"Aku sudah lama tidak pernah merindukan siapapun. Karena aku tahu, rindu itu cukup berat bagiku. Tapi sekarang, aku sudah mulai merindukan seseorang lagi. Dan itu kamu..!"
Maarten tahu, hidupnya tak pernah diam. Dia bekerja di kapal, dan dunia selalu berubah setiap kali ia berlabuh. Dia takut mencintai, karena rindu tak bisa dia bawa ke tengah laut.
"Jangan khawatir, kupu-kupumu akan tetap terbang.
Meski angin membawa kami ke arah yang berbeda,
jejak namamu tetap tertulis di sayapnya"
Apakah pria dari Belgia itu akan kembali?
Atau pertemuan kami hanya sebatas perjalanan tanpa tujuan lebih?
(Kisah nyata)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kelly Hasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
YOU'RE AMAZING
Aku melangkah masuk ke rumah dengan hati yang sedikit lebih ringan. Aroma pagi hari yang hangat menyambutku, bercampur dengan bau sarapan sederhana yang sudah disiapkan nenek sejak pagi. Rasanya seperti pelukan diam dari masa kecil. Tenang, teduh, dan mengingatkanku bahwa hidup terus berjalan, sesulit apa pun hari kemarin.
Aku berjalan menuju meja makan, lalu duduk perlahan. Matahari mulai menembus kaca jendela, jatuh ke atas meja dengan lembut, menciptakan cahaya keemasan yang menghangatkan. Di meja itu sudah tersedia roti bakar, telur rebus, dan buah potong yang masih segar. Segalanya terlihat sederhana, tapi cukup untuk membuat pagi ini begitu sempurna.
Nenek sudah duduk di kursinya seperti biasa. Radio tua di sampingnya menyala pelan, memutar lagu-lagu lawas yang rasanya sudah jadi bagian dari pagi di rumah ini. Aku berjalan mendekat, lalu mencium pipinya dengan lembut, sebuah kebiasaan kecil yang selalu aku lakukan sejak lama.
Ia menoleh sebentar, tersenyum hangat, lalu kembali menatap ke luar jendela. Di wajahnya ada ketenangan yang sulit dijelaskan. Usianya sudah tua, tapi matanya masih setenang dulu, seolah menyimpan banyak cerita, namun memilih untuk diam.
Aku duduk di sebelahnya tanpa banyak kata. Di antara kami, keheningan bukan sesuatu yang aneh. Kadang cukup saling menemani, tanpa perlu menjelaskan apa-apa. Pagi itu, kami mulai berbincang ringan, tentang tanaman di halaman, tentang suara burung yang mulai jarang terdengar. Sesekali, nenek tertawa kecil, dan aku ikut tersenyum, bukan karena leluconnya lucu, tapi karena tawanya selalu menenangkan.
Setelah cukup lama duduk di samping nenek, berbincang santai ditemani suara radio dan tawa kecil yang sederhana, aku akhirnya pamit masuk ke kamar. Ada sesuatu yang pelan-pelan menarikku kembali. Entah rasa penasaran, atau mungkin rindu kecil yang tidak aku akui.
Tiba di kamar, hal pertama yang kulakukan adalah mengecek ponselku yang tergeletak di atas meja. Ada satu pesan dari Maarten, ternyata dikirim satu jam lalu. Aku sempat merasa bersalah karena baru membukanya sekarang.
Isi pesannya adalah sebuah video singkat. Dalam rekaman itu, seekor kupu-kupu menari di antara cahaya dan bayangan pepohonan hutan. Sayapnya terbuka lebar, menampilkan gradasi warna biru yang memukau seperti langit dan laut yang menyatu dalam satu gerakan. Video itu sangat sederhana, hanya beberapa detik, tapi bagiku terasa istimewa.
Dan di bawah video itu ada pesan susulan :
"Kelly... Hari ini aku melihat kupu kupu yang indah. Ternyata, kamu ikut bersamaku"
Aku sangat senang menerima pesan itu. Lalu aku segera membalasnya :
"Maarten, bahkan aku baru saja melihat kupu-kupu pagi tadi. Warnanya biru, dan hampir sama"
“Serius? Kamu baru juga lihat kupu-kupu?
Aku tersenyum kecil, lalu menulis lagi :“Iya serius. Aneh ya... Kita melihat kupu-kupu yang sama. Padahal kita jauh”
"Karena Tuhan tahu, kita saling merindukan. Jarak tidak berpengaruh dalam situasi kita saat ini"
Jawabnya hangat, nyaris membuat waktu seakan berhenti di sini.
Sejujurnya aku ingin sekali mengatakan aku sangat merindukannya. Bahkan aku sangat senang dia menghubungiku. Tapi aku mencoba menahannya, dan mencoba mengikuti alur yang sedang kita bahas.
"Ehmm... Oh ya Kelly, kamu masih belum menemukan sesuatu di tasmu?"
Aku mengernyitkan dahi, sedikit bingung. "Sesuatu? Ditas ku? Apa itu?". Aku masih belum mengerti.
"Aku menulis sesuatu di kertas kecil.. Aku menyimpannya di suatu tempat"
"Surat kecil?" Tanyaku heran.
"Oke, baiklah... Mungkin aku menyembunyikan kertas itu dengan sangat baik, jadi kamu tidak bisa menemukannya"
Oh ya! Aku mengerti. Lalu aku bergegas mengecek tas hitamku yang terakhir kali aku pakai saat bertemu Maarten. Aku mulai mengecek seluruh bagian tasku. Aku mencarinya dengan sangat teliti campur semangat. Dan akhirnya, aku menemukan surat kecil bertuliskan "YOU ARE AMAZING!"
Aku tersenyum dengan dada yang sangat bergemuruh. Ini bukan hanya sekedar surat. Tapi lebih dari itu. Lalu akupun segera memotret surat itu dan mengirimkannya dengan cepat kepada Maarten.
"Aku menemukan ini....."
"HAHAHA YES! Jangan lupakan itu. Kamu yang terbaik"
"Maarten maafkan aku. Aku terlambat menemukannya. Aku tidak mengecek tasku lagi"
"Tidak perlu minta maaf... Aku harap kamu tau, kamu adalah wanita yang luar biasa. Aku sangat berharap bisa bertemu denganmu lagi"
"Kita pasti akan bertemu! Aku akan menyimpan surat ini baik-baik. Aku akan menjaganya"
"Terima kasih. Bagaimana harimu?" Tulis Maarten.
Aku tersenyum sejenak sebelum membalas.
"Cukup tenang... Aku baru selesai sarapan bareng nenek, terus duduk di halaman sebentar. Pagi ini terasa damai."
"Kedengarannya menyenangkan. Aku rindu momen sederhana seperti itu. Bagaimana kabar nenekmu?"
"Sangat baik. Nenekku masih sangat sehat"
"Syukurlah... Aku senang mendengarnya"
"Kamu gimana? Masih di hutan?" Tanyaku
"Iya, tadi kami jalan kaki cukup jauh. Tapi rasanya terbayar. Banyak hal indah yang aku lihat. Kupu-kupu tadi salah satunya."
Aku membalas dengan perasaan senang.
"Senang mendengarnya. Rasanya ikut dibawa ke dalam lewat videomu."
"Kamu selalu ada di pikiranku waktu aku lihat kupu-kupu itu. Itulah kenapa, aku rekam dan kirim."
Lalu Maarten menulis pesan lagi. Kali ini dengan nada antusias.
"Oh ya! Hari ini aku akhirnya melihat orang utan secara langsung. Mereka jauh lebih besar dari yang kubayangkan"
"Serius? Woo kamu keren….."
"Iya. Mereka terlihat baik. Gerakannya tenang. Ada yang duduk sambil menggendong anaknya, ada yang sibuk gelantungan di atas pohon, ada juga yang sibuk foto sama turis. Hahaha"
"Iiihh lucu banget…. Kamu difoto gak?"
"Jelas dong… Nanti aku kirim fotonya ke kamu"
"Yess.. Kirim ya.. Aku gak sabar banget……"
Ada rasa yang sulit dijelaskan, namun menyentuh bagian terdalam dari hatiku. Bukan perasaan yang meledak-ledak, tapi hadirnya tenang, mengendap perlahan, dan tumbuh tanpa paksaan. Rasanya seperti menemukan sesuatu yang lama hilang.
Aku terus memandangi kertas kecil itu. Surat kecil dari Maarten tak berhias kata-kata puitis, tapi justru di situlah kekuatannya. Tulisannya sederhana, hanya satu kalimat “You are amazing”. Tapi entah mengapa, kalimat itu mampu mengguncang ruang di dadaku yang dulu pernah sepi terlalu lama. Aku membacanya berulang-ulang, setiap hurufnya seperti menyentuh bagian dalam diriku. Tak pernah ada yang mengatakannya sejujur itu padaku, tanpa syarat, tanpa pamrih.
Aku menyelipkan surat itu di balik silikon ponselku. Aku ingin selalu membawanya ke mana pun aku pergi. Bukan karena aku lemah, tapi karena aku manusia, dan manusia butuh diingatkan. Bahwa aku layak. Bahwa aku berharga. Bahwa di tengah dunia yang penuh penilaian, ada satu orang yang melihat aku apa adanya dan tetap memilih untuk berkata: “kamu luar biasa”.
Ini bukan sekadar benda, tapi potongan kecil dari cerita yang pernah menghangatkan hari-hariku. Tak akan robek, tak akan hilang, dan tak akan luntur, karena aku menjaganya seolah menjaga bagian dari hatiku sendiri.
Kadang aku membacanya ulang, bukan karena aku belum hafal isinya, tapi karena aku ingin selalu mengingat rasanya. Rasa yang manis.. Sangat manis!