Menikah Dengan Ceo

Esok harinya.

Crystal mempersiapkan Oscar, untuk berangkat ke sekolah, seperti biasa ia yang akan mengantar Oscar.

Crystal mengelus puncak kepala Oscar, yang terlihat sudah rapi dan terlihat tampan, dengan stelan seragam sekolahnya.

"Anak Mama sudah tampan, Ayo... sekarang waktunya kita sarapan, lalu berangkat sekolah!" Crystal tersenyum memandang penampilan Oscar.

Di ruang makan, Jackson ternyata sudah duduk menikmati sarapannya.

Perasaan canggung langsung di rasakan Crystal, saat ia melihat Jackson yang sedang menikmati sarapan paginya.

Dalam diam Crystal menarik kursi untuk Oscar, lalu mengangkat Oscar duduk pada kursi tersebut.

Jackson diam-diam melirik ke arah Crystal, yang tampak tidak begitu perduli dengan sekelilingnya.

Kejadian ia mabuk tadi malam, pagi ini masih jelas dalam ingatannya.

Crystal tidak menanggapi permintaan maafnya, dan aroma tubuh Crystal, saat ia peluk, membuat ia memikirkan terus sosok gadis itu, sejak ia bangun dari tidurnya pagi ini.

"Pagi, Paman!" sahut Oscar, setelah duduk dengan baik di kursi.

"Pagi, ponakan Paman tampan sekali!" jawab Jackson mencoba tersenyum.

"Terimakasih, Paman!" senyuman tipis tersungging di bibir Oscar.

"Pagi ini, Paman tidak terburu-buru berangkat ke kantor, bagaimana kalau Paman yang antar kamu ke sekolah?" ujar Jackson menawarkan diri untuk mengantar Oscar dan Crystal.

Crystal dengan tenang, meletakkan piring sarapan ke depan Oscar, sedikit pun ia tidak begitu memperdulikan, perbincangan Jackson dan Oscar.

Crystal meletakkan gelas susu hangat, di sebelah piring Oscar, dan kemudian ia menarik kursi di sebelah anak asuhnya itu.

Crystal pun mulai menikmati sarapannya, tanpa ikut menimpali pembicaraan Oscar dengan Pamannya tersebut.

"Tumben... Paman berinisiatif mengantar aku berangkat sekolah, biasanya walau pun Paman tidak terburu-buru berangkat ke kantor, Paman tidak pernah menawarkan diri, untuk mengantarkan aku berangkat sekolah!" sahut Oscar dengan polosnya, sembari menyuap sarapannya.

Tangan Jackson seketika berhenti, saat hendak menyendok sarapannya, mendengar apa yang di katakan keponakannya itu.

Sambil mengunyah sarapannya, dengan polosnya Oscar memandang Pamannya, yang tampak diam menatap pada piring sarapannya.

"Eng.. waktu itu...!" Jackson tidak tahu hendak menjawab apa, karena waktu yang ada saat itu, ia tidak suka melihat Crystal.

Hasutan Audrey membuat ia, begitu dingin kepada Crystal, bahkan sampai tidak ingin berdekatan dengan Crystal.

Crystal dengan santai menikmati sarapannya, membiarkan dua pria beda usia itu berbicara.

"Kenapa waktu itu, Paman?" tanya Oscar, lalu kembali menyendok sarapannya, sembari mengunyah sarapannya, ia memandang Jackson.

Jackson benar-benar tidak tahu, harus bagaimana menjawab pertanyaan Oscar, hingga membuat ia jadi terlihat gugup sendiri.

Crystal diam-diam melirik Jackson dengan dingin, -Tentu saja waktu itu... segala waktu yang ada, semuanya hanya khusus untuk cinta masa kecil Pamanmu, nak! ia lebih mengutamakan kekasihnya itu, dari apa pun! dan yang paling istimewa, melebihi cintanya kepada Ibunya sendiri!- gumam Crystal dalam pikirannya.

Wajah Jackson sontak memerah, mendengar apa yang di pikirkan Crystal, hingga tanpa sadar, ia menggenggam sendok yang ia pegang dengan erat.

Jackson melirik Crystal, yang terlihat menikmati sarapannya dengan santai.

Jackson merasa begitu tidak nyaman, mendengar apa yang di pikirkan Crystal, mengenai sikapnya kepada Audrey selama ini.

Dadanya terasa sesak, pandangan Crystal terhadap dirinya, akan kepeduliannya selama ini kepada Audrey, seperti pisau belati menusuk jantungnya.

Oscar masih memandang Jackson, menunggu jawaban Pamannya tersebut, yang tampak diam termenung.

Jackson mengangkat pandangan matanya, memandang Oscar yang masih menunggu jawabannya.

"Ah... waktu itu, Paman terlalu sibuk memikirkan masalah di kantor, sehingga Paman tidak terpikir, menawarkan diri untuk mengantar kamu berangkat ke sekolah!" jawab Jackson, akhirnya menemukan jawaban untuk pertanyaan Oscar.

-Huh! tidak mungkin! dasar pembohong! sekarang baru menyadari kesalahannya, sudah terlambat untuk mencari alasan, yang tidak masuk akal!-

Crystal mendengus dalam diam, mendengar jawaban Jackson, yang menurutnya, hanya sebuah alasan untuk membersihkan diri saja, agar Oscar tidak membencinya.

Wajah Jackson kembali memerah, suara pikiran Crystal membuat ia menjadi malu.

Sikapnya yang selalu menindas Crystal, meninggalkan rasa benci, yang paling dalam, di dasar hati gadis itu.

"Oh, begitukah? apakah bukan karena Tante Audrey, yang selalu datang setiap pagi, ingin ikut dengan Paman ke kantor?" sahut Oscar tanpa terduga.

"Uhuk!!" Jackson tiba-tiba tersedak mendengar apa yang di katakan Oscar.

-Nah... kena kamu!- Crystal diam-diam tersenyum puas, dengan sindiran Oscar tersebut.

Jackson sontak memandang Crystal, ia begitu tidak senang, dengan apa yang ada dalam pikiran Crystal.

"Paman sudah mengaku salah, Tante Audrey tidak akan pernah bisa lagi memperdaya Paman, jadi.. kamu jangan khawatir, Paman tidak pernah menyukai Tante Audrey!" sahut Jackson, dengan tekanan nada, yang sedikit kesal karena Crystal, tidak melihat niat hatinya yang telah berubah.

Bersambung.....