol kekuatan dan ketulusan.

Hashtag #FightForXandrian dan #NadiaraStrong mendominasi dunia maya. Para pendukung membuat mural bergambar siluet mereka berdua di salah satu tembok kota

“Cinta yang Berdarah, Tapi Bertahan”.

Dan di balik jeruji besi, Leo mulai kehilangan simpatisan. Saham perusahaannya jatuh, kontrak bisnis dibatalkan satu per satu. Ia mencoba menyangkal, tapi karma tak pernah mengetuk pintu dengan lembut.

Pada suatu pagi, saat Xandrian sudah bisa duduk di kursi roda, ia memandang jendela kamarnya. Nadiara datang membawakan sarapan.

“Kamu tahu,” kata Xandrian pelan “Aku pernah berpikir cinta itu membuat kita lemah.”

Nadiara menatapnya.

“Tapi sekarang aku tahu. Cinta justru membuat kita kuat. Karena tanpamu aku takkan pernah bisa kembali berdiri.”

Nadiara tersenyum, meletakkan nampan makanan. “Maka, mari berdiri bersama. Dan lawan semuanya, bersama.”

Mereka saling menggenggam tangan. Kali ini, tanpa darah tanpa rasa takut hanya cinta yang tumbuh dari luka, dan terus bertahan meski dunia ingin menjatuhkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!