Semenjak Aji memergoki perselingkuhan tunangannya bersama lelaki lain di kamar hotel, ia memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang akan digelar beberapa bulan lagi.
Hingga suatu ketika Aji bertemu dengan Syadira, staf resepsionis di kantornya. Aji meminta Syadira menjadi kekasih kontraknya sampai Bella, mantan tunangannya menikah. Sedangkan peraturan kantor melarang adanya hubungan sesama karyawan.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan mereka? Apakah hanya sebatas kekasih kontrak atau kekasih selamanya? Bagaimana respon keluarga Aji yang merupakan pemilik perusahaan?
Simak selengkapnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengejar Cinta
Selama beberapa jam Aji berperang dengan kemacetan jalanan pagi hari, juga jarak rumah Syadira yang jauh, tiba lah ia di kampung halaman Syadira. Dengan keberanian bertanya pada warga sekitar, tak membutuhkan waktu lama bagi Aji untuk menemukan rumah Syadira. Senyum Aji mengembang kala melihat Syadira benar ada di depan rumahnya sedang melepas rindu dengan sang nenek.
“Kamu libur ya? Apa bolos kerja kok bisa tiba-tiba pulang ke rumah tidak memberi kabar adikmu dulu,” tutur nenek Syadira.
“Syadira cuti beberapa hari, Nek. Syadira kangen sama nenek juga Elma,” jawab Syadira berbohong, karena ia tak ingin jujur jika belum mendapat pekerjaan lagi.
“Lho, tapi Nenek jadinya belum masak masakan kesukaanmu. Maaf ya, Dir, cucuku sayang,” ucap Nenek kembali memeluk Syadira.
Syadira menenangkan neneknya agar tak khawatir dengan dirinya. Syadira pun mengajak neneknya masuk ke dalam. Tiba-tiba, Aji memanggilnya.
“Dira.”
Syadira dan neneknya dengan kompak menoleh ke belakang ke arah Aji berdiri. Syadira pun terkejut dibuatnya. “Mas Aji?”
“Kamu bawa teman ke sini?” tanya nenek Syadira yang kebingungan.
Syadira tak menjawab pertanyaan neneknya dan langsung menghampiri Aji.
“Mas Aji kenapa bisa di sini?” tanya Syadira yang tak percaya lelaki idamannya itu muncul di hadapannya saat ini.
Aji menjelaskan semuanya bahwa ia tak bisa menghubungi Syadira sejak semalam, hingga memutuskan untuk mendatangi kosnya, namun ternyata Syadira telah pulang kampung. Karena ada yang ingin dibicarakan, Aji sengaja meminta alamat rumah Syadira pada Vita, dan langsung menyusulnya. Syadira hanya melongo mendengar usaha Aji untuk menemuinya.
Syadira pun meminta maaf telah membuat Aji sampai harus menyusulnya.
“Mas, Aji tidak seharusnya sampai begini,” ucap Syadira sembari mengelap keringat yang mengucur deras di kening Aji setelah berlarian mencari rumah Syadira, karena jalanan rumahnya tak bisa dilewati mobil.
“Dir, aku mau kita tetap sama-sama, kamu tidak bisa memutuskan hubungan kita secara sepihak. Kamu tidak bisa meninggalkan aku begitu saja,” rengek Aji agar Syadira mengurungkan niatnya semalam.
Aji juga menceritakan percakapannya dengan sang kakek kemarin malam, bahwa kakeknya tak mempermasalahkan siapa dan dari mana Syadira berasal, justru kakek ingin memberinya kesempatan untuk menyetarakan dirinya dengan keluarga Aji. Kakek meminta Syadira memperjuangkan Aji dengan melanjutkan kuliahnya dan kembali berkarir selesai kuliah. Kakek Aji juga menjanjikan pekerjaan yang terbaik untuk calon istri cucu kesayangannya itu di unit bisnis kakeknya yang lain. Karena jelas tidak mungkin jika Syadira kembali bekerja di tempat yang sama dengan Aji, apalagi setelah mereka menikah.
“Dir, mau ya? Aku mohon kamu mau memperjuangkan aku. Aku yang akan membiayai hidup kamu juga kuliahmu, kamu hanya perlu untuk fokus melanjutkan pendidikanmu,” pinta Aji penuh harap.
Syadira hanya mampu terdiam tak bereaksi apa pun. Ia pun mulai menjelaskan pada Aji tentang perasaannya. Bahwa di satu sisi, ia senang karena mendapat kesempatan dari keluarga Aji, namun di sisi lain, ia tak mungkin memberatkan Aji dengan biaya hidupnya juga kuliahnya.
“Dir, plis, jangan pernah memikirkan soal itu. Aku yang menyanggupinya karena aku ada dan aku bisa. Kalau kamu memang mencintaiku, lakukan demi aku,” bujuk Aji agar Syadira mau menyetujui permintaanya.
Syadira yang tengah berpikir, dikejutkan dengan teriakan neneknya yang meminta mereka masuk ke dalam rumah. Syadira pun mengajak Aji untuk masuk dan kembali membicarakan itu nanti. Setelah mempersilakan Aji duduk, nenek menyuguhkan minuman dan kue-kue ringan untuk Aji juga cucunya. Aji berterima kasih karena disambut baik oleh keluarga kekasihnya. Aji juga memperkenalkan dirinya sebagai calon suami Syadira.
“Syukurlah, cucuku sudah mau dipinang orang. Sepertinya calonmu orang baik, kamu tidak boleh salah pilih lho, Dir,” ucap nenek Syadira bahagia.
Syadira memandang Aji penuh kebingungan. “Iya, Nek.”
Aji hanya tersenyum sembari mengunyah kue yang dihidangkan di atas meja.
“Lalu kenapa tadi tidak datang bersama-sama?” tanya nenek yang tengah bingung karena Syadira datang sendiri.
Aji pun langsung menjawab pertanyaan nenek jika Syadira meninggalkannya saat tengah mencari parkiran mobil. Hingga Aji harus berlari mencari rumah Syadira dengan bertanya pada warga sekitar. Mendengar penjelasan Aji, sontak nenek memukul tangan Syadira dan memarahinya.
“Kurang ajar kamu, bisa-bisanya begitu sama calon suamimu! Perempuan itu tidak boleh kurang ajar sama laki-laki, apalagi sampai menyuruh-nyuruh dan meninggalkan begitu saja. Kalau dia tersesat bagaimana? Kebiasaan kamu!”
Syadira kembali memandang Aji dan membisu, Aji pun membalas pandangan Syadira dengan penuh senyuman.
Nenek pamit ke dapur untuk memasakkan Syadira juga Aji yang sudah jauh-jauh datang ke rumahnya. Syadira yang ingin membantu neneknya pun tak diizinkannya. “Temani calon suamimu jangan ditinggal lagi!”
Aji hanya tersenyum lebar mendengar perintah nenek pada Syadira sembari mengacungkan telunjuk kanannya. “Jangan ditinggal!
Syadira kembali membahas permintaan kakek Aji. Syadira benar-benar gundah memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Melihat rayuan Aji juga rengekannya, membuat Syadira tak sanggup menolaknya, karena itu sama saja dengan ia tak mau memperjuangkan Aji. Sedangkan kakeknya sudah mau menerima dirinya.
“Aku bisa saja bilang sama nenek kalau kamu menolak untuk melanjutkan kuliah, padahal aku sudah ingin membantu. Nenek pasti marah kalau tau kamu seperti itu!” ancam Aji agar Syadira menurutinya.
Syadira teringat pada perjuangan neneknya saat itu. Nenek Syadira pernah ingin menjual sapi-sapinya agar Syadira bisa melanjutkan kuliahnya yang hanya sampai D2, namun Syadira menolaknya. Padahal, saat itu neneknya begitu memaksanya hingga marah tak mau berbicara padanya beberapa hari. Nenek melakukan itu semua demi kehidupan cucunya yang lebih baik. Jadi, jika sekarang ia menolak Aji, neneknya pasti akan melakukan hal yang sama, marah padanya.
Aji dengan sabar menunggu keputusan Syadira.
“Aku mau menerima, tapi, aku akan mengganti semua biaya pendidikanku setelah nanti aku bekerja,” tawar Syadira.
“Aku yang akan menafkahi kamu nantinya, seorang suami juga berkewajiban memberikan pendidikan terbaik untuk istrinya, jadi kenapa harus diganti?” tolak Aji.
“Tapi ‘kan kita belum menikah, Mas. Kamu juga sudah membiayai hidupku, aku jelas tidak semudah itu menikmatinya. Satu lagi, aku juga mau kita menikah setelah aku wisuda dan mulai bekerja, memang kamu bersedia menunggu?” tantang Syadira.
“Tidak masalah, 2 tahun bukan lah waktu yang lama, karena sebelum kamu wisuda, aku akan meminta kakek untuk menerimamu bekerja, jadi begitu kamu wisuda, kita menikah,” tagih Aji agar Syadira mau segera menikah dengannya sesuai waktu yang disepakati.
"Pokoknya aku tidak ingin kita membahas soal biaya! Fokus lah memperperjuangkanku karena aku juga sedang memperjuangkanmu," lanjut Aji memperingatkan kekasihnya yang keras kepala.
Syadira menghela nafas panjang dan mengiyakan permintaan Aji.
“Jadi selama aku kuliah aku tidak boleh bekerja?” Syadira memastikan kemauan Aji.
Aji mengangguk. “Karena kalau kamu bekerja, otomatis kamu akan mengambil kelas karyawan dan pasti jadwal kuliahmu malam, sedangkan malam hari adalah waktu di mana aku menemuimu.”
...****************...