NovelToon NovelToon
SERENA (Aku Ingin Bahagia)

SERENA (Aku Ingin Bahagia)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Guru Jahat
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nita03

Doa Serena setiap waktunya hanya ingin bahagia, apakah Serena akan merasakan kebahagiaan yang dia impikan? atau malah hidupnya selalu di bawah tekanan dan di banjiri air mata setiap harinya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halaman Tiga Puluh Empat

***

Sudah seminggu Hafiz bersabar. Ia menahan semua rasa penasaran, cemas, marah, dan bingung yang mengendap dalam dadanya. Setiap harinya, ia hanya bisa menatap punggung Serena dari jauh, menyaksikan perempuan itu berlalu dengan langkah cepat seperti ingin menjauh dari dunia—terutama darinya.

Namun sore ini, takdir seolah memberi celah.

Ketika Hafiz sedang menyusuri jalanan kecil tak jauh dari kantor untuk menenangkan diri setelah rapat yang melelahkan, ia melihat sosok yang sudah terlalu lama ia rindukan. Serena.

Perempuan itu tengah berdiri di depan warung mie ayam sederhana yang memang terkenal enak di kawasan itu. Serena terlihat hendak memesan, berdiri sambil memegang dompet kecil dan ponsel di tangannya.

Tanpa pikir panjang, Hafiz langsung memutar mobilnya ke sisi jalan yang lebih sepi. Ia turun, menghampiri Serena dari belakang dengan langkah cepat.

"Serena."

Serena menoleh, dan matanya membulat saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

“Mas Hafiz?” ucapnya pelan.

Namun belum sempat ia mengucapkan sepatah kata lagi, tangan Hafiz sudah menggenggam pergelangan tangannya.

“Kita perlu bicara,” katanya tegas.

“Mas Hafiz, aku—”

“Sekarang,” potong Hafiz, matanya menatap dalam, tak memberinya ruang untuk mengelak.

Serena terpaku. Entah karena kaget, gugup, atau memang sudah lelah terus menghindar. Ia hanya bisa mengikuti langkah Hafiz menuju mobilnya yang terparkir tak jauh. Saat pintu dibuka, Hafiz mengisyaratkan untuk masuk. Serena menurut, meski dadanya terasa sesak.

Begitu mobil tertutup rapat dan sunyi mengambil alih ruang, Hafiz memutar tubuhnya menghadap Serena.

“Kenapa kamu menghindar dariku?”

Serena terdiam, menunduk. Jari-jarinya menggenggam erat.

“Kenapa kamu nggak balas pesanku? Kenapa kamu pergi begitu saja waktu acara kantor itu? Dan kenapa... setiap kali aku datang kamu pasti pergi?”

Serena tetap diam.

“Serena, aku ini bukan orang yang suka dipermainkan. Kalau kamu memang tidak suka aku, katakan. Tapi jangan seperti ini. Jangan tiba-tiba menghilang seperti aku nggak pernah berarti buat kamu.”

Hafiz menahan napas. Ia tidak bermaksud meninggikan suara, tapi emosinya sudah terlalu menumpuk. Perempuan di sebelahnya itu terus menghindar, seolah perasaannya tak pernah ada artinya.

Serena mengangkat wajahnya perlahan. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergerak, tapi suaranya serak.

“Aku nggak berniat buat mainin perasaan kamu, Mas Hafiz…”

“Lalu kenapa? Ada apa?”

Serena menarik napas dalam. Lalu dengan suara pelan, ia akhirnya berkata, “Karena Mama Mas Hafiz.”

Hafiz mematung.

“Beberapa malam lalu... aku dan Delina pergi ke luar untuk cari makan. Di depan toko... kami ketemu Mama Mas. Dia... tanpa basa-basi, bilang langsung ke aku untuk menjauh dari kamu, Mas.”

Serena menunduk lagi, suaranya makin lirih.

“Aku bukan siapa-siapa, Mas Hafiz. Mamamu jelas-jelas nggak suka aku. Bahkan sebelum mengenal aku lebih dalam. Aku nggak mau jadi alasan hubungan kamu dan keluargamu jadi buruk. Aku nggak mau... jadi penghalang apa pun yang sudah direncanakan mereka.”

Hafiz meremas setir kemudinya, matanya tertuju ke depan, menatap kosong. Jantungnya seperti ditusuk.

“Jadi karena Mama?” gumamnya.

Serena mengangguk, air matanya mulai jatuh. “Aku tahu kamu orang baik. Dan aku juga... aku juga sebenarnya... punya perasaan yang sama. Tapi kalau orang tua kamu sudah punya rencana lain, dan mereka tidak bisa terima aku, maka satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanyalah... pergi.”

Hening.

Hafiz mengalihkan pandangannya kembali pada Serena. Ada sorot sedih sekaligus marah di matanya.

“Kamu tahu kenapa aku nggak pernah nurutin permintaan Mama buat menerima perjodohan itu? Karena aku nggak suka diatur. Dan karena... yang aku mau, bukan mereka. Tapi kamu.”

Serena membeku. Ia tak tahu harus berkata apa.

“Aku udah cukup hidup dengan ekspektasi orang tua. Aku capek. Dan kamu—kamu datang dalam hidup aku bukan karena kehendak siapa-siapa, tapi karena kita sama-sama berproses. Kamu nggak minta aku suka sama kamu, tapi kenyataannya aku suka. Aku nyaman. Dan aku ingin memperjuangkan kamu.”

Hafiz menatapnya tajam.

“Jadi kalau kamu mau menyerah sekarang, itu bukan karena aku. Itu karena kamu yang memilih menyerah.”

Serena menggigit bibirnya. Hatinya bergetar. Matanya sudah basah sepenuhnya sekarang.

“Aku takut,Mas Hafiz... Aku bukan siapa-siapa. Aku nggak punya apa-apa...”

“Kamu punya keberanian,” potong Hafiz. “Dan itu cukup. Buat aku, kamu jauh lebih dari cukup.”

Serena menunduk lagi, terisak. Ia tak menyangka akan mendengar semua ini langsung dari Hafiz. Semua yang sejak dulu hanya bisa disimpan sebagai harapan diam-diam, kini nyata.

Tapi ia masih ragu... masih takut.

“Beri aku waktu,” ucapnya lirih. “Beri aku waktu untuk menata semua ini. Aku butuh tahu... kalau aku bisa berdiri di samping kamu, tanpa merasa kecil.”

Hafiz mengangguk pelan. Kali ini, ekspresi wajahnya melunak. Ia menyentuh tangan Serena yang berada di pangkuannya, menggenggamnya hangat.

“Aku akan tunggu,” katanya. “Selama kamu nggak pergi lagi.”

Serena mengangguk perlahan. Hatinya terasa ringan, walau air matanya belum berhenti mengalir. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, ia merasa lega—dan mungkin, sedikit... berani.

1
Yuliana Tunru
akjir x ada yg dukung hafiz ..nikah z dgn serena trus ikut opa mu keluar negri biarkan papa dan.mamamu.yg urus perudahaan dan airin
Yuliana Tunru
airin jikapun akhir x hafiz kau miliii tp kau hanya punya raga tanpa nyawa akan sia2 airin jgn jd obsesi gitu
Yuni Ngsih
Duh Author ada orang yg ky gtu pdhal masih klwrga ,hrsnya membimbingnya bkn memarahinya cerita kamu bafu nongol bikin ku marah & kezel Thor ,kmu sih yg bikin ceritra bgs banget jd yg baca kbw emozi ....he....lanjut tetap semangat
Nita: terima kasih kak, udah mampir.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!