NovelToon NovelToon
Despair Of Being

Despair Of Being

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zeils Evanescent

Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1: SUFFERING; Chapter 26: Pertempuran singkat

Aku kembali ke kota setelah memulihkan hutan yang hancur saat aku sedang latihan. Kontrolku terhadap elemen api sudah cukup baik, aku bisa dengan mudah mengubah wujud api menjadi bentuk yang ku inginkan selama aku memiliki energi sihir yang cukup.

"Hentikan semua ini!"

Aku mendengar keributan dari lorong diantara dua bangunan yang berhimpitan tak jauh dari tempatku berdiri. Saat aku mendekat untuk mencari tahu, aku dapat melihat seorang pria berpakaian mewah dan empat pria paruh baya dengan pakaian lusuh, sedang memojokkan dua orang gadis cantik yang terlihat ketakutan.

"Hm?" Aku menyipitkan mataku dan memperhatikan seseorang yang terlihat familiar.

"Anne?!" Aku berteriak dalam hati.

Kemudian pria berpakaian mewah yang memojokkannya adalah pemuda bangsawan dari keluarga Hamilton yang sempat membuat kerusuhan di engah kota! Berarti empat pria paruh baya itu adalah bawahannya.

Aku belum berniat untuk ikut campur dan terus mengintip mereka dari kejauhan. Setelah kuperhatikan, Anne tampaknya sedang melindungi seorang gadis yang terduduk lemah di belakangnya.

Keempat pria paruh baya itu terlihat seperti petualang, melihat perlengkapan mereka tampaknya rank mereka tidak lebih tinggi dari C.

"Ugh..." Aku sama sekali tidak bisa mendengar percakapan mereka.

Suara yang keluar terlalu kecil, saat ini aku sedang mengaktifkan sihir deteksi namun sama sekali tidak ada suara yang terdengar. Apa mereka sedang berbisik satu sama lain?

Anne terlihat mengalami luka di sekujur tubuhnya, sementara gadis dibelakangnya terlihat berantakan.

Anne dan pemuda itu tampak menatap satu sama lain dengan sinis tanpa bergerak sedikitpun.

Namun, saat aku melihat pemuda itu mengangkat sebilah pedang ke atas. Aku langsung mengeluarkan panah api dan menembak ke arah pedang yang masih terpaku di udara.

Whushh!!*

Pedang itu terlepas dari genggaman pemuda tersebut hingga terlempar jauh ke samping kanan.

"Siapa?!" Mereka berlima segera menoleh kebelakang dengan tatapan tajam.

Aku mendekat selangkah demi selangkah dan berkata. "Hei, apa kalian tidak malu? Sekelompok pria mengancam dua orang gadis di tempat sempit dan gelap. Bisa jadi berita heboh kalau disebarkan." Aku menyeringai meski tidak mengerti apa yang sedang ku bicarakan.

Aku pernah mendengarnya dari Grace, saat sekelompok pria memojokkan seorang gadis adalah hal yang jahat dan tidak bermoral. Karena kejadian ini persis aku pun mencoba untuk menakuti mereka dengan ancaman.

"Seorang gadis? Selain itu masih sangat muda. Hei, apa kau tersesat nak? Disini bukan tempat bermain anak-anak, pergi sana!" Seorang pria paruh baya berteriak marah ke arahku.

"Anak-anak?" Aku mengerutkan dahi.

"Jauhkan anak itu dari sini, kalau dia tidak menurut langsung bereskan saja." Pemuda Hamilton itu berdecak kesal.

Setelah pemuda itu memerintahkan, seorang pria paruh baya segera berjalan ke arahku dengan wajahnya yang tampak menakutkan.

"Kak Livia.." Anne menatapku dengan heran dari kejauhan.

"Gadis kecil, segera pergi dari sini. Orang tuamu akan khawatir jika kau tersesat!" Pria paruh baya itu membentak ku dengan kesal.

"Orang tua?" Aku semakin mengerutkan kening.

"Ck, merepotkan sekali. Kubilang pergi dari sini dasar bocah!" Pria itu melayangkan tinjunya ke arahku.

Namun tanpa sepengetahuannya, aku sudah mengaktifkan sihir deteksi sejak beberapa waktu lalu. Aku dengan mudah menghindari pukulannya tanpa menoleh, kemudian mengulurkan tanganku ke hadapan wajahnya.

"Ignis."

Blarrr!!*

Ledakan besar mengenai wajah pria itu dengan telak dan menghanguskan kepalanya dalam sekejap mata.

"Bai!!" Ketiga pria paruh baya itu berteriak serentak.

Dengan emosi yang meledak-ledak, ketiga paruh baya itu langsung berlari ke arahku tanpa memperdulikan pemuda Hamilton yang berteriak untuk melarang mereka bergerak ceroboh.

Seorang dari mereka tiba dihadapanku sambil mengayunkan sebuah belati secara vertikal dari atas. Sebelum belati itu mengenai ku, aku menghindar ke samping dan mengulurkan tanganku ke perutnya.

"Ignis."

Panah api menembus tubuhnya dan langsung melumpuhkannya dalam sekejap. Sementara itu dua pria lainnnya berlari ke arahku dari dua arah yang berlawanan sambil menggenggam belati di tangan mereka dengan sangat erat.

"Lakukan saudara kedua!"

"Ya!"

Belati turun dari atas menuju bahuku, dengan sigap aku langsung melompat kebelakang sambil memegang bola api di tangan kiri.

"Kena kau!" Dalam sekejap pria paruh baya lainnya telah berada di belakangku dengan belati yang menusuk ke depan menuju ulu hati.

Aku berputar 90 derajat ke samping kanan kemudian mengangkat tangan kiriku ke atas dan menurunkannya ke bawah dengan sangat cepat.

Blarrr!!*

Api meledak dan tubuh pria paruh baya itu hangus terbakar dalam hitungan detik. Pria paruh baya yang tersisa telah menghilang dari pandangan saat perhatianku teralihkan.

*Whush!

Aku dapat mendengar suara angin yang tergesek dari sebelah kiri. Tanpa ragu aku berputar ke kanan dan melompat untuk menjauhkan diri dari pria itu sambil memunculkan lima bola api disekitarku.

"Ignis; Burst."

Kelima bola api itu melesat menuju pria paruh baya yang terus berusaha untuk menghindar dengan gerakan akrobatik yang sangat lincah. Sayangnya, aku tidak hanya mengeluarkan lima bola api saja.

Sesaat setelah bola api kelima meleset, pria paruh baya itu berhenti melompat dan membuat ancang-ancang untuk berlari ke arahku. Namun, tanpa ia sadari, sebuah panah api melesat dari atas terjun ke bawah tepat ke arah pria yang sedang berancang-ancang untuk melesat.

Syuutt!!*

Blarrr!!*

Pria itu terkena panah api dan langsung hangus dalam hitungan detik.

Pemuda Hamilton yang melihat kejadian yang berlangsung tak lebih dari dua menit itu terkejut sambil membulatkan matanya, sementara itu Anne tampak tersenyum manis saat menatapku dari kejauhan.

"Si-siapa kau sebenarnya?! Bagaimana bisa seorang gadis kecil memiliki kekuatan sebesar itu?!" Pemuda Hamilton itu berteriak ketakutan.

"Aku hanya seorang petualang rank C. Selain itu, jangan panggil aku gadis kecil–" Aku menggunakan sihir angin dan langsung berada di hadapannya dalam sekejap mata. "–aku lebih tua darimu bocah." Aku menampar wajahnya dengan kuat hingga membuatnya terlempar kesamping dan terjatuh ke tanah.

Dari cerita Anne dan Leon, pemuda ini baru berusia 15 tahun. Aku yang akan segera berusia 17 tahun tentu tersinggung jika disebut anak kecil oleh seorang anak yang jauh lebih muda dariku.

"Kau baik-baik saja?" Aku melirik Anne sambil tersenyum kecil.

"Kakak!" Gadis itu segera memelukku dengan sangat erat. "Terima kasih karena sudah menolongku, kalau bukan karena kakak aku pasti sudah dilecehkan oleh sekelompok bajingan itu."

"Dilecehkan?" Aku bertanya balik karena tidak mengerti.

"Ah.. maksudku di hajar hingga babak belur!" Gadis itu mengubah kalimatnya. Kenapa? Apa ada yang salah dengan kata "dilecehkan?"

"Kalau bukan karena tempat yang sangat sempit ini, aku pasti bisa dengan mudah mengalahkan mereka semua! Busurku tidak berguna di tempat seperti ini, kemampuanku belum cukup hebat untuk menggunakannya di medan yang sempit." Anne menggembungkan pipinya dan terlihat kesal.

"Kau hanya perlu berlatih lebih keras." Aku tertawa kecil melihat reaksinya yang imut. "Juga, siapa gadis ini?" Aku bertanya sambil melirik ke arah gadis yang terduduk lemah di belakang Anne.

"Aku juga tidak tahu, kak. Aku menolongnya karena merasa kasihan. Dia sedang dipukuli oleh sekelompok bajingan itu saat aku secara tidak sengaja tersesat ke tempat ini." Anne ikut menatap ke arah gadis itu.

"Untuk sekarang, sebaiknya kita membawanya ke tempat yang lebih aman. Tidak baik meninggalkannya disini lebih lama."

"Baik, kak!"

1
Fiorentina' EVRENZAN
nice 👏👏
Bening Hijau
maaf belum dapat bayangan sama sekali...
ntar ku lanjut lagi baca nya...
semangat terus
piyo lika pelicia
sungguh kejam
piyo lika pelicia
kenapa orang ini menyerang tanpa tau salah nya apa 😒
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
kasihan kenapa di tinggal
piyo lika pelicia
kenapa kek wanita 🤔
Gehrman
Tulisannya sudah rapi cuman sedikit koreksi aja kalau dialog tag gunakan huruf kecil ya sama akhir dialognya diakhiri koma
🎀
satu 🌹 untukmu thor
Zeils: Terimakasih/Smile/
total 1 replies
🎀
mampir lagi thor, makin seru ceritanya
Zeils: ...Ok👍
total 1 replies
🎀
gimana nih nasib grace 😢
Zeils: Entahlah, gimana ya🤔
total 1 replies
piyo lika pelicia
huum orang baik yang malang 😭
piyo lika pelicia
kasihan 🥺
piyo lika pelicia
ow kelainan sejak lahir ku sangka tadi hantu maaf ye 😄
piyo lika pelicia
huaa lari aja Weh 😫
piyo lika pelicia
heem semoga ketemu yah kasian 😦
Zeils
Chapter ini boleh di skip:)
Zeils
Baik, sepertinya Noveltoon Membenciku.
Shara Erdyna
lanjut
Shara Erdyna
aneh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!