Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 26 - Promise is A Promise
"Rapat ini tidak berdasar karena kasusnya sudah ditutup dan keluarga korban tidak melakukan tuntutan apapun," ucap Zester saat rapat sedang berlangsung.
"Semua berakhir damai, perusahaan memberikan kompensasi yang cukup besar dan yang paling penting ini semua bukan kesalahan perusahaan tapi karena karyawan itu sendiri!"
Jajaran dewan direksi masih merasa harus melakukan pembenahan secara menyeluruh, ditutup atau tidaknya kasus itu.
Dari sini Ara bisa menyimpulkan bahwa jajaran dewan direksi dan presiden direktur tidak sejalan.
"Aku sudah masuk terlalu dalam," gumam Ara.
Saat pulang kerja, Ara melihat Zester begitu tertekan, terlihat dari lelaki itu yang hanya diam saja.
Rasanya aneh melihat Zester yang biasanya banyak tingkah jadi pendiam seperti itu.
"Kau akan pulang ke apartemen lamamu, 'kan? Jadi, aku berhenti di sini saja," ucap Ara membuka suara.
Gadis itu sudah menolak untuk diantar pulang tapi Zester memaksanya masuk ke dalam mobilnya.
"Aku pulang ke apartemen baruku saja," balas Zester.
"Bukankah calon istrimu menunggumu di apartemen lama?" tanya Ara.
Sumpah demi apapun, dia ingin masuk ke kepala Zester supaya tahu apa yang ada dipikiran lelaki itu.
"Aku lelah, harus banyak tenaga untuk menghadapinya," jawab Zester.
"Aku memang tidak pernah pacaran tapi aku tahu bagaimana orang yang saling mencintai itu, saat ayahku pergi ke kota dan pulang, ayahku pasti akan mencari ibuku duluan, mereka akan saling melepas rindu seperti dunia rasa milik berdua. Tapi, kenapa kau tidak melakukan hal semacam itu?" tanya Ara yang merasa sikap Zester justru sebaliknya.
"Kenapa kau selalu membandingkan semua hal dengan orang tuamu? Semua orang mempunyai jalan sendiri dan tidak semua orang seberuntung dirimu yang mempunyai keluarga harmonis," jawab Zester tanpa melihat ke arah Ara.
Dan hal itu membuat Ara langsung terdiam, mungkin dia terlalu banyak bicara.
Mereka saling terdiam sampai mobil parkir di basement apartemen.
Ara buru-buru keluar duluan dan ingin cepat naik ke unitnya. Dia keluar tanpa berpamitan pada Zester.
"Pulanglah!" Zester meminta asisten Mike untuk pulang. "Dan matikan ponselmu!"
Asisten Mike paham pasti itu untuk menghindari Riri.
"Jangan sampai nyonya besar bertindak, Tuan," asisten Mike memberi peringatan sebelum pergi.
"Aku tahu, mungkin besok aku akan menemuinya," balas Zester.
Lelaki itu pun berjalan ke unitnya untuk istirahat, pikirannya sungguh kacau dan semakin tertekan ditambah ularnya yang impotensi.
Lengkap sudah penderitaannya, mungkin ini yang dimaksud Ara masa di mana dia banyak uang tapi tidak bisa minta bantuan pada siapapun menggunakan uang itu.
Zester masuk ke unit apartemennya dan segera mandi, dia berdiri di bawah pancuran shower dan melihat ularnya dengan bentuk baru.
"Bentuknya lumayan kalau sudah sembuh total pasti akan semakin sempurna," gumam Zester.
Ini semua berkat saran dari Ara.
"Bagaimana kalau aku jujur pada Riri?"
Mungkin dengan itu, pernikahannya akan bisa mundur lagi tapi Riri pasti akan mengadu pada sang mommy dan masalah akan semakin bertambah karena mommy nya pasti akan melakukan pengobatan ekstrim yang justru memperparah impotensinya.
"Yang ada aku akan jadi perjaka selamanya," Zester semakin frustasi.
Malam itu dia begitu gelisah dan meminta Ara untuk datang ke unitnya.
"Nah kan, belum sehari aku jadi asistennya asisten tapi aku sudah begitu direpotkan," gerutu Ara sambil turun ke lantai di mana unit Zester berada.
Kalau tidak mengingat janjinya di telaga waktu itu, pasti Ara tidak akan peduli. Pak kades selalu mengajarinya untuk menepati janji.
signature bukan sih?