Siapa bilang jadi mahasiwa tingkat akhir itu menyenangkan?setiap saat ditanya progresnya sudah sampai mana?skripsi sudah sampai bab berapa?
Jika banyak anak SMA yang ingin cepat-cepat kuliah,maka bagi Kayana Amira(21 th) jika ia bisa memutar waktu kembali ia akan memilih untuk mengulangi masa SMA nya sekali lagi.
Bukannya ambisius dan memaksakan dirinya untuk mengikuti kelas akselerasi,dan sekarang Kayana harus terjebak dengan Adrian Pramudya (25 th), sosok senior galak, yang entah bagaimana semesta mempertemukan keduanya kembali,kini Adrian sudah naik pangkat menjadi Dosen muda dikampus nya dan yang lebih parah lagi pria itu ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing nya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila Diva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 - Berantem?
You have 1 new message
From : Adrian Pramudya
"Hari ini kita ke lab ya,saya perlu lihat metoda uji kamu. Saya tunggu dilab jam 12 siang."
Kayana terbelalak kaget saat membaca notifikasi pesan dari Adrian. Refleks tubuhnya langsung melompat dari kasur, rasanya nyawa yang tadi baru terkumpul setengah dipaksa untuk sadar sepenuhnya.
Tuh kan, sinting!
Membuat janji h-30 menit itu nggak make sense sama sekali. Timbang mahasiswa paling aktif se-Universitas Pelita pun nggak bakalan ada yang namanya mahasiswa standby dari pagi dikampus kecuali sudah membuat janji sebelumnya.
Seriusan deh, dia pengen nangis saking keselnya!
Belum belajar, belum nyiapin bahan apa-apa juga! Itu orang dari dulu memang paling hobi bertindak sesuka hati. Disangka jarak dari rumahnya kekampus itu ditempuh dengan berjalan kaki?
Harus banget inspeksi dadakannya siang ini? Dia bahkan belum sempat merapikan meja lab sehabis penelitian kemarin, saking nggak ketemu-ketemu hasil yang diinginkannya kemarin. Kayana pulang dalam keadaan merana, meskipun tinggal mengangsur bab akhir. Tapi,Adrian itu kritisnya minta ampun, minta di validasi ulang lah, di replikasi lah, di cek sudah akurat atau belum. Ya Tuhan, sumpah ya itu orang satu rese amat!
Bisa mampus dia kalau ketahuan bekerja nggak sesuai SOP, apalagi sang Dosen sudah berbaik hati mengizinkan Kayana untuk menggunakan alat lab pribadinya.
Seriusan, dia pengen nangis! Seketika merasa nggak sanggup membayangkan ekspresi terkejut sekaligus murka yang akan Adrian tampilkan saat mengetahui meja kerja nya kacau balau.
Segera Kayana raih handuknya dan mandi secepat kilat. Setelah memoles wajahnya sedikit, Kayana langsung pergi kekampus. Tapi seperti biasanya, Jakarta selalu menjadi orang ketiga. Ditengah-tengah perjalanan, ban motor ojol yang ditumpanginya mendadak bocor dan Kayana terpaksa melanjutkan perjalanan nya menggunakan angkutan umum.
Good heavens!
Kondisi busway nggak kalah menyesakkan dari jalanan Jakarta siang ini, alhasil dia terpaksa berdempet-dempetan selama perjalanan. Kayana yakin sesampainya dikampus sudah pasti badannya bau kambing!
"Kamu telat 3 menit menit" komentar Adrian sarkas sesampainya Kayana didepan lab.
"Macet...pak..." sahut Kayana ngos-ngosan. Tubuhnya basah oleh keringat, beberapa helai anak rambutnya tampak lengket dan menempel didahi.
"Loh, kan nggak salah saya kalau kamu kena macet! Siapa suruh pergi nya mepet-mepet waktu. Saya bahkan sudah menginfokan kamu lebih awal. Harusnya kamu lebih aware dan standby dikampus. Lagian kamu sibuk apasih? penelitian mu kan sudah selesai." omel Adrian.
"Kamu kenapa pake sendal?tau tata tertib laboratorium kan?kalau kaki kamu kena cairan kimia siapa yang mau tanggung jawab?"
"Oh..iya maaf pak." cicit Kayana.
Kayana buru-buru mengganti sendalnya dengan sepatu khusus laboratorium.
"Sudah lengkap semua?atau saya perlu menunggu setengah jam lagi supaya kamu siap-siap?" tanya Adrian dengan tatapan menghakimi.
Kayana mengangguk pasti. "Sudah lengkap pak."
Adrian menghembuskan nafasnya keras, tanda jengkel. "Seharusnya kamu ke lab itu sudah well prepared." ucapnya melunak.
"Kok mejanya-?" ucap Adrian kaget sesampainya mereka dilaboratorium.
"Segera saya bersihkan pak." Kayana buru-buru membersihkan meja kerjanya, membuang perlengkapan yang sudah tidak diperlukan lagi ke tempat sampah, dan mengembalikan perlengkapan yang tidak digunakan ke tempat semula.
"Mana sampel kamu?"
"Ini pak." sahut Kayana lalu menaruh beberapa botol vial kehadapan Adrian.
"Sampel nya sudah bagus,tapi pemisahan partikelnya masih belum terlalu sempurna. Berapa lama kamu maserasi *proses perendaman sampel* ? Tanya Adrian sembari memperhatikan sampel tersebut.
"24 jam pak." jawab Kayana.
"Loh kenapa nggak 36 jam?"
"Dari literatur yang saya baca,kalau waktu maserasi nya terlalu lama dikhawatirkan sampelnya terlalu jenuh." jawab Kayana pasti.
"Kamu baca dari literatur doang?tapi belum pernah kamu coba?"
Kayana mendadak panas dingin. Seriusan deh, vibes nya berasa sidang skripsi beneran!
"Belum pak..." c cit Kayana pelan, membuat Adrian menghela nafas jengkel.
"Kamu tahu kan kalau mengambil penelitian eksperimental itu artinya apa?" Adrian bertanya dengan nada lelah.
"Tahu pak."
"Apa memang nya?"
"Berarti penelitian nya diuji dalam skala laboratorium pak?" jawab Kayana tak yakin.
Lagi-lagi Adrian menghela nafas. Kepercayaan diri yang Kayana miliki runtuh seketika. Did she mess it up?
"Artinya kamu harus menguji secara mandiri beberapa metode untuk sampel kamu. Mana tahu saat ekstraknya kamu rendam selama 3 hari,sampel nya jadi lebih pekat dan pemisahannya jadi lebih bagus. Yasudah lah,karena ini sudah terlanjur kamu lanjutkan saja. Tambahkan dipembahasan kenapa hasilnya tidak sesuai dengan literatur." jelas Adrian lalu mengecek beberapa botol berisi cairan kimia dihadapannya.
"Kamu pakai pelarut apa?"
"Etanol pak." jawab Kayana cepat.
"Metanol atau etanol?" Tanya Adrian lagi.
"Etanol pak." jawab Kayana yakin,namun sedikit cemas.
"Percaya diri, Kay. Kamu yang melakukan penelitian ini, harusnya kamu yang paling tau. Jawaban kamu sudah benar, kenapa tadi jawabnya ragu-ragu?"
"Maaf pak." cicit Kayana.
"Oke, sekarang kita validasi metode pengujian kamu. Kamu pakai spektrofotometer kan?"
"Iya pak."
Kayana mendadak cemas saat melihat Adrian mengeluarkan note kecil dari sakunya.
Oh, Dam*!
That damn* note!
"Oke..coba uji sekarang." titah Adrian.
Dengan tangan gemetar Kayana mulai memasukkan sampelnya kedalam kuvet dan menekan beberapa tombol. Namun alatnya tak kunjung merespon, karena panik otaknya mendadak blank seketika.
"Masih lama Kay?" Tanya Adrian tak sabaran.
Ya Tuhan...gini amat nasibnya!
"Anu..pak.Sebentar.."
Setengah panik, Kayana membolak balik logbook kerjanya.
"Lihat instruksi alatnya Kay, keep calm. Nggak perlu terburu-buru." ucap Adrian saat melihat gerakan Kayana yang tergesa-gesa.
Kamprettt!
Kenapa pula buku instruksinya berbahasa jepang! Bahasa inggris saja otaknya harus bekerja dua kali untuk mengartikannya. Apakah dia harus menyerah detik ini juga, dan menunjukkan betapa lemahnya dihadapan pria menyebalkan dihadapannya ini?
Ya Tuhan...seriusan dia pengen nagis!
"Kenapa? nggak ngerti cara make alatnya?" tanya Adrian mulai menginterogasi.
"Lama-lama alatnya bisa rusak kalau kamu otak-atik begitu."
Kayana mundur beberapa langkah dan membiarkan Adrian mengambil alih untuk mengoperasikan alatnya dan alatnya kembali bekerja seperti semula.
"Kamu mahasiswa semester 7 kan? Bukan mahasiswa baru lagi,seharusnya kamu sudah familiar dengan alat-alat di laboratorium ini. Terkhusus alat yang satu ini, karena kamu gunakan sebagai instrumen untuk mencari data yang kamu butuhkan."
"Kalau memvalidasi metoda yang kamu gunakan saja nggak bisa. Gimana saya bisa yakin kalau selama ini penelitian yang kamu lakukan sudah sesuai?" kritik Adrian pedas.
Mata Kayana memerah seketika karena menahan tangis. Sebenarnya dia sudah hafal semua metoda ini diluar kepala, tapi karena ini orang selalu mengomentari pekerjaan nya dengan kejam. Dia mendadak blank!
"Kalau validasinya masih begini, maaf Kay. Saya belum bisa kasih kamu untuk lanjut ke seminar hasil." putus Adrian.
Kayana hampir menangis.
Bahunya turun seketika, mendadak kakinya lemas. Kayana tidak masalah jika pekerjaan nya dikritik karena masih belum sempurna, dia masih bisa memperbaikinya. Tapi dituduh tidak melakukan penelitian sesuai dengan yang semestinya tetap saja menyakitkan.
****
Kayana menangis tersedu-sedu begitu Adrian keluar dari laboratorium. Sembari menutupi wajahnya, Kayana meluapkan tangisannya dibalik lengannya.
Emang kampret itu orang!
Seharusnya kalau belum mau memberi kesempatan pada Kayana untuk seminar hasil. Dia nggak usah diberikan harapan kemarin, meskipun dia tahu kalau Adrian nggak mungkin serius saat berkata akan mengizinkan Kayana melanjutkan ke tahap seminar hasil. Tapi tetap saja, harapan itu menyakitkan man!
Padahal tidak ada kesalahan yang benar-benar fatal dari penelitian yang dia lakukan. Kayana hanya lupa sedikit cara mengoperasikan alat uji dilaboratorium tadi, dan Adrian memperlakukannya seolah-olah dia orang yang paling tidak kompeten sedunia!
Setelah berhasil meredakan tangisannya, tangannya dengan lincah langsung men-dial nomor Bagas. Satu-satunya manusia yang bisa dia hubungi dalam titik paling kampret dalam hidupnya. Tentunya Kayana nggak bisa mengganggu Lisa yang sedang sibuk dengan magangnya. Lantas, siapa lagi manusia yang paling available dan paling bisa dia gangguin selain Bagas?
Pada awalnya dia memang nggak akrab-akrab amat sama Bagas. Bahkan selama nyaris empat tahun masa perkuliahannya, dia cuma berkomunikasi sama Bagas saat ada keperluan tugas kelompok. Selebihnya dia dan Bagas hanya bertegur sapa saat berpapasan. Siapa sangka, saat mengenal itu cowok ternyata sifat aslinya absurd abis, untungnya ketutupan sama muka gantengnya.
"Sayang,lagi sibuk ga?" tanya Kayana dengan nada manja begitu panggilan mereka tersambung.
"Sorry, lagi nggak ada recehan."
Kampret!
"Main yuk, Gas." bujuk Kayana.
"Kalau mau ngajakin gue melakukan sesuatu yang ga berfaedah,sorry gue sibuk. Tapi kalau mau ngajakin gue jalan-jalan,minimal drive thru mcd,sekarang gue lumayan gabut sih." jawab Bagas panjang lebar.
"Sesibuk apasih, mahasiswa yang tinggal menunggu wisuda?" sahut Kayana sarkas.
"Sibuk napas, sibuk merespon chatan kalian berdua. Plis deh, kalau jomblo tuh minimal cari pacar kek, atau cari Sugar Daddy sekalian biar kalian tuh berduit. Jangan merecoki hidup gue dengan hal-hal yang nggak baik. Gue nggak mau ketularan energi negatif kalian berdua!"
Kayana langsung terbahak.
"Tapi kalau nggak ada kita, lo sepi kan Gas. Kapan lagi jadi manusia spesial yang dijadikan sandaran idup dua cewe cakep. Harusnya lo bersyukur." sahut Kayana sok-menasehati.
"Bersyukur dari hongkong! Lama-lama gue tekor menuruti keinginan dua cewek pms!" sungut Bagas.
"Yaampun, kasar banget ucapan kamu. Sayang."
"Jijay!" sahut Bagas dengan nada jijik.
Kayana kontan ngakak.
"Ngebakso Kuy! Baso Aci Rusuk deket lampu merah Sudirman,lagi ada promo buy 1 get 1 kalau bawa pacar. Kita pura-pura pacaran aja nanti,lo harus jago akting ya!" ajak Kayana setelah tawanya mereda.
"What? Seorang gue harus akting jadi pacar lo dan cuma dapet bayaran bakso aci? Seorang gue? Yaudah, gas sih."
"Gue juga pengen belajar hidup sederhana,seenak apasih rasanya makanan promo." lanjut Bagas.
"Taik!"
"Punya temen suka gratisan, gue harus beradaptasi Kay." respon Bagas legowo.
"Heh!Gue paling tau tabiat busuk elo yang juga doyan gratisan.Ini nih yang membuat orang kaya semakin kaya,dan yang miskin semakin kere. Kontribusi kek untuk perekonomian indonesia,dimulai dengan langkah kecil aja contohnya dengan traktir gue makan bakso nanti."
"Ogah, rugi banget dong gue! Kita split bill lah gila, pacar bukan, sodara bukan, moyang gue juga bukan. Birkin lo gadain sono!"
"Yaampun jahat amat, birkin preloved juga." sungut Kayana.
"Jemput gue dong Kay."
"Yah...kok gue yang jemput sih. Gue kan pengen nyobain naik Maybach sesekali." tolak Kayana.
"Gue juga pengen nyobain naik Yaris lawas lo kali. Termasuk barang antik gasih itu mobil lo?dari kapan tahun si? zaman majapahit?" Ejek Bagas.
"Anjrit ga selawas itu juga kali. Yaris gue masih tahun 2000-an." sahut Kayana sebal.
"Tapi sudah kategori sepuh Kay. Gue juga pengen sesekali rasain naik mobil klasik." ucap Bagas.
"Taik!"
Bagas langsung terbahak.
"Langsung siap-siap ya. Kira-kira tiga puluh menit lagi gue nyampe. Gue langsung otw dari kampus." Jawab Kayana lalu memutus sambungan telfonnya.
Setelah dua puluh menit berkendara, Kayana pun sampai dirumah yang mulia Bagaskara.
"Gue udah didepan,cepet turun." ucap Kayana begitu panggilan tersambung.
"Iyaa denger kok,klakson butut lo sudah menyakiti gendang telinga gue-".
"Oke." potong Kayana lalu memutus sambungan telfonnya.
Tak lama kemudian Bagas sudah berada didepan mobil Kayana lalu mengetuk jendela mobil Kayana, memberi kode untuk membuka kuncinya.
"Bonjour sobat misqueen,selamat datang digubuk sederhana ku!"
"Maaf ya gue sedikit lama,vespa matic gue lagi dipake sama gatau siapa.Intinya gue harus effort karena berjalan kaki sampai kesini." ucap Bagas lalu memasang seatbeltnya.
"Yaampun ini benda kapan sih terakhir kali di servis. Butut amat plus AC-nyaa puanass pol!" keluh Bagas lalu memutar penyejuk udara sampai suhu maksimal.
"Heh, ntar bensin gue cepet abis. Singkirkan your hand, you stupid." dumel Kayana lalu mengatur suhu mobil seperti semula.
Mata Kayana membulat saat melihat tentengan Bagas yang sudah seperti ibu-ibu mau pergi arisan. "Ya ampun bagas ganteng, lo mau jejalan apa tamasya sih. Bawa bekal sampe pake rantang nasi,kan kita mau pergi makan ege!" Ujar Kayana gemas.
"Gue keinget ceramah pak ustad waktu jumat'an kemarin, katanya kita disuruh banyak-banyak sedekah biar banyak pahala. Dan gue langsung keinget elu." jawab Bagas kalem.
"Anjrit." Kayana refleks memaki.
"Attitude nya dijaga dong Kayana,gimana mau laku." ucap Bagas menasehati.
"Heh!Gue nggak se 'meminta-minta' itu ya." protes Kayana.
"Jokes neng! jokes!" ucap Bagas lalu membuka kotak bekalnya.
"Nih makan,protes mulu idup lo!" Bagas langsung menjejalkan risoles mayo ke mulut Kayana yang sibuk mengomel.
"Ewnakk...!" Ucap Kayana tak jelas karena mulutnya penuh.
"5 ribu ya Kay,mau ambil dua ga? Biar genap 10 ribu." tanya Bagas lalu membuka kotak bekal satunya lagi.
"Si kampret ga ikhlas banget." jawab Kayana sewot dan Bagas hanya terbahak.
"Eh tapi enak banget gas,buatan mami lo ya?" Tanya Kayana dan meminta satu lagi.
"Engga lah,buatan gue sendiri. Kurang apalagi gue, sudah cakep, jago masak lagi, paket komplit lah."
Kayana cuma mingkem, nggak bisa membantah. Kenyataan soalnya.
"Bagi hotspot dong gas,paket internet gue abis." celetuk Kayana setelah menghabiskan 3 buah risoles dan 2 buah tahu isi.
"Ogah!Lo sama Lisa kalau minta hotspot kaga tau diri jir,malah streaming youtube.Hangus paket gue." tolak Bagas mentah-mentah.
"Heheh...gue lupa isi paket tadi,gue doain lo makin Kaya deh Gas,suer!" Bujuk Kayana.
"Tapi jangan streaming youtube Ya!" Suara Bagas memperingati.
"Iya...iya."
Kayana menyahut malas,lalu mengotak-atik handphone nya untuk dihubungkan ke bluetooth.
Memang yang namanya suatu kelicikan itu bakalan cepet ketahuannya, karena tidak menggunakan akun premium, bukannya keputer lagu malah keputar iklan. ya, Ketahuan lah!
"Kok ada iklan softek nya?Lo streaming youtube ya?!" Tuduh Bagas.
"Heheh..satu lagu doang gas."
Kayana cengegesan dan Bagas hanya mendengus kesal.
"Bebas lo deh." ucap Bagas pasrah.
***
"Mbak..mas nya pacaran?" Tanya mbak-mbak kasir saat mereka memesan makanan.
"Kakak adek mbak." sahut Bagas nggak sesuai skenario. Otomatis Kayana menginjak kakinya kuat, dan refleks membuat Bagas mengaduh.
"Suka becanda mbak emang pacar saya, kebiasaan. Lagi ada promo ya mbak?boleh dong pesen yang itu satu." tunjuk Kayana pada menu sambil tersenyum manis.
"Iya ada kak, ada tambahan yang lain?"
"Oh iya, minumnya es teh manis dua gelas." tunjuk Kayana pada menu yang paling murah.
"Baik,silahkan ditunggu ya."
Setelah menunggu dengan sabar dan penuh ketabahan. Akhirnya pesanan mereka pun tiba.
Tanpa babibu Bagas langsung menyeruput kuah baksonya dan langsung tersedak saat itu juga. "Anjrit-Pedes amat!lo pesenin punya gue level berapa si,Kay?" Tanya Bagas sambil terbatuk-batuk.
"Gue samain sama punya gue." jawab Kayana polos.
"Pantesan elah, pedes banget." keluh Bagas lalu meminum es teh dihadapannya sampai tandas.
"Gue pesen yang baru aja deh Kay, gasanggup..menderita lambung gue. Level pedas lo itu nggak manusiawi." Bagas tampak menyerah.
"Lah terus? Punya elo?" Tunjuk Kayana pada mangkok bakso Bagas yang masih penuh.
"Buat elo aja." jawab Bagas lalu beranjak menuju kasir,memesan bakso yang baru.
"Yaampun, mubazir banget!" respon Kayana sok ngedumel, tapi tetap nggak protes sewaktu ditawarin makanan gratis.
Setelah pesanan Bagas datang barulah mereka melanjutkan makan dengan khidmat karena tingkat kepedasan saat ini sudah mampu Bagas toleransi.
"Gue mau cerita!" ujar Kayana berapi-api.
"Di warung bakso banget?"
"It can't wait. Gue udah gedeg banget plus cerita sambil makan pedes tuh paling nikmat!"
Bagas geleng-geleng kepala.
"Kok bisa ada ya gas?cowok yang terlahir dengan kemampuan 'nyinyir' diatas rata-rata." Kayana mengawali ceritanya sambil menusuk-nusuk daging bakso dihadapannya.Karena -terpaksa- makan dua porsi sekaligus Kayana jadi begah mampus dan tidak sanggup lagi menghabiskan sisa baksonya.
"Waduh,santai dong Kay! Ntar kuah bakso lo nyiprat ke baju gua nih." protes Bagas, namun tetap diabaikan oleh Kayana.
"Usulan gue buat semhas ditolak Gas!Padahal doi sudah janji, dan surat persetujuan semhas gue hampir ditanda tangani kemarin. Emang yang namanya cowok itu paling nggak bisa dipegang ucapannya!" ujar Kayana marah-marah.
"Ya,jangan dilampiasin ke bakso dong! Baksonya kaga ada salah apa-apa." Bagas mengambil selembar tisu dan mengelap kuah bakso yang berserakan.
"Hiks! Bener juga. Mendingan bakso juga kemana-mana, enak plus ngenyangin. Nggak kayak itu orang, sudah ngeselin,bikin asam lambung juga!" ucap Kayana mencak-mencak.
"Sakit itu orang! Kejam banget, kayak punya dendam apa gitu sama gue. Sebel banget deh,suer!"
"Kalau ngadepin doi,selain siap mental lo juga harus siap iman sih Kay. Modal kesabaran doang nggak akan cukup, harus dibarengi doa yang banyak,lo harus perbanyak ibadah si saran gue." ungkap Bagas sok-menasehati.
"Siap suhu!"
"Btw,gue kemarin ketemu pak Adrian pas kita nonton the con-jurig." celetuk Bagas tiba-tiba.
"Seriusan?Dimana emang?Kok gue nggak liat."
"Wajar sih,lo nggak lihat. Kita lagi mesen popcorn, pas banget doi lagi ngantri masuk ke studio nya."
"Sendiri?" tanya Kayana kepo.
"Kurang tahu sih, gue lihatnya sekilas doang. Abis itu, lo udah narik tangan gue buat beli minuman dilantai 2. Tapi lucu juga si, gue expect selera doi mahal, minimal tontonan nya yang berfaedah, The Theory of Everything kek atau Lincoln. Tau nya Dilan, mau belajar jadi playboy kali."
"Idih,macam remaja puber!" ujar Kayana mengejek.
"Ah, nggak profesional lo! Harusnya bilang-bilang kalau ada doi. Kalau kita berhasil menunggu momentum yang tepat, paling nggak kita bisa tau itu orang laku apa kagak."
"Laku lah, gilak! Dikejar-kejar Andini cuy, lo harus berkaca sebelum ngejudge doi." ucap Bagas telak.
"Gue cuma pengen tahu, doi sudah punya pawang atau belum."
Dia curiga itu orang pura-pura single terus sok-sokan ngajakin Kayana berumah tangga didepan ibunya. Biar prilaku belangnya ketutupan! Bisa jadi selama ini dia cuma kemakan tipu daya kaum Adam!
"Ahelah ga penting banget.Lo kenapa sih pengen tau banget, naksir sama pak Adrian?" Tembak Bagas, langsung.
Kayana otomatis kagok.
"Dih,apaansih mana mungkin gue suka sama om-om." sanggah Kayana cepat.
"Om-om bau duit Kay, kalau boleh gue koreksi.Fyi, sewaktu ketemu doi kemarin, doi make Ralph Lauren dari ujung kepala sampe ujung kaki. Bukan kelas elo lah, intinya."
"Eh,bentar dulu deh Kay! Panjang umur itu orang,disebut terus malah muncul." tunjuk Bagas ke arah toko kue diseberang warung bakso mereka.
"Gas, cepat sembunyikan gue! Usahakan gue tampak invisible,cepetan!" Titah Kayana lalu merundukkan bahunya dan jongkok ke bawah meja.
"Si kampret,disangka badan nya sekecil kambing. Badan lo segede bagong,ege! Geser!" Ucap Bagas pedas lalu mendorong pelan bahu Kayana agar bergeser.
"Bentar doang!Plis." kata Kayana memelas.
"Dia ngeliat kesini ga?" Tanya Kayana dari bawah meja.
"Engga!lagian percuma juga elo ngumpet. Nggak ada yang nggak kenal sama Yaris ijo telor asin lo itu!"
"Eh,iya juga deng." sahut Kayana membenarkan lalu kembali duduk seperti semula.
"Eh,doi beli cake terus beli bunga juga." ujar Bagas yang penglihatannya setajam silet.
Kayana yang menderita rabun jauh pun sibuk memicingkan matanya beberapa kali "Mana sih nggak keliatan?"
"Onoh!" Bagas memegang kepala Kayana dengan tangannya, lalu mengarahkannya keposisi Adrian berada.
"Buat siapa ya kira-kira?Pacarnya kali ya?" Tanya Kayana yang tiba-tiba merasa jengkel.
Mendadak dia merasa kesal tanpa sebab.
"Emangnya ada yang mau sama dia?" Cibir Kayana sedikit tak ikhlas.
"Adrian itu kalau ga nyebelin dan murah senyum,gue yakin dia se-laku sayuran dipagi hari sih." ucap Bagas valid, Kayana mendengus kesal.
Seriusan, dia tuh kenapa sih?
Emang boleh ya, kesal begini. Padahal bukan siapa-siapa?
Nggak boleh kan?