"Menikahlah denganku, maka aku akan memberikan cek satu juta dolar ini padamu dan jadilah suamiku selama satu tahun," Marien Douglas.
"Jika begitu, aku tidak akan ragu asal kau mau menikahi pria cacat ini!" William Archiles.
Kedua insan yang ditemukan setelah mengalami sakit hati, memutuskan untuk menikah. William dicampakan oleh kekasihnya tepat saat dia ingin melamar kekasihnya karena kedua kakinya yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan, sedangkan Marien melarikan diri saat hendak dijual pada pria tua menggantikan kakaknya. Mereka berdua bertemu di tempat yang sama lalu memutuskan untuk menikah dengan tujuan masing-masing. Akankah semua berjalan sesuai dengan rencana mereka dan tanpa Marien sadari, pria yang dia nikahi bukanlah pria biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Pilihan
Alexa duduk tanpa permisi. Tatapan mata tak lepas dari rumah sederhana yang Marien tinggali. Rumah kecil seperti itu memang pantas ditinggali oleh dua pecundang yang tidak memiliki apa pun. Alexa bahkan melihat sofa yang dia duduki dengan tatapan jijik.
Marien menghela napas, entah untuk apa Alexa datang yang pasti kedatangannya tidak pernah dia harapkan dan entah bagaimana Alexa bisa tahu keberadaan rumahnya yang pasti, situasi akan semakin sulit karena Alexa pasti akan datang lagi dan lagi mengganggu dirinya.
"Untuk apa kau datang ke rumahku? Apa semalam belum cukup?" tanya Marien. Dia benar-benar tidak senang kakaknya datang.
"Daddy yang meminta aku datang jadi tidak perlu bersikap seperti itu. Lagi pula apa kau kira aku senang datang ke rumah kecilmu ini? Jika bukan karena permintaan Daddy, aku pun tak sudi menginjakkan kaki di rumahmu yang kotor dan bau ini!" cibir Alexa.
"Jika begitu katakan apa yang Daddy inginkan dan setelah itu pergi!"
"Tidak perlu mengusir, Marien!" Alexa mengambil sesuatu dari dalam tas lalu melemparkannya ke atas meja, "Itu undangan untukmu. Jangan sampai kau mengira aku tidak mengundangmu sehingga kau tidak mau datang dan berkata tidak ada undangan yang kau dapatkan!" ucap Alexa.
"Aku memang tidak mau datang setelah apa yang kau lakukan padaku dan suamiku semalam!"
"Aku tidak melakukan apa pun, jangan memfitnah!" Alexa pura-pura tidak tahu.
"Tidak akan ada satu penjahat pun yang mau mengaku jadi sekarang katakan maksud dan tujuanmu karena aku mau pergi setelah ini!"
"Daddy ingin kau berpisah dengan suami pecundangmu itu lalu menjodohkan dirimu dengan pria lain!" ucap Alexa.
"Cih, sungguh lucu. Aku tidak akan meninggalkan suamiku meskipun Daddy akan menjodohkan aku dengan pria tampan dan paling kaya yang ada di muka bumi ini!"
"Bodoh, untuk apa kau mempertahankan pria tidak berguna itu? Dia hanya pria cacat yang tidak memiliki apa pun, sedangkan kau? Kau bisa menikah dengan pria kaya yang jauh lebih baik dari pecundang itu jadi pikirkanlah. Sebaiknya kau tinggalkan pria tidak berguna itu dan menikah dengan pria yang jauh lebih baik!"
"Katakan pada Daddy, aku tidak tertarik dengan pria tampan dan mapan yang hendak dia kenalkan karena aku sudah memiliki suami yang luar biasa meskipun keadaannya seperti itu. Mungkin sekarang kau menghina kami tapi suatu saat nanti, akan aku tunjukkan pada kalian jika kami akan sukses bersama sehingga kalian tidak lagi menghina kami sebagai pecundang!" ucap Marien.
"Apa?" Alexa menatap Marien dengan tatapan tajam namun tidak lama kemudian gelak tawanya yang menghina perkataan Marien terdengar. Mereka akan sukses? Alexa masih menertawakan perkataan Marien yang dia anggap sebagai lelucon.
"Kau sungguh pandai bercanda, Marien. Akan sukses? Dengan cara apa sedangkan kalian berdua pengangguran. Apa kau kira mudah? Bicara memang mudah tapi nyatanya, tak semudah perkataanmu!" cibirnya.
"Aku tahu kau akan menertawakan aku. Terserah kau mau berkata apa Alexa, yang pasti aku tidak mau berpisah dengan suamiku dan aku tidak tertarik dengan pria mana pun!" ucap Marien.
"Kau sungguh bodoh! Apa kau kira hubungan kalian akan abadi? Jangan sampai kau hanya dimanfaatkan oleh pria itu lalu dibuang nantinya!"
"Itu urusan belakangan. Jika memang harus berpisah aku pun tidak menyesal telah menikah dengannya. Sekarang sebaiknya kau pergi jika sudah tidak ada yang mau kau bahas lagi. Aku ada urusan jadi tidak bisa berbincang denganmu terlalu lama!"
"Kau sungguh berani mengusir aku, Marien. Gara-Gara kau aku harus berakhir dengan pria tua itu!"
"Sejak awal yang mau menikah dengannya itu kau, bukan aku!" ucap Marien.
"Kau?!" Alexa mengepalkan kedua tangan, tatapan mata menatap Marien dengan tajam. Dia sudah berbicara sebaik mungkin tapi Marien masih saja tidak mau patuh dan berpisah dengan suami cacatnya yang tidak berguna. Sepertinya tidak ada cara lain selain dengan cara kasar.
"Jadi kau tidak akan berpisah dengannya?" tanya Alexa.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkan suamiku hanya untuk pria lain!" Marien terlihat begitu yakin. Meski pada akhirnya mereka akan berpisah tapi mereka tidak akan berpisah karena orang ketiga melainkan karena perjanjian mereka yang sudah usai.
"Baiklah, kau yang memaksa!" Alexa beranjak dari tempat duduk, sudah cukup berbasa basi dengan adiknya yang keras kepala.
"Apa maksudmu berkata demikian? Jangan katakan kau ingin memisahkan kami dengan cara licikmu!" dia curiga jangan-jangan Alexa akan melakukannya.
"Aku memang akan melakukannya, Marien!" Alexa melihat ke arah Marien dengan tatapan menghina.
"Aku memang ingin memisahkan kalian berdua apa pun caranya akan aku lakukan. Bersiaplah mendapatkan pengkhianatan dari suami yang kau pertahankan itu. Aku akan menghancurkan kalian berdua karena aku tidak akan berhenti sebelum kau hancur bahkan aku juga akan menghancurkan suamimu yang pecundang itu karena dia sudah menghina aku!"
"Sebaiknya jangan lakukan, Alexa. Permasalahan di antara kita, tidak ada hubungannya dengan suamiku jadi jangan libatkan dirinya. Jika kau ingin menghancurkan aku maka cukup hancurkan aku saja tidak perlu yang lainnya!" sudah dia duga Alexa pun akan menghancurkan William dan ini permasalahan yang sangat serius.
"Apa pun yang kau katakan, aku tidak peduli. Tunggu saja pembalasan dariku, aku tidak akan pernah berhenti. Seperti ibuku yang bunuh diri karena ibumu, begitu juga aku akan menghancurkan dirimu, Marien. Siapa pun yang terlibat denganmu dan ingin membantumu, tidak akan luput!"
"Permasalahan kita berdua cukup kita berdua saja tanpa perlu melibatkan orang lain!" teriak Marien kesal.
"Hng, jika kau mau berpisah dengan suamimu lalu menikah dengan pria yang telah dipilihkan untukmu maka aku akan menganggap permusuhan kita selesai!"
"Aku tahu kau tidak akan memberikan aku yang baik, Alexa. Aku bahkan bisa menebak jika kau akan memberikan seorang pendamping yang jauh lebih buruk dari pada Zack Erson!"
"kau sudah tahu, sangat bagus. Aku memang akan mengenalkan kau dengan seorang penjahat yang suka menyiksa seorang wanita. Kau lebih pantas dengan orang seperti itu agar kau tersiksa untuk seumur hidupmu. Itu sudah cukup untuk menebus dosa yang ibumu lakukan pada ibuku. Pertimbangkanlah hal ini baik-baik, kau memilih pilihan pertama atau kedua. Dua pilihan yang aku tawarkan memiliki konsekuensi yang berbeda dan jika kau tidak mau orang-orang terdekatmu menderita karena dirimu aku sarankan kau memilih pilihan pertama yaitu tinggalkan suami pecundangmu itu lalu menikah dengan pria yang aku pilihkan untukmu. Sekarang semua tergantung pada dirimu sendiri!"
Marien jatuh terduduk setelah mendengar apa yang Alexa katakan. Sial, mengorbankan hidupnya atau mengorbankan hidup orang lain, hanya itu pilihannya namun pilihan lain selalu ada. Alexa tersenyum, dengan ekspresi puas. Apa pun pilihan yang akan Marien ambil nanti, pada akhirnya dia akan tetap hancur karena dia akan tetap membalas kematian ibunya.
Alexa pergi, tanpa berkata apa-apa lagi. Sudah cukup, sekarang tunggu Marien membuat pilihan. Jika Marien peduli dengan suaminya yang cacat, dia yakin Marien pasti akan mengambil pilihan yang tepat dan pada saat itu, dia akan mencari seorang ba*ingan brengsek agar Marien hidup dalam penderitaan untuk seumur hidupnya.
Marien mengusap wajah, sial. Apakah dia harus membuat pilihan? Marien berpikir cukup lama, tapidia tidak tahu harus melakukan apa. Sebaiknya dia segera bersiap-siap saja karena dia harus pergi menemui William.