NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26.Mulai menunjukkan jati diri

Pagi ini, mentari baru saja mengintip di ufuk timur, Arza sudah terjaga dan sibuk menyiapkan sarapan, sementara Aruna, sang istri tercinta, masih menikmati ritual paginya di kamar mandi.

"Sayang, ayo sarapan," panggil Arza lembut, suaranya mengalun merdu. Namun, Aruna seolah tak bergeming, masih betah menikmati kesejukan air yang membelai kulitnya.

"Aruna..." panggil Arza lagi, kini sedikit lebih manja.

"Iya, bawel," balas Aruna dari balik pintu kamar mandi, membuat senyum tipis terukir di bibir Arza. Ia begitu menyukai sisi Aruna yang kini lebih ekspresif, jauh berbeda dari Aruna yang dulu pendiam.

"Buru-buru amat, Mas," gerutu Aruna manja saat ia keluar dari kamar mandi, mendapati Arza sudah menyiapkan segalanya dan langsung menyuruhnya duduk di kursi meja makan.

"Aku harus ke Puskesmas, makanya buru-buru," jawab Arza, menyuapi Aruna sesendok nasi goreng buatannya.

"Kan Mas bisa makan duluan, aku nanti sarapan sendiri aja," ucap Aruna, sedikit merasa tidak enak.

"Enggak mau. Udah punya istri secantik ini kok masih sarapan sendiri, mana enak, Sayang," Arza menyahut cepat, matanya memancarkan kasih sayang. Meski Puskesmas berada tepat di depan rumah mereka, Arza tetap tak ingin terlambat, ia selalu ingin memberikan yang terbaik.

"Aku pergi dulu, baik-baik di rumah, ya." Arza mengecu p lembut kening Aruna, mengecap manisnya cinta yang merekah di sana, lalu melangkah pergi.

"Kayak jauh aja perginya ini orang," Aruna tersenyum, hatinya menghangat oleh perhatian kecil namun penuh makna dari suaminya.

Semenjak kepulangan mereka dari rumah Naila, hubungan Arza dan Aruna semakin erat, apalagi Aruna sudah mau terbuka menceritakan semua tentang masa lalunya.

"Ahh, suntuk juga enggak ada kerjaan," gumamnya, Aruna yang sedari tadi pagi hanya mengenakan daster rumahan, terlihat begitu sederhana namun tetap memancarkan pesona.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang tiba-tiba mengagetkan Aruna yang baru saja ingin melanjutkan tidurnya. Dengan langkah ringan, ia segera membuka pintu.

"Aruna, ya?" Seorang perempuan paruh baya tersenyum ramah di ambang pintu.

"Benar, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Aruna sopan. Ibu itu langsung mengembangkan senyumnya, lalu tanpa ragu memeluk Aruna erat, membuat Aruna terkejut.

"Akhirnya menikah juga itu anak, mama sama papa senang sekali," ujarnya seraya melepaskan pelukan. Aruna masih terlihat syok.

"Mama?" gumamnya. Tiba-tiba sebuah ingatan samar melintas di benaknya, seorang anak kecil yang terjatuh dan berusaha bangun sambil memanggil mamanya.

"Ssshhhhhtt," keluhnya, ia merasakan sakit di kepalanya lagi, hingga ia memegangi pelipisnya.

"Kenapa, Nak? Apa kepalamu sakit? Duduk dulu," ibu itu terlihat sangat perhatian, membuat Aruna semakin penasaran.

"Maaf, Anda sebenarnya siapa?" tanya Aruna hati-hati, tak ingin menyakiti perasaan orang tua di depannya.

"Dasar anak tidak tahu diri memang si Arza itu! Dia nikah cuma ngabarin, dan sekarang malah enggak ngenalin Mama sama kamu? Dia harus diberi hukuman!" ujar ibu itu, menggenggam tangan Aruna erat.

"Anda ibunya..."

"Kami orang tuanya Arza, kami dari kota. Arza bilang akan membawamu pulang nanti dan membuat pesta besar di sana. Kamu setuju 'kan ke kota?" Sebuah anggukan kecil terlukis di wajah Aruna. Laki-laki yang tiba-tiba datang itu ternyata ayah mertuanya.

"Arza sudah ke Puskesmas?" Lagi-lagi Aruna mengangguk, lalu bergegas menyiapkan makanan untuk mereka.

"Iya."

"Sudah, duduk di sini. Kami ingin berbicara denganmu, jangan merepotkan diri." Aruna mengangguk patuh, lalu duduk di samping kedua orang tua Arza.

"Maaf tidak datang ke pernikahan kalian, waktu itu Ibu masuk rumah sakit," ucap ibu mertua Aruna penuh penyesalan. Aruna hanya bisa mengangguk, ia tak tahu harus berkata apa.

Tidak lama setelah kedatangan orang tua Arza, Arza pun pulang dari Puskesmas. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran orang tuanya.

"Aahhh, Sayang, capek sekali," ujarnya, langsung melangkah menuju kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dan langsung memeluk Aruna dari belakang, menciu m lembut kening istrinya. Kali ini, Arza memberanikan diri menciu m bibir Aruna. Merasakan tidak ada perlawanan, ia pun meluma t bibir merah merona itu dengan penuh gaira h.

"Emhh," Aruna mendorongnya lembut saat ia merasakan napasnya mulai terengah-engah.

"Bernapas, Sayang," Arza terkekeh melihat rona merah yang menjalar di pipi istrinya.

"Apaan sih, main nyosor aja!" gerutu Aruna kesal, namun ada senyum tipis terukir di bibirnya.

"Tapi enak 'kan? Mau lagi?" Arza menaik-turunkan alisnya, menggoda Aruna.

"Padahal udah hampir seminggu kita nikah, masa kemajuannya cuma ciuman doang sih, Yang? Lain dong," goda Arza lagi, membuat Aruna memelototinya. Dokter itu hanya tertawa renyah.

"Ada orang tuamu di dapur," ucap Aruna tiba-tiba. Arza terkejut.

"Beneran?" Aruna mengangguk. Mereka akhirnya menuju dapur, dan di sana, orang tua Arza sudah menyiapkan makan siang yang lezat.

"Ma, Pa," Arza menyapa. Kedua orang tua Arza mengajak mereka makan, setelah itu mereka mengomel dan memarahi Arza yang tidak memperkenalkan menantunya pada mereka.

"Pokoknya bulan depan kamu harus cuti, pulang ke rumah. Kita harus buat pesta segera. Jangan tunggu Aruna hamil baru buat pesta, kasihan dia."

Wajah Aruna langsung memerah saat ibu mertuanya membahas tentang kehamilan, sedangkan ia dan Arza bahkan belum sampai ke tahap sana. Arza benar-benar menepati janjinya.

Sore itu, orang tua Arza pamit pulang, meninggalkan Aruna dan Arza yang masih mematung, memperhatikan kepergian mereka.

"Menurutmu bagaimana, Sayang?" Arza mencoba meminta pendapat Aruna.

"Aku terserah kamu saja. Enggak apa-apa 'kan tidak sekarang? Lagian aku enggak akan hamil juga," Aruna berbicara sambil membereskan semua peralatan makan mereka di dapur.

"Kita 'kan enggak buat, coba kalau dibuat pasti jadi kok," Aruna kesal, ia menyipratkan air ke wajah suaminya.

"Ayo dong, Aruna. Emangnya kamu enggak mau rumah ini nambah penghuninya?" Aruna mematung, ia masih ragu dan memikirkan banyak kemungkinan.

Sedangkan Arza terus memikirkan bagaimana cara meyakinkan Aruna.

Tok tok tok

Ketukan itu membuyarkan lamunan dua sejoli yang masih berkutat di dapur.

"Siapa, ya?" Aruna mencoba mengintip. Namun, saat ia membuka pintu, Kalila sudah berdiri di sana.

"Di mana Mas Arza?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi sedikit pun, bahkan nada suaranya tidak selembut saat di depan Arza.

"Ada perlu apa kau mencari suamiku?" Aruna bersikap acuh tak acuh, ia tidak suka dengan wanita bermuka dua ini. Sedikit demi sedikit, Kalila sudah mulai menunjukkan jati dirinya.

"Katakan di mana dia! Jangan terlalu banyak bertele-tele!" Kalila merasa jengkel, ia mendorong Aruna dan langsung masuk ke dalam seolah-olah ini adalah rumahnya sendiri.

"Mas Arza tidak ada di rumah," kata-kata Aruna membuat Kalila menghentikan langkahnya, ia langsung menoleh dan menatap Aruna dengan tatapan penuh permusuhan.

"Ke mana dia?!"

"Pergi, entahlah, aku tidak tahu," jawab Aruna berbohong, padahal Arza sedang berada di dapur mencuci piring.

"Apa dia tidak mengatakannya padamu? Kasihan sekali, kau sepertinya tidak dihargai," ejek Kalila, lalu duduk di sofa tanpa malu dan tanpa dipersilakan sang pemilik rumah.

"Iya, tapi tidak lebih kasihan dari seseorang yang bahkan menelepon 34 kali tapi tidak direspons sama sekali," balas Aruna, tersenyum tipis.

"Kau!" Kalila mengepalkan tangannya, ia langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Aruna.

"Kau jangan berlagak seperti istri sesungguhnya, kau hanya gadis terlantar yang hanyut di irigasi, dipungut karena kasihan," ujarnya kasar. Mulutnya sangat pedas, Aruna terkesiap, ternyata serendah itu dirinya di mata perempuan ini. Jadi selama ini dia hanya berpura-pura baik saja?

"Aku tahu, tapi... aku dinikahi. Bukan seperti seseorang yang sibuk mengejar tapi tidak dilirik sama sekali," balas Aruna tenang, membuat Kalila semakin marah.

Kalila sangat marah, dia tidak menyangka gadis polos yang dinikahi dokter kesayangannya itu ternyata perempuan yang tidak bisa dilawan dengan mudah.

"Kau!" Kalila menunjuk ke wajah Aruna, namun Aruna tetap tenang, ia hanya tersenyum sinis.

"Kenapa denganku?" Aruna berjalan semakin dekat dengan Kalila, ia ingin melihat apakah Kalila berani menyerangnya.

"Kau perebut, sialan!" Aruna tertawa, tawa nyaringnya sampai membuat Arza yang sedang asyik mencuci piring terkejut. Ia langsung keluar untuk melihat istrinya.

"Perebut? Apakah Arza milikmu sebelumnya?" Aruna tidak gentar sama sekali.

"Kau merebut Arza dariku, dan aku tidak akan tinggal diam, kamu akan menyesal, Aruna!"

"Aku yakin, yang menyesal bukan aku, tapi kamu!" Aruna tersenyum sinis, dia terus menatap Kalila.

"Kau!" Kalila mengangkat tangannya, ia melayangkan tangannya ke udara, ingin menampar Aruna.

"Kalila..." Suara berat Arza membuat Kalila terkejut, tangannya terhenti di udara.

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!