Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AWAL KEHIDUPAN
Saat tiba dimana Marcel dan Hanna akhirnya segera melangsungkan acara pernikahannya aku pun datang bersama Mia, terlihat Mia begitu anggun mengenakan dress dan juga tata rias rambutnya membuatku tak henti untuk memandanginya.
"Kamu dari tadi lihat apa sih" tanya Mia yang menyadari bahwa aku sudah terang-terangan memperhatikannya
"Tidak ada hanya saja aku baru pertama kalinya melihatmu mengenakan dress" ucapku pada Mia
"Tadinya aku mengenakan celana tapi mamaku ngomel-ngomel" peluh kesah Mia.
"Sesekali kamu berpenampilan menarik apa salahnya" ucapku sambil menundukkan pandangan
"Jadi selama ini aku tidak menarik?" ketus Mia
"Kamu selalu menarik ko" ucapku keceplosan membuatku dan Mia menjadi salah tingkah satu sama lain.
"Jiro bagaimana apa kamu sudah memberitahu orang tuamu mengenai kau pria sejati" tanya Mia mengalihkan suasana
"Ah iya sudah ku luruskan" jawabku
"Lalu bagaimana tanggapan orangtuamu?" tanya Mia kembali
"Mereka ingin aku membawa 1 wanita kerumah dan memperkenalkannya pada mereka" jawabku
"Terus, kau sudah ada wanita untuk di kenali?" tutur Mia
"Tidak ada" celetukku membuat Mia menghela nafas panjang.
Tibalah pengantin pria yaitu Marcel yang sedang diiringi bersama kedua orang tuanya dan terlihat dibelakangnya beberapa anak-anak begitu juga dengan adiknya yang sedang membawa berbagai hantaran. Marcel terlihat sedang menangis saat di pertemukan dengan pengantin wanita yaitu Hanna.
"Kenapa Marcel harus menangis dihari bahagianya?" bisikku pada Mia namun Mia menyipitkan matanya saat melihatku membuatku merasa kebingungan
"Haduh Jiro, Marcel itu menangis bukan karena sedih tapi dia terharu akhirnya dia bisa bersanding dan memiliki Hanna seutuhnya, akhirnya cinta sejati memihak mereka dan bisa menggapai keinginan mereka untuk terus bisa hidup bersama" ucap Mia dan aku hanya menganggukkan kepala
Acara masih terus berlangsung yaitu sesi foto antara keluarga juga para kerabat termasuk aku dan juga Mia.
"Mia aku boleh minta tolong padamu untuk memegang bunga ini" ucap Hanna kepada Mia dan Mia meraih bunganya dari tangan Hanna.
Namun 1 jam kemudian Mia merasakan sedang menanti sesi pengantin melemparkan bunga hingga Mia menghampiri Hanna dan berbisik kepadanya.
"Hanna, kapan kamu akan melemparkan bunganya?" Bisik Mia pada Hanna
Hanna tersenyum"sudah ku lakukan ko"
"Mia terdiam tidak memahami maksud dari Hanna"
"Ini sudah ku lemparkan padamu" Hanna menunjuk bunga yang sedari tadi di genggam oleh Mia, membuat Mia semakin terdiam membatu
"Helo Miaaaa ...!!!" Hanna menyadarkan Mia dengan tangannya yang naik turun di hadapannya namun Mia menggarukkan kepalanya masih juga tidak mengerti, kemudian Hanna menghela nafasnya
"Yasudah sini, kamu mau aku melemparkan bunganya kan" ucap Hanna mengambil alih bunga yang di genggam oleh Mia dan tiba-tiba Hanna melemparkannya kepadaku membuatku terkejut.
"Nah sudah ku lempar Mia" ucap Hanna dengan santainya membuat Mia menepuk jidatnya sendiri.
Mia menghampiriku sambil menggelengkan kepalanya, aku pun tersenyum saat Mia sudah berada di samping.
"Ada apa?" tanyaku namun Mia hanya menghela nafasnya
"Ini, tadi Hanna melemparkan bunganya padaku untukmu saja Mia" aku memberikan bunganya pada Mia namun Mia malah menatapku dengan sinis
"Kau itu pernah datang ke acara pernikahan tidak sih?" tutur Mia namun aku hanya mengangkat bahuku terlihat Mia begitu menahan kesal seraya sambil mengipasi dirinya dengan kedua tangannya
"Kau mau atau tidak?" ucapku tak ingin betele-tele kembali
"Untukmu saja" jawab Mia
Aku menghela nafas sejenak dan kemudian aku membagi dua bunga tersebut dan ku berikan setengahnya kepada Mia, Namun Mia semakin tercengang melihat tingkahku
Terlihat Mia begitu ragu saat ingin mengambil setengah bunga yang sudah ku bagi dua"Jiro, ketika pengantin melemparkan bunga dan siapa yang dapat dia akan menyusul"
"Oh ... Baguslah, kebetulan aku juga ingin berumah tangga" ucapku dengan santai namun Mia seperti terpaksa untuk tersenyum.
"Ya semoga kamu cepat-cepat berumah tangga ya" ucap Mia sedikit meledekku.
Akan tetapi tiba-tiba Mia menarik lenganku membawa ku mendekati orang-orang yang sedang berdansa dengan sesama pasangannya, aku merasa gugup dan begitu kaku karena aku tidak mengerti tentang dansa, akan tetapi apa boleh buat aku tetap menyeimbangkan gerakan Mia karena aku melihat Mia yang juga asal sembarangan menari. Dari sekian lama aku sudah tidak lagi melihat keceriaan Mia dari sebelumnya dia selalu terlihat murung namun kali ini aku merasakan seperti dejavu.
Dan juga kebahagiaan bagi Marcel dan Hanna atas pernikahannya mereka akan memulai kehidupan yang baru bersama-sama termasuk dengan orang yang saling mereka cintai.
...****************...
Beberapa bulan berlalu sejak itu Marcel menghubungiku untuk datang kerumahnya, dia menyuruhku untuk membantu memeriksa Hanna yang terbaring lemas, dan sesampainya dirumah Marcel dia terus-terusan memohon kepadaku untuk segera menolongnya. Aku pun melihat wajah Hanna yang begitu pucat dan lemas. Hanna pun segera berbaring dari ranjangnya aku pun langsung memeriksanya juga memastikan dugaanku tidak salah ...
"Maaf Jiro aku memintamu datang disaat kau sedang menikmati jadwal liburmu, sebetulnya aku mau membawa Hanna ke rumah sakit tetapi begitu aku akan membawanya Hanna semakin mabok dan tidak sanggup berlama-lama di dalam mobil jadi aku tidak bisa membawanya pergi kerumah sakit" tutur Marcel yang terlihat panik attack
Marcel terus menerus berbicara hingga aku tidak diberi kesempatan untuk mengatakan sesuatu padanya.
"Jiro, jadi bagaimana dengan Hanna dia selalu muntah-muntah bahkan sempat sampai pingsan aku tidak mau terjadi sesuatu pada Hanna atau bahkan dia harus sakit keras ... Ahhh kenapa tidak aku saja yang sakit aku tidak mau Hanna sakit ... !!!" Marcel terus merocos hingga aku merasa geram dan dengan reflex langsung memukulnya.
"Tidak bisakah kau beri aku kesempatan untuk mengatakan yang sebenarnya" ucapku sambil memukul kepala Marcel karena aku begitu geram padanya.
"Oke, tapi aku belum siap mendengar kenyataan yang tidak baik untuk Hanna" ucap Marcel berusaha untuk tetap relax
"Tidak ada tanda-tanda penyakit pada Hanna, jadi kau tidak perlu khawatir" ucapku menenangkan Marcel juga Hanna
"Syukurlah" tutur Marcel bernafas lega
"Kalian aktif berhubungan intim?" tanyaku keranah urusan ranjang mereka
"Kamu ini aku kan sudah menikah ya ... ya itu sudah pasti, kenapa kau malah menanyakan hal itu" ucap Marcel tersipu "Ah jangan-jangan _" ucap Marcel terhenti sejenak
"Jangan-jangan aku menularkan penyakit pada Hanna" ucapan Marcel membuatku menahan kesal untuk yang kedua kalinya
"Ketika orang sudah panik dia benar-benar bisa hilang akal ya" celetukku dan aku merasa sangat ingin memukul Marcel kembali
"Hei ... Bukankah tadi aku mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda penyakit pada Hanna" sambungku
"Lalu apa?" teriak Marcel yang masih terlihat panik
Aku menghela nafas dan menjabat tangan Marcel membuat Marcel merasa heran "selamat kamu akan menjadi seorang ayah"
Hanna dan Marcel berseru kagum mendengar pernyataan dariku, terlihat mereka berdua begitu bahagia hingga Marcel langsung memeluk Hanna. Aku sangat tersentuh dengan Marcel yang benar-benar sayang kepada Hanna dia sudah seperti pria sejati pada umumnya.
"Untuk pemeriksaan lebih lanjut pergilah ke dokter kandungan untuk memastikan tumbuh kembang janinnya" ucapku
"Dan aku akan memberikan kau resep agar kau bisa mencari vitamin di apotik untuk Hanna agar dia tidak terlalu lemas" aku pun segera mencatat resep obat untuk Hanna
"Siap dokter Jiro akan aku laksanakan" hormat Marcel dengan semangat.
semangattt/Determined//Determined/