Hai! Kali ini, Novel saya menceritakan tentang seorang gadis Muslimah yang bertemu dengan seorang ketua geng motor yang hampir menabraknya. Bagaimana kisah manis mereka bisa terjalin? Yuk simak kisahnya di sini ya. Jangan lupa kasih dukungan kalian ya. Terimakasih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Protes Syana
Subuh berkumandang, **Syana** bergeliat hendak bangun. Namun tubuhnya terasa berat. Wajar saja, sebab semalam Syahdan menariknya untuk tidur satu kamar.
"*Kamu tidak boleh tidur di kamar sebelah lagi, kita irit listrik. Jika kamu masih tidur di kamar sebelah, otomatis pemakaian kipas anginnya bertambah. Kita harus hemat, jadi kita sekarang tidur satu kamar, kita kan suami istri. Lagipula kalau aku rindu kamu, aku tidak perlu gedor-gedor pintu kamar kamu. Di kamarku lebih enak pakai AC daripada di kamar sebelah cuma pakai kipas angin*," cegah Syahdan tadi malam, lalu menggiring tubuh Syana ke dalam kamarnya. Kelakuan Syahdan persis kucing yang bergelendot pada majikannya, manja dan ingin dilayani.
Akhirnya Syana tidak bisa menolak, ia ikuti kemauan Syahdan dengan hati yang dag dig dug, sebab sudah bisa ditebak, sebelum tidur Syahdan sudah pasti akan menggarapnya.
Berat rasanya saat tangan kekar Syahdan diangkat dari perut Syana. Syana menggeleng karena tangan kekar itu telah berani menjamah yang ada di tubuhnya. Menolakpun sia-sia, Syahdan akan berdalih bahwa Syana sudah menjadi miliknya.
"Kak, bangun dong. Ini sudah adzan Subuh. Sekali-kali jadi imam sholat aku." Syana meraba pipi Syahdan dengan usapan lembut. Tapi Syahdan malah seperti di ninabobokan, makin nyenyak dan ngorok.
Kesal, akhirnya Syana ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sholat Subuh sendiri lalu beberes dan masak untuk sarapan berdua. Sejauh ini kewajibannya sebagai istri yang sah di mata agama dan negara sudah Syana penuhi. Namun, sejauh ini pula Syana belum ada perubahan yang bagus dari Syahdan sebagai seorang suami.
Tampan, keren, dan wangi, serta menarik perhatian, itulah Syahdan. Syanapun mengakuinya. Lelaki muda yang pikirannya belum memikirkan ke depan dan ego yang sering digunakan. Sehingga antara dia dan **Syahdan** sering terjadi perdebatan. Mungkin karena egonya yang tinggi Syahdan menganggap aturan sang Papa adalah bentuk pemaksaan dan menganggap otoriter.
Syana merasa kesal dengan penampakan Syahdan yang pagi ini setelah mandi dan wangi serta tampan, lagi-lagi memakai baju balap. Syana yakin, Syahdan akan balapan liar lagi.
"Kak, Kakak mau balapan liar lagi? Kenapa sih Kakak nggak ada kapok-kapoknya?" tegur Syana kecewa. Syahdan cuek dan fokus merapikan topinya di depan cermin. Helm balap yang sering dia pakai sudah siap di meja dan bersih sebab tadi malam sempat Syahdan cuci dengan kanebo.
"Pagi-pagi jangan komplen terus masalah hobby aku, lagipula kamu tahu apa tentang hobby? Jika sekali saja ditinggalkan, maka serasa ada saja yang hilang dalam jiwa ini," kilahnya bikin kesal. Syana tidak bicara lagi dia malas berdebat yang akhirnya selalu dimenangkan Syahdan.
"Itu botol apa yang Kakak masukan di tas ransel?" Syana curiga saat Syahdan memasukkan sebuah botol yang persis dengan botol saat Syahdan minum sebelum dia mengajak bermain. Sesaat setelah minum itu yang dikiranya minuman sirop biasa, tenaga Syahdan makin kuat dan brutal tapi seakan tidak sadar dan berperasaan.
"Bukan apa-apa, ini hanya minuman biasa. Ini hanya penambah semangat saja saat beraktifitas." Syahdan berkilah lagi padahal Syana sudah curiga.
"Coba aku lihat!" Syana berusaha meraih tas ransel Syahdan yang disembunyikan di belakang tubuhnya. Syahdan menghindar dengan alasan tas ranselnya sudah disusun dengan rapi.
"Kakak itu bohong, aku tahu itu bukan minuman biasa. Bagaimana jika dengan minuman itu bisa membahayakan orang lain," protes Syana tidak suka.
Untuk membuat Syana percaya, Syahdan menggoda Syana dengan memeluknya dan memberikan ciuman hangat di pagi hari.
"Ayo, kita berangkat sama-sama. Kamu masih mau aku antar bekerja, kan?" tanya Syahdan sembari memakai sepatu balapnya. Syana terpaksa mengikuti Syahdan dan ikut dengan motornya.
"Ok, baik-baik bekerja ya. Aku berangkat dulu. Doakan aku hari ini dapat hoki," ujarnya sembari melajukan Repsolnya tanpa tanpa menunggu balasan dari Syana.
Syana menatap sedih kepergian Syahdan. Sebelum masuk toko, Syana mengirimkan pesan WA pada Rami bodyguardnya Syahdan.
"Paman Rami, hari ini Kak Syahdan sepertinya membawa minuman di dalam tas ranselnya, sepertinya bukan minuman biasa. Tolong Paman awasi, saya sangat khawatir." Pesan sudah diterima, namun belum dibaca.
Syana masuk ke dalam toko. Di sana sudah ada Rani yang langsung menghampiri dan bergosip.
"Itu pacar kamu, ya, Sya? Mirip aktor Korea ya. Gaya coolnya tidak jauh beda," serunya memuji. Syana hanya mesem saja sebab dia memang tidak pernah kenal dengan aktor Cina yang dibilang Rani itu.
"Aku seperti kenal dengan cowok kamu itu, Sya. Coba kalau dia buka helm, aku pasti bisa mengenalinya dan membedakannya. Soalnya wajah dia sekilas dari pinggir mirip anak pengusaha mall terbesar di Indonesia ini. Tapi sayangnya aku hanya lihatnya dari pinggir."
"Mungkin mirip doang, Mir. Kan beberapa orang bisa jadi banyak yang mirip," sanggah Syana atas dugaan Mira teman satu kerjaan Syana.
"Iya kali, ya, mirip. Sebab aku pernah sekilas melihat salah satu anak dari pengusaha Syaidar Mall, ganteng banget mirip aktor Korea Ji Chang Wook," kata Mira lagi dengan gayanya yang terpesona. Gosip itu berakhir setelah pemilik toko datang.
Waktupun berlalu, jam empat sudah tiba. Saatnya pulang bagi Syana. Akan tetapi dia hari ini tidak berniat langsung pulang. Syana sengaja naik angkot jurusan Taman Cinta. Biasanya sore begini banyak pengunjung taman yang sengaja datang untuk jalan sore dan ngumpul-ngumpul.
Syana sengaja protes pada Syahdan. Syana berharap Syahdan kesal dan kalang kabut mencarinya saat dia tidak dijumpainya di depan toko. Syana kesal karena Syahdan tidak mau nurut padanya. Jika Syahdan tidak mau berhenti dari geng motor dan meninggalkan balapan liar, mulai sekarang Syana akan memperlihatkan protesnya dengan pulang telat.
Angkot yang dinaikinya akhirnya sampai di Taman Cinta. Syana turun dari angkot setelah membayar ongkosnya dan segera bergegas ke Taman Cinta. Taman yang benar-benar asik untuk dijadikan tempat cuci mata dan jalan santai.
Syana duduk di salah satu bangku yang masih kosong. Bangku yang menghadap taman bunga warna warni yang sedang merekah enak dipandang mata. Sejenak Syana bisa melupakan tentang Syahdan yang keras kepala yang masih belum bisa lepas dari geng motor dan balapan liarnya.
Namun tiba-tiba omongan Mira, teman kerjanya di toko tadi justru terngiang kembali. Tentang Syahdan yang katanya sekilas mirip dengan anak seorang pengusaha mall terbesar di Indonesia. Syana kepikiran dengan omongan Mira, dia mengaitkan dengan penemuan foto Syahdan dan keluarganya. Di foto itu ada keterangan **Syaidar** **Family**, kemudian nama-nama yang difoto. Mungkinkah Syahdan adalah bagian dari keluarga Syaidar?
Selama ini Syana tidak kenal siapa pemilik Syaidar mall, seperti apa orangnya Syana tidak tahu, meskipun dia pernah bekerja di mall itu sebagai Pengawas gudang.
"Ting," bunyi pesan WA masuk ke HP Syana.
"Sya, kamu di mana? Kenapa tidak ada di depan toko?" Pesan WA masuk ternyata dari Syahdan. Syana tidak akan membalas pesan itu, dia kesal dengan Syahdan yang tidak mau mengikuti peringatannya untuk meninggalkan geng motor dan balapan liar.
Wajah marah Syahdan saat tidak mendapati Syana di tempat.
Yang mau boomlike silahkan!
sya sya semua siih...
typo kan tuuu..
harusnya Syila sama Sailendra..
lucu kayaknya...
Syana, shaina, syalala syahdu
semangat