NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

...****************...

"Kita perlu bicara," ucap Arsen tiba-tiba.

Aku yang lagi duduk di tepi ranjang, membetulkan selimut Nathan, langsung menoleh.

"Nggak mau," balasku cepat.

Arsen menghela napas, berdiri di dekat pintu.

"Sienna, ini penting."

Aku pura-pura nggak dengar, lebih fokus pada Nathan yang tertidur.

"Jangan bikin aku angkat kau dari situ," lanjutnya lagi, kali ini dengan suara lebih dalam.

"Kau pikir aku takut?" Aku mendelik, nyodorin dagu dengan penuh tantangan.

"Bukan takut," Arsen masih natap aku tajam. "Tapi aku tahu kau nggak suka diangkat paksa. Jadi ayo, kita bicara baik-baik."

Aku mendecak, lalu noleh ke arah Nathan yang lagi tidur pulas. "Kalau Nathan bangun gimana?"

"Dia nggak akan bangun," balas Arsen santai. "Aku pastiin kita nggak akan berisik."

Aku menarik napas panjang, akhirnya berdiri dengan malas. "Terserah," gumamku.

Tanpa menunggu lebih lama, Arsen berbalik dan berjalan keluar kamar. Aku mengikuti dengan langkah malas, tapi tetap mengikutinya sampai ke ruang tengah hotel tempat kami menginap.

Arsen duduk di sofa, menepuk tempat kosong di sampingnya. Aku memilih berdiri, menyilangkan tangan di dada.

"Cepat, aku masih ngantuk," ucapku ketus.

Arsen menatapku sebentar sebelum akhirnya bicara.

"Aku mau tanya sesuatu. Waktu event kemarin, ada satu orang yang mendekati kau. Pria itu... Rizky, kan?"

Jantungku langsung berdetak lebih cepat. Aku nggak suka kemana arah pembicaraan ini akan menuju.

"Kau kenal sama pria itu?"

Aku diam, pura-pura nggak dengar.

"Sienna," Arsen memanggil lagi, suaranya lebih dalam.

Aku menarik napas, nyender ke kepala ranjang, melirik Nathan yang udah tertidur lelap di sampingku. Baru setelah itu aku menoleh ke arah Arsen.

"Kenapa kau tiba-tiba nanya?"

"Karena dia yang nyebarin berita itu."

"Apa?!" jawabku sedikit tegang.

Arsen menghela napas, duduk lebih dekat.

"Aku dapet info dari orang dalam media yang aku kenal. Foto-foto kita bocor dari dia."

Tenggorokanku terasa kering.

"Sienna, dia siapa?"

Aku mengalihkan pandangan, nggak mau menatap Arsen. Tangan mengepal di atas selimut. "Seseorang dari masa lalu."

"Seseorang yang penting?"

Aku tertawa sinis. "Seseorang yang ingin aku lupakan."

Arsen terdiam, tatapannya lebih tajam. "Dia nyakitin kau?"

Aku mengecap bibir, menatap lurus ke arah dinding. Aku nggak mau membahas ini.

"Sienna."

Aku menghela napas. "Kenapa? Apa dia bilang sesuatu ke media?"

"Dia nyebar rumor kalau kau dulu pernah dekat dengannya. Bahkan dia bilang kau yang ngejar-ngejar dia."

Mataku langsung melebar. "Itu omong kosong!" seruku kesal.

"Makanya aku nanya langsung ke kau," balasnya tenang. "Aku pengen tahu seberapa jauh dia udah ngusik hidup kau."

Aku menggigit bibir bawah, jari-jari mencengkram selimut. "Dia… dia orang yang dulu pernah bikin aku hampir gila," bisikku pelan.

Arsen terdiam beberapa detik sebelum akhirnya bicara lagi. "Dia pernah nyakitin kau?"

Aku menoleh, menatapnya tajam.

"Ya."

Ekspresi Arsen berubah. Rahang mengeras, tangan mengepal di atas pahanya.

Aku menatap Arsen lama. "Kau mau apa? Mau ngelabrak dia?" tanyaku sinis.

"Kau pikir aku nggak mau?" balasnya dingin. "Kalau dia berani nyentuh kau lagi, aku bakal pastikan dia nggak bakal bisa berdiri lagi."

Ada sesuatu di nadanya yang bikin bulu kudukku meremang. Aku tahu dia serius.

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Sudahlah, Arsen. Aku udah nggak mau berurusan sama dia."

"Kau pikir dia juga bakal berhenti ganggu kau?"

Aku terdiam.

"Kau tahu, Sienna," Arsen mendekat, tatapan tajamnya menusuk ke mataku. "Kau sekarang istriku. Siapapun yang nyakitin kau, sama aja nyakitin aku."

Aku menelan ludah. Jantungku berdetak lebih cepat. Aku tahu aku masih marah sama Arsen soal pernyataan ke media itu, tapi entah kenapa… kata-katanya barusan bikin dadaku terasa lebih hangat.

Aku menggigit bibir, mendadak nggak nyaman. "Kenapa kau tanya soal dia?" tanyaku akhirnya.

Arsen menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatapku tanpa berkedip. "Aku mau tahu siapa dia buatmu."

Aku tertawa sinis. "Siapa dia buatku?" ulangku, lalu menghela napas. "Dia mantan pacarku. Dulu... waktu aku masih bodoh."

Arsen nggak menyahut, membiarkanku melanjutkan.

Aku menggenggam jemariku sendiri, mencoba menahan rasa mual yang mendadak muncul.

"Kami pacaran beberapa tahun lalu. Aku pikir dia pria baik, tapi ternyata aku salah besar."

Arsen masih diam, tapi ekspresinya sedikit berubah. Aku nggak tahu itu ekspresi apa.

Aku menatap lurus ke lantai, nggak sanggup menatapnya. "Suatu malam, dia coba maksa aku buat—" Aku menarik napas tajam, menggigit bibir lebih kuat. "Kau tahu maksudku."

Suasana langsung hening. Aku masih menunduk, nggak berani lihat reaksi Arsen.

"Dia nyakitin kau?" suara Arsen terdengar lebih rendah dari sebelumnya.

"Untungnya nggak sampai kejadian. Aku berhasil kabur. Setelah itu, aku putusin dia dan nggak pernah ketemu lagi... sampai malam itu." jawabku sambil mengangguk pelan.

Aku akhirnya menoleh, menatap Arsen yang masih diam. Rahangnya mengeras, matanya terlihat lebih gelap dari sebelumnya.

"Dia coba sentuh kau lagi?" tanyanya dengan suara pelan tapi berbahaya.

Aku mengangguk lagi, merasa ada benjolan di tenggorokanku. "Dan itu alasan kenapa aku... aku nggak bisa dekat sama sembarang orang. Aku benci disentuh, aku benci semua itu."

Arsen mengusap wajahnya sendiri, menghela napas panjang. Lalu dia menatapku lagi, ekspresinya entah kenapa bikin dadaku makin sesak.

"Kenapa kau nggak bilang dari dulu?" tanyanya pelan.

"Dari dulu apanya? Kita aja belum lama kenal," ucapku, menatapnya nggak habis pikir.

Arsen menghela napas, mengusap wajahnya sendiri sebelum menatapku lagi.

"Maksudku… aku cuma kepikiran, kalau aku tahu lebih cepat, mungkin aku bisa—"

"Bisa apa?" potongku, suaraku terdengar lebih ketus dari yang aku maksudkan. "Menghindar dariku? Atau nggak akan pernah mendekat?"

"Bukan begitu. Aku cuma…" Dia mengembuskan napas, lalu menatapku dengan serius. "Aku minta maaf."

"Minta maaf buat apa?" tanyaku heran.

Dia mengalihkan pandangannya sebentar, seperti ragu mau ngomong apa.

"Soal tadi malam," akhirnya dia buka suara. "Aku… aku tahu harusnya aku nggak boleh sampai kelewatan."

Aku mendadak tegang, langsung membuang wajah.

"Awalnya aku cuma mau bantu, biar kau nggak kesakitan. Tapi… aku malah terbawa suasana," lanjutnya, suaranya lebih rendah dari sebelumnya.

"Aku nggak ada niat buat maksa atau bikin kau nggak nyaman. Aku benar-benar minta maaf."

Aku mengerjapkan mata, menatapnya lagi. Sejujurnya, aku juga bingung dengan reaksiku sendiri. Aku harusnya marah, kan? Harusnya aku risih dan menjauh. Tapi kenyataannya… aku nggak merasa segitunya.

"Ya udah, lupakan aja," gumamku sambil menggigit bibir dan menunduk.

Arsen menatapku lama sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Kalau kau butuh waktu buat sendiri, aku nggak akan ganggu," ucapnya.

Aku nggak menjawab, cuma menatap tanganku sendiri yang saling meremas. Hati dan pikiranku terasa campur aduk.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
Semangat
modus duda ini pasti.
Semangat
luar biasa
Semangat
Hahahaa Thor😭😭
Alen's Vy: Sstt🤫🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!