Robert, seorang ilmuwan muda brilian, berhasil menemukan formula penyembuh sel abnormal yang revolusioner, diberi nama MR-112. Namun, penemuan tersebut menarik perhatian sekelompok mafia yang terdiri dari direktur laboratorium, orang-orang dari kalangan pemerintahan, militer, dan pengusaha farmasi, yang melihat potensi besar dalam formula tersebut sebagai ladang bisnis atau alat pemerasan global.
Untuk melindungi penemuan tersebut, Profesor Carlos, rekan kerja Robert, bersama ilmuwan lain, memutuskan untuk mengungsikan Robert ke sebuah laboratorium terpencil di desa. Namun, keputusan itu membawa konsekuensi fatal; Profesor Carlos dan tim ilmuwan lainnya disekap oleh mafia di laboratorium kota.
Dengan bantuan ayahnya Robert yang merupakan seorang pengacara dan teman-teman ayahnya, mereka berhasil menyelamatkan profesor Carlos dan menangkap para mafia jahat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmond Sillahi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak di Laut Dalam
Dua kapal besar berlayar menembus malam, menantang gelombang yang menggulung dari arah timur. Dari kejauhan, kapal itu tampak seperti kapal nelayan biasa dengan jaring dan peralatan pancing menggantung di sisi-sisinya. Tapi jika menelusuri lebih dekat, akan terlihat sensor malam hari, antena satelit militer, dan beberapa peti hitam yang ditutup jaring. Semua modifikasi dari tangan dingin seorang mantan marinir bernama Kapten Edi.
“Lama tak mengangkut penumpang seberbahaya kalian,” gumam Kapten Edi, menyeringai saat melihat Denny memeriksa senjata di bawah dek.
“Kita juga tak cari bahaya, Kapten. Tapi kadang, bahaya datang sendiri,” jawab Denny sembari menutup kotak senjata.
Di kapal kedua, Mark berdiri di anjungan, memandang layar peta digital yang menunjukkan koordinat Offshore Research Unit Sebuah platform penelitian terapung di perairan Laut Cina Selatan. Di sampingnya, Amanda sibuk menjalin komunikasi lewat headset dengan Roy dan tim darat.
“Sinyal dari Roy stabil. Mereka siaga penuh di garis pantai dengan dukungan dari Tim Sabhara. Kalau ada manuver musuh dari darat, kita bisa langsung tahu,” ujar Amanda cepat.
“Bagus. Pastikan juga jalur evakuasi terbuka,” kata Mark sambil memandangi cahaya samar platform terapung di kejauhan. “Kita tak tahu apa yang menunggu di sana.”
Di Laboratorium Desa, suasana lebih tenang namun tak kalah tegang. Di ruang bawah tanah, Robert, Misel, Jesika, Samuel, dan Profesor Carlos menjaga ketat ruang penahanan Elisabeth. Sementara itu, para ilmuwan yang sebelumnya disekap kini dirawat di ruang medis darurat.
Elisabeth hanya tertawa pelan dari balik kaca interogasi saat melihat Samuel datang membawa air hangat.
“Kau seperti pengasuh rumah jompo sekarang, Sam,” katanya.
Samuel menatapnya datar. “Dan kau seperti pasien yang tak sadar penyakitnya sendiri.”
“Tunggu saja. Mereka takkan pernah dapat mengalahkan Leonard,” gumam Elisabeth pelan.
Samuel diam sejenak, lalu berkata, “Kalau dia sekuat itu, kenapa sembunyi di laut?”
Senyum Elisabeth menghilang.
Sementara itu, di Offshore Research Unit SANG MU, sebuah ruang konferensi rahasia terletak di bawah geladak utama. Dr. Leonard Zheng, pria paruh baya dengan jas laboratorium bersih dan rambut disisir rapi, berdiri di depan proyeksi hologram.
Di ruangan itu hadir juga Jenderal Rahman, mengenakan seragam lengkap, dan Albert, Direktur Laboratorium Kota. Di sudut ruangan duduk seorang pemuda berkacamata, tekun menatap laptop dan layar server EVA. Bagas, ahli komputer yang diandalkan untuk menjaga sistem tetap aktif.
“Data menunjukkan bahwa Elisabeth tertangkap dan pusat Batu Langit sudah dikuasai mereka,” kata Leonard dingin. “Tapi kita masih punya sisa jaringan.”
Albert mengangkat alis. “Sudah formula yang dikembangkan Robert belum berhasil mereka dapatkan, sudah ditambah dengan masalah para ilmuwan yang berhasil kabur dan Elisabeth yang tertangkap.”
Jenderal Rahman menyambung, “Kita harus siaga. Apalagi ada laporan bahwa pihak asing sudah bergerak. Investor dari Mandarin dan Angkatan Amerika mulai menanyakan hasil dari formula itu.”
Leonard menghela napas, memandang hologram molekul yang berputar di hadapannya. “Kita bahkan belum tahu nama resminya. Tapi mereka menyebutnya ... ‘formula penyelamat’.”
Bagas mencatat cepat. “Saya sudah mulai backup sistem EVA ke server sekunder. Tapi kalau mereka sampai ke sini ...”
“Kita harus evakuasi data,” tegas Rahman. “Pindahkan file ke pusat cadangan di kapal penelitian Xian, dan ... tambah pasukan di perimeter. Saya perintahkan dua batalion marinir siaga penuh.”
Albert mengangguk, meski wajahnya tegang. “Leonard, apa benar Robert pernah menjadi subjek eksperimen?”
Leonard memandangnya, diam sejenak. “Dia bukan hanya subjek. Dia adalah prototipe berhasil. Dan karena itu ... dia juga ancaman terbesar.”
Tiba-tiba alarm pelacak berbunyi di sudut ruangan. Bagas berteriak, “Ada kapal mendekat! Dua unit! Tidak terdaftar dalam sistem perikanan atau logistik.”
Jenderal Rahman berdiri cepat. “Siapkan drone pengintai. Kita harus tahu siapa mereka ... dan pastikan mereka tak pernah kembali.”
Sementara itu, di dek kapal pertama, Mark menerima laporan dari Amanda yang memantau sinyal dari laptopnya.
“Mereka tahu kita datang,” kata Amanda.
Mark menoleh ke Denny. “Waktunya uji nyali.”
Denny menepuk bahu Amanda. “Sinyalmu jangan mati. Begitu kita naik ke platform, EVA bisa di-reset ulang dari pusat. Kita harus tangkap Leonard sebelum dia sempat hapus data.”
Gelombang mengguncang lambung kapal. Angin laut menderu.
Dan di kejauhan, platform Offshore Research Unit mulai terlihat jelas di bawah cahaya bulan.
Pertempuran baru di atas laut akan segera dimulai.
Langit dini hari di atas Laut Cina Selatan tampak kelabu. Kabut tipis menggantung di permukaan air, membuat platform Offshore Research Unit SANG MU terlihat samar seperti bayangan hantu di kejauhan. Dua kapal besar yang dikemudikan Kapten Edi kini sudah merapat pada jarak aman.
Mark berdiri di haluan, mengenakan pakaian selam hitam, helm taktis tergantung di tangannya.
“Amanda, pastikan komunikasi tetap terbuka dengan Roy dan tim darat. Jika ada pergerakan mencurigakan dari koordinat pantai, kita harus tahu,” ujarnya tegas.
Amanda mengangguk cepat. “Saluran terenkripsi aktif. Roy dan Tim Sabhara sudah menyebar drone pengintai di tiga titik sekitar garis pantai.”
Denny berjalan menghampiri dengan dua senapan serbu ringan.
“Aku bawa yang ringan tapi cukup buat bikin panik satu ruangan,” katanya sambil menyodorkan satu ke Mark.
Di belakang mereka, tim elit bersenjata lengkap mulai menaiki perahu karet kecil yang akan membawa mereka mendekati sisi platform. Di tengah pasukan, tampak Amanda, Jerry, dan dua teknisi muda yang dibawa untuk menangani server EVA jika berhasil dikuasai.
Sementara itu, di platform SANG MU, Bagas yang sedang memantau radar tiba-tiba menyipitkan mata.
“Ada objek kecil bergerak cepat mendekat dari arah tenggara. Delapan titik panas. Ini bukan ikan paus, Pak,” katanya serius.
Leonard menoleh tajam. “Aktifkan protokol pertahanan. Siapkan EMP lokal dan drone bersenjata.”
Jenderal Rahman mengangguk. “Pasukan siaga. Jangan tembak dulu sebelum identifikasi penuh.”
Namun perintah itu datang terlambat.
Perahu karet pertama mencapai sisi barat platform. Mark, Denny, dan dua orang lainnya naik diam-diam lewat tangga darurat di luar struktur logam. Angin laut yang menggigit tak menyurutkan langkah mereka. Denny menunjuk ke arah celah ventilasi besar di sisi gedung.
“Di situ, bisa kita lewati ke ruang utama. Amanda bilang jalur ini tembus ke pusat komando,” bisiknya.
Mark mengangguk. “Kita masuk diam-diam. Jangan tembak kecuali perlu.”
Di saat yang sama, perahu kedua yang membawa Amanda dan tim teknis merapat ke sisi utara. Amanda berkomunikasi lewat mikrofon.
“Tim Alpha, kami dalam posisi. Siap masuk lewat pintu ruang server.”
Dari telinga Mark terdengar suara Amanda di kanal komunikasi. “Sesuai rencana. Temui di titik Delta dalam 8 menit.”
Mark menjawab, “Copy.”
Tapi ketika mereka baru melangkah ke lorong logam panjang di dalam platform, tiba-tiba sirene meraung keras.
[ALERT – PENYUSUP TERDETEKSI]
Mark mendesis. “Mereka tahu kita di sini!”
Denny memukul dinding ringan. “Sial! Bagas pasti yang nangkep sinyal kita!”
Tak lama, suara ledakan kecil terdengar dari sisi utara. Itu suara granat flashbang yang dilempar Amanda untuk mengacaukan sistem keamanan.
Di ruang kontrol, Leonard Zheng berdiri dari kursinya.
“Siapkan tim tempur. Jaga pusat data EVA dan akses peluncuran!”
Jenderal Rahman mengangguk. “Siap. Aku akan pimpin sendiri.”
Albert yang sejak tadi gelisah, berkata, “Jangan biarkan mereka mengambil data. Kalau sampai mereka tahu soal EVA... kita habis.”
Pertempuran pecah di lorong sempit platform. Cahaya dari peluru tracer memantul di dinding logam. Pasukan militer Leonard terlatih, tapi tim Mark adalah mantan agen lapangan dan tentara bayangan yang telah menghadapi kondisi lebih buruk.
Denny bergerak cepat, menjatuhkan dua musuh dengan tembakan senyap. Mark menahan nafas, menyelinap ke ruang utama server dan membuka jalur untuk Amanda.
Sementara itu, Amanda dan tim teknisnya berhasil masuk ke Pusat Data EVA. Di dalam ruangan, Bagas berdiri memegang alat pemusnah data. Ia hendak menekan tombol saat melihat Amanda.
“Jangan bergerak!” teriak Amanda.
Bagas menoleh, terkejut. “Kau?”
“Aku mantan kolegamu di proyek EVA,” katanya sambil menodongkan pistol. “Jangan buat kesalahan yang akan kau sesali seumur hidupmu.”
Bagas ragu. Tangannya gemetar. Lalu akhirnya ... ia meletakkan alat pemusnah.
“Aku hanya ingin sistem ini tak disalahgunakan,” katanya pelan.
Amanda segera maju, mengaktifkan terminal dan memasang chip khusus dari Roy. File EVA mulai terduplikasi.
Sementara di ruang pertemuan utama, Mark berhasil mendobrak masuk. Leonard dan Rahman berdiri, siap melawan.
“Kau akhirnya datang,” kata Leonard dengan senyum tipis.
Mark menodongkan senjata. “Ini akhir permainanmu, Leonard. Aku tahu semuanya. Termasuk eksperimen pada anakku.”
Leonard mengangkat alis. “Ah, jadi Robert akhirnya tahu siapa dia. Itu ... mengecewakan. Kami berharap dia akan bergabung, bukan melawan.”
Jenderal Rahman mengangkat senjata, tapi sebelum bisa menarik pelatuk, Denny muncul di belakang dan menghentikannya dengan tembakan ke bahu.
Suara ledakan terakhir terdengar. Lalu senyap.
Mark mendekati Leonard. “Kau akan diadili. Sama seperti Elisabeth.”
Leonard hanya tersenyum. “Masih ada orang yang lebih kuat dari aku dan Elisabeth. Kau belum tahu siapa dalangnya.”
Mark menatapnya tajam. “Kau bisa mulai bernyanyi di pengadilan.”
Dua jam kemudian, platform berhasil diamankan. Tim Amanda berhasil menyalin hampir seluruh sistem EVA. Leonard, Albert, dan Bagas dibawa ke kapal untuk ditahan dan diinterogasi.
Di geladak, Mark berdiri bersama Amanda, menatap langit yang mulai cerah.
“Kau pikir ini sudah selesai?” tanya Amanda.
Mark menggeleng. “Baru saja dimulai. Mereka menyebut ‘dalang’. Mungkin seseorang di balik investor itu.”
Amanda menatap layar di tangannya. “Kita sudah tahu jejak datanya. Transaksi besar terakhir... dilakukan dari markas perusahaan farmasi internasional di Jenewa.”
Mark mengepalkan tangan. “Kalau begitu... selanjutnya kita ke Swiss.”
Di belakang mereka, matahari terbit di ufuk timur.
Namun bayangan dari proyek EVA masih panjang.