NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Yang Menyakitkan

*****

Fatma  berdiri dengan tubuh gemetar, raut wajahnya yang semula tenang kini berubah menjadi gambaran kekecewaan yang mendalam.

Matanya yang tajam menatap Aris, anak pertama nya yang sedang menatap Kanaya dengan dalam.

" Bunda..." Rengek Kanaya.

" Aris memang anak bunda, Naya. Tapi bunda kenapa dia. Begitu juga dengan kamu. Walau pun hanya sebentar, bunda tahu jika Aria itu tidak lantas dengan kamu. Anak laki - laki yang tidak bisa menjaga dan melindungi ibu nya, tidak mungkin bisa melindungi istri dan anak - anak nya nanti. Bunda tidak mau kamu menyesal di kemudian hari. Selesai kan saja hubungan kamu dengan Aris. Ada banyak laki - laki di luar sana yang berharap mendapat kan kamu." Kata Yusnita.

Tak ada lagi air mata yang mengalir di sana. Rasa nya sudah sia - sia saja menangis untuk anak yang tidak mengharapkan nya.

Dengan langkah yang berat, dia berjalan menuju kamar, meninggalkan kedua insan yang tengah diliputi kebingungan itu.

Di dalam kamar Fatma berdiri menatap jalan kosong dari jendela kamar nya.

" Maaf kan ibuk, Aris. Tapi ibuk tahu bagaimana sifat mu. Ibuk tidak kan membiarkan kamu merusak hidup Kanaya. Dia sudah terlalu baik dengan ibuk. Tidak pantas untuk di sakiti." Gumam Fatm, suara nya penuh dengan kesedihan dan rasa tidak percaya.

Air mata mulai mengalir di pipinya, tanda bahwa keputusan yang harus diambilnya bukanlah hal yang mudah. Fatma mengambil nafas dalam, berusaha mengumpulkan keberanian yang selama ini ia sembunyikan.

Dia tahu, sebagai seorang ibu, dia harus melindungi tidak hanya anaknya sendiri, tetapi juga mereka yang bisa terluka karena sikap Aris.

*

*

*

" Naya..." Panggil Aris.

" Sebaik nya mas Aris pulang saja." Ucap Kanaya.

" Tapi kita harus bicara, Nay. Saya harus menjelaskan semua nya sama kamu. Tentang ibuk... Dan tentang kita." Rengek Aris meminta pengertian Kanaya.

" Tapi nggak sekarang, mas." Ucapan Kanaya terdengar begitu dingin.

" Sekarang ini... Saya masih bingung dengan keadaan nya. Bahkan kepala saya belum bisa mencerna nya dengan baik. Saya harus bicara terlebih dahulu. Saya harus mendengar kan penjelasan dari ibuk. Setelah itu kita bisa bicara." Kata Kanaya.

Kanaya berdiri di persimpangan hati yang mendalam, terbelah antara kasih sayang seorang bunda dan gairah cinta yang membara terhadap sang kekasih.

Dengan mata berkaca-kaca, ia merenungi sebuah pilihan yang tak hanya akan menentukan takdirnya, tapi juga menguji setiap serat kesetiaannya.

" Pulang lah, mas. Kamu juga harus menenangkan diri kamu kan. Jika bunda adalah ibu kandung kamu... Maka kamu bisa datang kapan saja untuk menemui nya. Tapi sekarang... Kamu pulang saja." Ucap Kanaya mengusir Aris dengan halus.

Aris mengangguk pasrah.

" Baik lah, Naya. Saya akan pulang. Tapi sebelum nya, saya ingin bilang sama kamu. Jika saya sangat mencintai kamu. Kamu tahu seberapa besar perjuangan saya untuk bisa sampai ke tahap ini. Dan saya juga bisa merasakan jika kamu juga merasakan rasa yang sama dengan saya. Maaf untuk situasi yang tidak mengenakkan ini, Nay. Saya pamit dulu. Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam." Jawab Kanaya.

Begitu pintu tertutup menelan sosok Aris, Kanaya roboh tak berdaya ke lantai. Tubuhnya layu seakan kehilangan seluruh kekuatan.

Air mata mengalir deras, seolah tiada bendungan yang mampu menahannya. Dengan isak tangis yang memilukan, dia meratapi nasib pahit yang kini mesti dia hadapi sendirian.

*

*

*

Zeyden memperhatikan Aris yang keluar dari rumah Kanaya. Masuk ke dalam mobil dan melaju dengan kencang.

" Tuh dia keluar. Berarti bukan suami Naya kan? Pacar nya mungkin. Dan kalau masih pacaran... Berarti masih bisa putus dong. Masih ada peluang buat aku merebut hati nya Naya. Tapi cewek judes gitu, apa bisa di luluh kan. Pikir kan lagi Zey. Jangan sampai kamu buang - buang waktu untuk hal yang tidak pasti." Gumam Zeyden berdialog sendiri di dalam mobil.

Dddrrtt dddrrtt

Tiba - tiba ponsel nya berdering. Panggilan video dari mama nya membuyarkan lamunannya saat itu.

" Halo, ma." Sapa Zeyden saat sambungan telepon itu tersambung.

" Kamu sudah di jalan. Mau jemput mama kan?" Tanya Shafa to the point.

" Jemput? Memang nya mama nggak bawa mobil lagi?" Keluh Zeyden.

" Tapi mobil kami nggak jalan mama lihat. Sudah mau berangkat kan, Nak?"

" Ma... Zey nggak bisa jemput mama nih. Zey masih ada kerjaan yang penting." Rengek Zeyden menatap sendu pada Shafa.

Mata Shafa seketika melotot mendengar kan jawaban putra nya itu.

" Sibuk apa kamu? Papa kamu bilang kamu sudah keluar dari kantor dari tadi. Memang nya sekarang kamu dimana?"

Zeyden melirik kiri kanan. Bingung harus bilang apa pada snag mama. Masak dia harus bilang lagi ngintipin rumah Kanaya?

" Zey lagi di jalan. Lagi... Lihatin rumah... Cewek." Jawab Zeyden.

" Apa? Lagi lihatin rumah cewek? Cewek siapa Zey?" Tanya Shafa kaget.

" Aduh... Ma. Udah ya mama pulang sendiri saja. Nggak usah tanya - tanya lagi. Ini lagi di usahakan loh. Mau menantu nggak sih?"

" Menantu?" Gumam Shafa pelan.

" Iya. Mama mau punya menantu kan? Jadi kalau mau, mending amma pulang naik taksi saja. Biar kan Zey fokus sama usaha Zey dulu. Da mama."

Zeyden secara sepihak mematikan sambungan telepon tanpa sempat mendengar kan salam dari mama.

" Cewek? Menantu? Aduh... Kayak nya anak mama udah mulai ikutan gila nih. Bulat dari perempuan gila yang sering dia ceritakan itu." Kata Shafa menggeleng ngeri.

*

*

*

Tok

Tok

Tok

" Bunda... Naya boleh masuk?" Panggil Kanaya dari dalam.

Hening, tak ada jawaban.

" Mas Aris pulang. Kita harus bicara bunda." Ucap Kanaya.

Tangan kanan Kanaya menyentuh pintu sedangkan tangan kiri nya memegangi dada nya yang mulai terasa nyeri namun masih bisa dia tahan.

Ceklek

Fatma membuka pintu dan tersenyum pada Kanaya.

" Masuk, Nak." Ajak Fatma yang berjalan lebih dulu dan duduk di tepi tempat tidur.

Kanaya pun ikut terduduk di sebelah Fatma. Kanaya bisa melihat mata Fatma yang sembab. Menandakan Fatma menangis saat masuk ke dalam kamar nya.

" Bunda bisa terima cerita kan sama Naya. Naya butuh cerita yang sebenar nya dari bunda. Jujur, saat ini Naya itu bingung, Bun. Bingung, nggak bisa memahami apa yang sudah terjadi antara bunda dan mas Aris. Kayak... Kayak nggak nyata bunda." Ujar Kanaya tanpa menatap Fatma.

Fatma membelokkan tubuh nya dan menatap  Kanaya.

" Kalau begitu, kamu dengar bunda. Bunda akan jelas kan semua nya sama kamu." Kata Fatma.

" Kamu ingat kan bunda pernah bilang kalau ibuk punya anak?" Tanya Fatma.

Kanaya hanya mengangguk pelan.

" Bunda punya dua orang anak. Aris dan Ariel. Aris itu anak pertama bunda. Aris lah yang setuju dengan saran Ariel, adik nya, untuk membawa bunda ke panti jompo. Tadi saat di luar, bunda senang sekali waktu melihat ada mobil Aris. Bunda sampai berpikir kalau Aris datang untuk menjemput bunda. Aris sudah tahu kalau bunda tinggal dengan kamu dan ingin membawa bunda pulang. Tapi apa? Apa yang bunda lihat tadi Naya? Aris bahkan bilang jika bunda sudah meninggal. Bunda kecewa dengan dia. Bunda pikir Aris begitu merindukan bunda saat kami bertemu tadi. Tapi bunda salah. Ternyata selama ini harapan bunda kosong. Bunda hanya mengharapkan sesuatu yang tidak pasti." Fatma tertunduk. Menangis menutup wajah nya.

Kanaya ikut merasakan kesedihan Fatma. Tangaj dengan lembut mengusap punggung Fatma agar Fatma bisa lebih tenang.

" Bunda salah paham dengan mas Aris. Apa yang di katakan mas Aris itu benar bunda." Ucap Kanaya.

Fatma mendongak. Kaget dengan ucapan Kanaya barusan.

" Jadi kamu setuju dengan Aris? Menganggap bunda sudah meninggal?"

" Bukan begitu maksud Naya, bunda. Tapi memang kenyataan nya ibu nya mas Aris sudah meninggal. Bahkan beberapa rwkan dari kantor melayat ke rumah mas Aris. Ibu nya mas Aris meninggal karena menjadi korban kebakaran ledakan mobil tidak jauh dari panti jompo tempa putri bunda meninggalkan bunda. Di hari dimana bunda di antar kan ke sana." Kanaya mencoba menjelaskan cerita yang dia tahu lada Fatma.

" Kecelakaan mobil?" Gumam Fatma pelan.

Fatma mencoba mengingat - mengingat ada kejadian apa yang terjadi di saat dia berada dan melarikan diri dari panti jompo.

" Mas Aris berkata yang sejujur nya, Bunda. Naya nggak bisa mengenali bunda saat kita pertama kali bertemu. Karena Naya tidak ikut ke rumah mas Aris di hari bunda di nyatakan meninggal dunia." Tambah Kanaya lagi.

1
partini
jadian ma aris tah
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!