Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.
Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?
###
"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~
"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~
***
silakan follow me...
IG @aisyahdwinavyana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27~
~KASIH CUCU NENEK.
###
Di mobil, Amara hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Kesedihan kembali menghampiri kala tuduhan dan pertanyaan mengenai siapa dirinya menjadi perbincangan hangat di laman media.
Apa yang salah padanya? Kenapa dia harus ikut terseret dalam urusan antara bos dan istrinya? Siapa yang telah menyebarkan berita bohong semacam itu? Siapa? Hati wanita mana yang tidak akan sakit jika dituduh sebagai selingkuhan. Dinilai orang sebagai wanita perusak rumah tangga orang.
Tetes demi tetes terus mengalir dari bola mata Amara. Suara-suara wartawan itu terus berdenging di telinganya hingga membuat Amara semakin bersedih. Dadanya sangat sesak dengan situasi yang sangat memojokkan dirinya.
Perhatian Galang teralihkan oleh isakan seorang perempuan di sampingnya. Dia melirik sekilas dan melihat kedua tangan Amara yang saling menaut di atas pahanya sudah basah lantaran air mata yang tak henti mengalir.
Menghela napas panjang, Galang lantas menepikan mobilnya sebentar. Dia mengambil ponselnya dari saku jas lalu mengecek berita terbaru yang dikatakan oleh para wartawan itu. Tercengang sekaligus tidak percaya dengan apa yang dia baca saat ini. Kabar perselingkuhan Vanila dan gosip mengenai dirinya sudah beredar luas.
BERITA UTAMA :
—ALASAN KENAPA MODEL TERNAMA VANILA PEARCE BERSELINGKUH ADALAH DEMI MEMBALAS RASA SAKIT HATI KARENA SANG SUAMI TELAH BERSELINGKUH DENGAN SEORANG PEREMPUAN YANG TAK LAIN SEKRETARIS PRIBADINYA.
—SUAMI DARI MODEL TERNAMA VANILA PEARCE BERSELINGKUH DENGAN SEKRETARIS PRIBADINYA YANG SUDAH MEMILIKI SATU ANAK.
—GALANG ADITYA PRATAMA—PENGACARA TERKENAL YANG BIASA MENANGANI KASUS PERCERAIAN KINI TELAH TERJERAT SKANDAL DENGAN SEKRETARIS PRIBADINYA.
Galang mematikan ponsel lantaran kesal dengan berita yang dia baca barusan.
"Apa-apaan ini? Kenapa semuanya jadi begini? Kenapa semua orang dengan mudah menyebarkan berita bohong seperti ini?" gerutu lelaki itu seraya mengalihkan pandangannya pada Amara.
'Astaga, lagi-lagi aku malah menyeretnya dalam masalahku. Pasti dia sangat sedih dan malu.' Galang menyeru dalam hati. Rasa bersalah kembali muncul lantaran telah membawa nama Amara ke dalam permasalahannya.
Sementara Amara masih betah terdiam tetapi isakannya masih dapat didengar oleh Galang yang berada di sampingnya. Lelaki itu sungguh sangat menyesal dan ingin sekali menenangkan perempuan ini. Namun, dia tidak mau berbuat kesalahan lagi dengan mengulangi hal yang akan membuat Amara kehilangan kepercayaan padanya.
"Saya benar-benar minta maaf untuk semua yang terjadi hari ini," ucap Galang memulai pembicaraannya. "Amara. Saya akan menuntut orang-orang yang sudah menyebarkan berita bohong ini. Saya janji sama kamu. Jadi, saya minta berhentilah menangis. Saya enggak bisa lihat perempuan menangis seperti ini."
Amara bungkam. Dia seakan tidak mendengar semua yang dikatakan Galang. Ada rasa marah dalam hati perempuan itu. Kenapa semenjak mengenal Galang, masalah terus saja menghampirinya.
Merasa diabaikan, Galang menjadi semakin serba salah. Dia pun memberanikan diri untuk memanggil Amara lagi.
"Amara, kamu dengar saya 'kan?"
Galang melihat Amara mengusap air matanya dengan punggung tangan.
"Lebih baik kita segera ke rumah sakit. Pasti Kasih udah nungguin kita, Pak." Amara menyahut dengan dingin, tanpa menatap Galang sedikit pun.
"Baiklah." Mungkin Amara benar, Kasih dan mami pasti sudah menunggunya di Rumah Sakit. Galang gegas menyalakan mesin mobilnya dan menjalankan lagi kereta besi itu.
*
*
Sementara di lain tempat, mami Sarah dan papi Hendra tengah menunggu bagaimana reaksi Maya setelah mereka membawa Kasih ke hadapan putrinya. Kedua orang itu terus memandangi Maya dengan rasa cemas. Sementara Kasih merasa bingung dengan semua ini. Gadis berusia tujuh itu hanya menatap dalam diam.
"Pi, kayaknya Maya masih belum mengenali Kasih. Dari tadi dia diem dan enggak mau lihat kita." Mami berbisik kepada papi Hendra.
"Tunggu dulu, Mi. Kita harus sabar. Putri kita ini lain dari orang-orang biasa. Dia lagi sakit, wajar kalo dia enggak kenal sama Kasih, dulu 'kan dia buang anaknya waktu masih bayi." Papi Hendra mencoba menjelaskan kepada mami agar istrinya itu tak lagi merasa cemas.
Mami Sarah sadar jika kondisi mental putrinya belum sepenuhnya pulih. Maya masih sama ketika terakhir kali beliau menemuinya. Anak perempuannya itu cuma diam dan menatap dengan tatapan kosong. Tak ada yang berubah dari Maya. Hanya saja mami merasa kasihan dengan kondisi Maya yang semakin hari semakin menyedihkan.
Dulu, Maya adalah anak yang ceria. Lembut juga penyayang. Seorang istri yang sangat mencintai suaminya. Namun, semua itu berubah semenjak meninggalnya suami Maya. Mami Sarah kehilangan putrinya yang dulu. Yang ada hanyalah Maya yang seperti ini.
"Maya ...," setelah terdiam cukup lama, mami akhirnya menyebut nama itu. "Nak, kamu apa kabar? Mami sama papi dateng buat jenguk kamu. Kami juga bawa seseorang. Dia namanya Kasih. Dia cantik 'kan? Mirip kayak kamu." Mami merangkul pundak Kasih lalu memperkenalkannya.
Maya merespon panggilan mami dengan kedipan mata saja. Dia tidak sedikit pun menatap wanita paruh baya itu.
Kasih memindai wajah Maya dengan seksama.
"Nenek, dia siapa? Kenapa dari tadi dia diem aja?" tanyanya kepada mami Sarah.
Mami dan papi saling pandang sekilas. Lantas, mami Sarah menjawab pertanyaan Kasih dengan pelan dan hati-hati.
"Kasih, dia anak perempuan Nenek. Dia kakaknya Om Galang, namanya Kak Maya."
"Kok, dia diem aja? Dari tadi ngelamun?" Kasih mencecar banyak pertanyaan kepada mami lantaran tidak mengerti dengan kondisi Maya yang sedang mengalami gangguan mental.
Papi Hendra mendekat, lalu mengelus rambut panjang cucunya. "Dia lagi sakit. Jadi dia enggak bisa jawab pertanyaan dari kita, Nak. Kasih ngerti 'kan kalo orang yang lagi sakit itu pasti seperti ini?" ujar papi memberi penjelasan.
Kasih menggeleng. "Sakit apa? Tante ini lagi sakit apa?"
Mami dan papi menghela napas panjang kemudian menjelaskan sekali lagi kepada cucunya yang sangat pintar ini.
"Tante lagi sakit kepala, Sayang. Makanya dia diem aja." Perkataan mami membuat bocah itu sedikit mengerti dan langsung menganggukkan kepala.
Mami bernapas lega. Kasih anak yang mudah paham. Dan, tindakan Kasih seketika membuat mami dan papi terkejut. Tiba-tiba cucunya itu mendekati Maya dan mengelus pipi tirus ibu kandungnya.
"Tante cepet sembuh, ya? Kasih doain sakit kepalanya Tante cepet hilang dan udah enggak pusing lagi. Kata Ibu kalo kita lagi sakit jangan lupa berdoa dan memohon kesembuhan sama Allah. Kasih juga lagi sakit. Kasih setiap hari berdoa supaya Allah angkat penyakitnya Kasih. Tante juga enggak boleh menyerah. Tante pasti bakalan sembuh. Iya 'kan, Nek?" Kasih berujar panjang lebar memberi semangat untuk Maya. Mami Sarah menanggapinya dengan anggukan dan seulas senyuman.
Betapa Amara mendidik Kasih dengan baik dan mengajarkan anak ini untuk tidak mudah menyerah. Mami Sarah beruntung, Kasih telah dididik oleh Amara menjadi anak yang peduli dengan sesama dan peka terhadap keadaan sekitar. Cara bicaranya cukup membuat semua orang yang mendengarnya menjadi bahagia dan merasa senang. Walau pun dia sendiri sedang sakit keras dan butuh dukungan namun Kasih tidak serta merta menjadikan penyakitnya sebagai alasan untuk dia selalu bersedih dan berduka.
Seharian bersama Kasih, mami tak pernah sekalipun mendengar anak ini mengeluh. Padahal dalam kondisinya yang sekarang ini tak jarang banyak anak yang selalu menangis dan merengek. Akan tetapi, Kasih begitu kuat dan tegar dalam menjalani semuanya.
Reflek mami memeluk Kasih dengan erat. Mencium puncak kepala anak itu berulang-ulang. Lantaran haru beliau tak dapat membendung air matanya yang menetes membasahi rambut Kasih.
"Kasih memang cucu nenek yang pinter. Nenek sayang sama Kasih," ujar mami yang tidak sadar dengan ucapannya sendiri.
Papi yang mendengarnya lantas segera menegur istrinya yang mudah emosional itu.
"Mom." Papi memegang pundak mami yang seketika membuat istrinya itu tersadar.
"Ma-maaf, Pi. Mami kelepasan bicara."
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.