Seorang gadis berparas cantik yang selalu menyembunyikan wajahnya dibalik cadar. Kini harus menyerahkan tubuhnya demi mendapatkan sebuah keadilan untuk kedua ALM orangtuanya yang dibunuh secara sadis oleh suruhan orang tersohor di daerah dimana mereka tinggal.
"Apakah kamu berjanji akan memberikan hukuman mati pada mereka Pak Hakim?" Tanya wanita itu pada seorang hakim ketua yang sudah tak bisa menahan gejolak hasratnya saat serbuk minuman itu sudah merasuki tubuhnya.
Sementara itu Zahira sudah memasang sebuah Camera tersembunyi di kamar hotel itu.
"Baiklah, aku akan melakukan apapun untukmu. Tolong bantu aku untuk menuntaskan hasratku ini!" Seru ketua hakim itu dengan wajah memohon.
Zahira tersenyum kecut menatap wajah Pria yang sudah mendapatkan amplop coklat dari orang terkaya dan sekaligus dalang pembunuhan itu.
Yuk mampir ikuti kisah selanjutnya. Jangan lupa like komen ya🙏🥰🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Selesai bersiap, kami sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat. Aku sarapan dengan nasi goreng buatan Bibik, sementara Pak Hakim kusajikan dua potong roti bakar dan segelas susu hangat.
"Silahkan, Mas," ucapku sembari memangku Zafran.
"Terimakasih ya Umi Zafran," jawabnya sembari tersenyum manis.
Aku hanya mengangguk kecil. Aku memakan nasgor seafood yang sengaja ku request sama Bibik. Cukup riweh makan sambil momong bayi. Tetapi aku selalu menikmati momen menjadi seorang ibu.
"Bawa sini, Zafran biar aku yang pegang," ujarnya mengulurkan tangan mengambil bayi mungil itu dari pangkuanku.
"Tapi, kamu?" tanyaku merasa sungkan, karena aku lihat dia belum selesai makan.
"Tidak pa-pa, selesaikan saja sarapan kamu." Dia segera mengambil Zafran dariku.
Terkadang aku bingung melihat sikapnya yang mendadak jadi suami perhatian dan penyabar. Apa benar orang balas dendam begini sikapnya? Setahuku dia akan selalu kasar dan main tangan, tapi kenapa Pria ini tidak menunjukkan hal seperti itu?
Apakah ada niat lain yang terselubung. Ah, entahlah. Aku tidak ingin menduga-duga pada akhirnya dugaanku itu salah. Kujalani saja alurnya. Aku berharap semoga ada kebahagiaan yang menantiku di penghujung sana.
"Hei, kenapa bengong? Kamu lagi mikirin apa? Masih mikirin mantan?" tanyanya yang rasanya aku ingin sekali tertawa, mantan darimana yang aku pikirkan, dari Hongkong?
"Ah, ya tentu saja," jawabku yang berniat hanya iseng.
"Jangan pernah berharap kamu akan kembali lagi pada mantanmu itu, karena aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Jadi mulai sekarang belajarlah untuk melupakannya!" tegasnya yang tiba-tiba mulai kumat amarahnya.
Dia segera beranjak membawa Zafran, meninggalkan sarapannya yang belum usai. Aku hanya bisa bengong.
Ah, dasar Zahira bodoh. Kenapa kamu suka sekali memancing amarah macan Asia.
Aku hanya memakan sebagian nasgor itu, padahal tadi rasanya sangat nikmat, tetapi melihat dia sudah marah, maka selera makanku mendadak kendor. Aku segera menyusulnya yang sudah menunggu di mobil.
Aku segera menduduki bangku disamping kemudi sembari mengambil Zafran darinya. Diperjalanan kami hanya diam.Aku mencuri-curi pandang kesamping. Wajah Pria itu tampak masih kaku, entah apa yang sedang dia pikirkan. Apakah dia cemburu? Tetapi untuk apa, bukankah dia tidak mencintai aku?
"Mau kemana?" tanyanya, akhirnya Pak hakim buka suara setelah diam seribu bahasa.
"Terserah, aku ikut saja," jawabku jujur, karena aku tidak tahu daerah sini.
"Adakah tempat yang ingin kamu kunjungi selain dari pulau ini?"
"Aku ingin pulang ke kediamanku. Aku ingin ziarah ke makam ayah dan ibu."
"Selain itu?" tanyanya kembali.
"Tidak ada."
"Apakah kamu sudah mulai nyaman tinggal di pulau ini?"
"Ya harus bagaimana lagi, bukankah ini keinginan kamu?"
"Berarti kamu punya keinginan dong, jika kamu menganggap tempat ini hanya pilihanku," balasnya kembali. Aku tidak tahu apa maksud arah pembicaraannya.
Aku hanya diam tak ingin lagi menanggapi pertanyaan yang sulit untuk di mengerti. Nanti jika aku salah bicara lagi, maka dia akan kembali mengeluarkan taringnya. Aku tidak mau liburan ini menjadi tidak nyaman.
"Kok diam?"
"Terus aku mau jawab apa, Mas? Aku ini tidak mempunyai keinginan apapun, selain tadi yang aku utarakan, yaitu hanya ingin mengunjungi makam ayah dan ibu. Aku ingin memperkenalkan Zafran pada mereka," ucapku dengan jelas.
"Hanya Zafran saja yang ingin kamu perkenalkan? Aku tidak?"
"Apakah kamu tidak takut menghadapi mereka, karena mereka pasti tahu kamulah hakim yang ingkar itu," ucapku seperti menakuti.
"Tidak, aku akan meminta maaf pada mereka. Sekalian minta Do'a resrtu karena telah menikahi putrinya yang keras kepala ini," jawabnya enteng.
Aku hanya menatap tidak percaya, apakah semua perkataannya tulus dari hati yang paling dalam? Semakin membuat aku semakin penasaran, mana ada orang balas dendam hingga minta izin pada kedua orangtuaku.
Ah, entahlah. Pria ini benar-benar sangat membingungkan. Aku hanya bisa diam mengikuti segala permainannya. Tak berselang lama mobil yang dikendarainya telah memasuki sebuah objek wisata yang bertuliskan Taman laut Prapat tunggal.
Baru menatap dari dalam mobil saja aku sudah terpesona, dengan pasir pantainya yang terbentang indah dan bersih. Deburan ombaknya begitu riuh, ditambah lagi Pepohonan yang teduh, maka menambah suasana terasa lebih hidup, tempat yang cocok untuk melepaskan penat dalam pikiran.
Tempat ini Toppers, kita masih dapat melihat pelayaran, baik kapal penumpang maupun kapal barang yang tengah menyebrang ke perairan Dumai maupun selat Malaka. Yang paling indah lagi saat melihat matahari terbenam.
"Hei, kenapa bengong? Kamu tidak ingin menikmati pemandangan yang indah ini?" tanyanya membuyarkan lamunanku.
"Ah, i-iya." Aku segera turun menghirup udara segar angin laut, dan aku rasakan udaranya begitu sejuk. Aku mengucap syukur dan memuji atas kebesaran Allah, karena menciptakan pemandangan seindah ini.
"Ayo kita duduk di lesehan sana," ajaknya, dia juga mengambil Zafran dari gendonganku.
Aku mengikuti langkah lebarnya menuju sebuah tempat duduk yang bertema lesehan yang ada di pinggir pantai. Aku sangat menikmati keindahan alam sekitarnya.
"Apakah kamu menyukai tempat ini?" tanyanya sembari menduduki tempat bagiannya.
"Hmm, sangat suka. Tempatnya begitu indah. Aku baru tahu ada wisata seindah ini di pulau Bengkalis," jawabku dengan jujur.
"Syukurlah, jika kamu suka. Aku merasa lega karena tidak sia-sia membawamu kesini," ungkapnya.
Aku hanya membalas dengan senyuman dibalik cadarku. Ternyata dia adalah Pria yang cukup pandai membuat pasangan bahagia. Ah, tapi benaran dia melakukan ini semua dengan tulus? Entahlah aku tidak tahu.
"Mau ikut kesana?" tanyanya sembari menunjuk deretan pohon yang indah di pinggir pantai.
Aku hanya mengangguk. Aku dan dia berjalan menyusuri pinggiran pantai, aku ingin merasakan deburan ombak kecil yang ada dipinggir pantai. Tetapi bagaimana caranya, karena aku menggunakan kaus kaki. Aku hanya tertegun menjauhkan kaki dari jangkauan ombak yang membawa pasir halus itu mendekati aku.
"Kenapa? Kamu ingin bermain air laut?" tanya Pak hakim yang selalu tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"I-iya, tapi?"
"Pegang Zafran." Dia menyerahkan Zafran padaku, aku segera menerima bayi mungil yang sedari tadi sangat nyaman dalam buaian Abinya.
Aku kembali terkesiap saat dia tiba-tiba berjongkok dihadapanku. "Ayo angkat kaki kamu, buka saja kaus kakinya. Nanti basah," ucapnya sembari membuka kain penutup ujung kakiku.
"Tapi, Mas?" ucapku masih ragu.
"Tidak apa-apa, tidak ada orang yang melihat bagian tubuhmu, aku akan menjagamu dari tatapan lelaki nakal," seketika wajahku kembali memerah. Ada perasaan sesuatu yang sulit untuk aku jelaskan.
Kenapa dia begitu baik, sebenarnya dia tipe lelaki seperti apa. Apakah semua yang dia lakukan adalah tulus dari hatinya paling dalam?
Bersambung....
Happy reading 🥰