Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8. Salah Mengira
Waktu terus berlalu, tidak terasa hari sudah magrib, April sama Mbok Darmi sedang bersiap-siap untuk menunaikan ibadahnya.
Sedangkan Juni, bersama bagus, keduanya singgah di mesjid saat perjalanan pulang kerumah.
Selesai melakukan kewajibannya sebagai orang muslim, April dan Mbok Darmi langsung menyiapkan makan malam.
Kedua wanita beda usia itu nampak sudah akrab, keduanya sudah seperti lama kenal.
Mbok, memangnya mas Juni selalu pulang malam ya ?" tanya April karena tidak tau Juni bekerja apa.
"Gak juga, kadang kalau ada masalah di hotel dan restoran." Jawab Mbok Darmi.
Mbok Darmi sudah terbiasa dan tau kalau ada masalah pasti Juni akan memberi tahunya.
"O, memangnya mas Juni kerja di dua tempat ya Mbok ?" tanya April mengira kalau Juni bekerja.
"Bukanlah, Den Juni itu pengusaha, dia punya hotel dan juga restoran dimana-mana, dia itu orang kaya." Jawab Mbok Darmi.
"Maaf Mbok, aku pikir mas Juni kerja, eh taunya pengusaha." April merasa tidak enak, karena salah mengira, April pikir Juni bekerja seperti dirinya yang bekerja di sebuah kedai sembako.
"Ya gak apa-apa, kamu kan belum tau, ya udah kamu bawa nasi kemeja makan, kita persiapkan dulu, sebentar lagi Den Juni pulang." Ujar Mbok Darmi dan langsung dilakukan oleh April.
Saat semua makan malam sudah tertata, tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi.
April dan Mbok Darmi saling pandang, mereka bingung siapa yang datang malam-malam, biasanya kalau Juni pulang dia tidak pernah menekan bel, Juni langsung masuk aja.
"Mbok, siapa yang datang, apa itu juragan Sofyan ?" April mulai ketakutan.
April langsung kedapur, dia bersembunyi, jantungnya sudah berdegup, pikirannya sudah tidak tenang.
Sedangkan Mbok Darmi, jika was-was, dia melangkahkan kaki kepintu utama.
"Assalamualaikum. Mbok, Mbok." terdengar suara orang memberi salam dan memanggil nama Mbok Darmi.
Mbok Darmi mempercepat jalannya, dia tersenyum, Mbok Darmi sudah hafal suara itu.
Mbok Darmi segera membuka pintu, Benar saja, seperti yang Mbok Darmi pikir ternyata yang berdiri didepan pintu adalah Ibu Lusi.
"Mana itu anak, harus aku jewer telinganya, dari pagi sampai malam tidak diangkat telepon ku." Omel Ibu Lusi langsung masuk dan langsung kelantai dua dimana kamar Juni berada.
Mbok Darmi hanya menggeleng kepala, dia sudah biasa dengan Ibu Lusi seperti itu.
April yang mendengar suara perempuan, dia keluar dari persembunyiannya.
April menghampiri Mbok Darmi, namun matanya tertuju pada sosok paruh baya yang sedang menaiki tangga satu persatu.
"Siapa Mbok ?" tanya April karena dia tidak kenal dengan Ibu Lusi.
"Itu Non, Ibu Lusi, dia Ibunya Den Juni, dia tinggal didesa, tidak mau tinggal disini, katanya didesa itu damai." Jawab Mbok Darmi.
April mengangguk, tapi dia khawatir, hatinya tidak tenang, dia takut Ibunya Juni akan mengusirnya, April berpikir kalau Ibu Lusi itu jahat, buktinya baru sampai langsung merepet.
Melihat wajah takut dan khawatir dari April, Mbok Darmi langsung berkata.
"Gak usah takut, Bu Lusi selalu seperti itu, tapi dia sangat baik, sama kaya Den Juni, dia mengomel karena Den Juni belum juga menikah, padahal usianya sudah dua puluh enam."
"I...iya Mbok." Jawab April ragu.
"Tolong ambilkan piring satu lagi, Bu Lusi juga akan makan dan menginap disini, Mbok akan merapikan kamar dulu untuk Bu Lusi." Ujar Mbok Darmi, sedangkan April langsung mengambil piring seperti yang diminta oleh Mbok Darmi.
"Juni, Juni, mana kamu, keluar," dengan suara sedikit keras, Bu Lusi menggedor-gedor pintu ketika sampai didepan pintu kamar Juni.
Bu Lusi mengira kalau Juni ada dikamarnya karena ini sudah malam, dan tidak mungkin Juni belum pulang.
"Juni, buka pintunya, ini Ibu, keluar, cepat, kamu tidak mendengar Ibu, apa mau jadi anak durhaka kamu ?" Bu Lusi kembali menggedor pintu kamar Juni.
Tapi pintu itu tidak kunjung terbuka, bahkan tidak ada sahutan dari dalam kamar itu.
"Apa dia belum pulang ya ?" Gumam Bu Lusi, kemudian dia menempelkan telinganya di daun pintu untuk mendengar apakah ada suara dari dalam kamar.
Setelah lelah memanggil dan berteriak, juga menggedor pintu, akhirnya Bu Lusi turun kebawah, dia berniat ingin menanyakan pada Mbok Darmi.
Namun setelah sampai dibawah, langkahnya berhenti saat melihat punggung seorang gadis duduk membelakangi dirinya dikursi meja makan.
Sedangkan Mbok Darmi tidak ada disana, Mbok Darmi sedang merapikan dapur.
Bu Lusi tersenyum, dia menebak kalau gadis yang sedang duduk di kursi meja makan adalah calon menantunya.
Dengan hati senang dan semangat 45 Bu Lusi langsung menghampiri gadis yang hanya nampak punggung saja.
April mendongak, dia melihat Bu Lusi sudah berdiri tersenyum dihadapannya saat ini.
April juga membalas senyum itu, tapi dia tidak berani menyapa, walaupun Mbok Darmi tadi sudah mengatakan kalau Bu Lusi orang baik.
Bu Lusi melihat April sangat cantik, anggun dan polos, dia langsung memeluk tubuh April tanpa berkata apapun.
Reaksi Bu Lusi mampu membuat April tersentak kaget, dia bingung kenapa Bu Lusi Ibunya Juni memeluknya dengan antusias.
"Kamu sangat cantik, Juni tidak salah memilih, patutlah dia menolak saat Ibu menjodohkannya." Ujar Bu Lusi tangannya tidak henti mengelus wajah lembut April yang natural tanpa polesan.
mendengar itu, April semakin bingung, dia bahkan belum berkenalan sama wanita paruh baya itu, tapi Bu Lusi langsung memeluknya, walaupun bingung dan tidak mengerti, namun April tetap membalas senyum Bu Lusi agar tidak dibilang sombong.
"Kamu sangat cantik, siapa namamu, aku senang Juni memilih calon menantu untukku seperti kamu." Bu Lusi kembali memeluk tubuh April.
"Nama saya, April Bu," jawab April dengan raut wajah bingung.
"Wah, nama kamu sangat bagus, Ibu senang sekali, Ibu ini Ibunya Juni, Juni pasti sudah cerita sama kamu." Senyum di bibir Bu Lusi tidak redam, dia begitu senang karena Juni sudah mempunyai calon istri.
Juni yang baru sampai dirumah, langkah kakinya berhenti saat melihat adegan didepan matanya.
Juni mendengar semua yang dikatakan Ibunya pada April, dia juga melihat betapa senang Ibunya walaupun hanya mengira April adalah calon menantunya.
Mata Bu Lusi menangkap sosok Juni yang berdiri seperti patung yang tidak jauh dari Bu Lusi dan April.
"Hei anak nakal, sini kamu, kenapa gak angkat telepon Ibu, tapi tidak apa-apa, Ibu maafkan, karena kamu sudah memberi Ibu calon mantu yang begitu cantik."
"Calon mantu, apa Ibu ini pikir aku ini calon istrinya mas Juni ?" Tanya April dalam hati pada diri sendiri.
"Tapi aku ini bukan--" April ingin memberi tahu Bu Lusi kalau dia bukan calon istrinya Juni tapi dia terdiam karena Juni menanggapi.
Bersambung.
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣