Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Mia Menjawab
Seorang pegawai restaurant menyambut kedatangan mereka.
“Selamat malam, Pak.”
“Malam,” jawab Adrian.
“Saya sudah reservasi tempat atas nama Adrian,” kata Adrian.
“Sebentar Pak, saya cari dulu,” jawab pegawai restaurant. Pegawai itu mencari nama Adrian di daftar buku tamu. Setelah menemukan nama Adrian, pegawai itu mengantar Adrian dan Mia menuju ke tempat yang telah dipesan. Adrian dan Mia duduk di kursi yang telah disiapkan untuk mereka. Seorang pegawai restaurant menghampiri mereka dan memberikan buku menu kepada Adrian dan Mia.
“Kamu mau makan apa?” tanya Adrian.
Mia membuka buku menu dan membaca menu. Ia bingung melihat isi menu, ia tidak mengenal nama makanan yang terdapat di buku menu. Maklum dari lahir sampai dewasa Mia hanya makan makanan yang sederhana tidak pernah makan di restaurant.
“Tuan, saya tidak mengerti ini makanan apa saja?” bisik Mia.
Adrian langsung bangun dari tempat duduknya, ia pindah duduk ke samping Mia.
“Mana yang tidak kamu mengerti?” tanya Adrian. Ia melihat ke buku menu yang dipegang oleh Mia.
“Semuanya,” jawab Mia.
Adrian kebingungan, masa dia harus menjelaskan satu persatu yang ada di buku menu?
“Kamu mau makan apa? Nanti saya carikan yang sesuai dengan yang kamu inginkan,” tanya Adrian.
“Hmmm.” Mia berpikir sejenak.
“Nasi goreng ada, nggak?” tanya Mia.
“Ada,” jawab Adrian.
“Kalau begitu nasi goreng saja,” jawab Mia.
“Bener nih, nggak mau coba yang lain?” tanya Adrian.
“Nggak. Nasi goreng saja,” jawab Mia. Adrian memesan makanan mereka, setelah itu pegawai itu pergi. Adrian tidak pindah tempat duduk, ia masih duduk di samping Mia.
“Katanya ada yang ingin kamu bicarakan sama saya?” tanya Adrian. Adrian merebahkan tangannya di atas senderan kursi Mia. Dengan santai ia memandangi wajah Mia dari samping.
Mendengar pertanyaan Adrian, Mia langsung tegang. Ia menunduk dan *******-***** jari jemarinya yang berada di atas pangkuannya.
“Hnghngnhng, saya. Hnghnghng, saya.” Mia sulit mengucapkan kata-katanya.
“Saya kenapa?” tanya Adrian.
“Kamu tenang, dong. Rileks aja. Saya tidak akan marah,” kata Adrian.
“Saya. Saya. Mengenai lamaran itu. Saya.” Mia berbicara putar-putar.
“Lamarannya kenapa?” tanya Adrian yang tetap santai walaupun ia tahu kemana arah pembicaraan Mia. Ia cemas akan jawaban Mia.
“Saya menerima lamaran, Tuan,” jawab Mia.
“Alhamdullilah,” ucap Adrian. Adrian langsung beranjak dari tempat duduknya lalu ia sujud syukur di lantai.
“Eh, Tuan. Jangan sujud di situ! Lantainya kotor,” kata Mia.
“Terima kasih, Mia.” Adrian hendak memegang tangan Mia, namun Mia cepat-cepat menarik tangannya.
“Tidak boleh, Tuan! Belum halal,” ujar Mia.
“Secepatnya saya akan menikahi kamu!” kata Adrian. Adrian kembali berdiri dan duduk di sebelah Mia. Ia merogoh saku celananya lalu memberikan sebuah kotak kecil kepada Mia.
“Ini apa?” tanya Mia.
“Ambil dan bukalah! Nanti kamu akan tau isinya,” jawab Adrian.
Mia mengambil kotak itu dari tangan Adrian lalu membuka kotak tersebut. Kotak tersebut berisikan cicin mas dengan hiasan berlian.
“Iniii.” Mia tidak meneruskan kata-katanya.
“Itu cincin untuk kamu, sebagai tanda lamaran saya telah kamu terima,” kata Adrian.
“Tapi ini terlalu mahal, Tuan,” ujar Mia sambil memperhatikan cincin itu. Cincin itu seperti didesign secara khusus. Kualias emasnya juga berbeda dengan emas yang ada di toko emas di pasar. Rasanya sayang untuk dipakai.
“Tidak ada kata mahal untuk calon istri saya,” jawab Adrian.
“Pakailah!” kata Adrian.
Mia mengambil cincin tersebut lalu ia sematkan di jari manis sebelah kiri.
“Bagaimana? Cukup nggak?” tanya Adrian.
“Cukup,” jawab Mia.
Tiba-tiba datanglah seorang pegawai restaurant, ia membawa trolley makanan. Ia menyajikan makanan pesanan Adrian di atas meja.
“Terima kasih,” ucap Mia. Lalu pegawai itu meninggalkan meja mereka.
Mia memakan nasi gorengnya.
“Kamu nggak mau steak?” tanya Adrian. Ia menunjuk ke piringnya.
“Nggak, ah. Ini juga sudah cukup,” jawab Mia sambil mengunyah makanannya.
Adrian memotong steaknya lalu mengambilnya dengan menggunakan garpu. Ia mendekatkan steak ke mulut Mia.
“Cobain, deh! Enak, loh.” Adrian hendak menyuapi steak ke mulut Mia.
“Garpunya belum Mas pakai,” kata Adrian. Adrian mengubah panggilan dirinya.
Terpaksa Mia membuka mulutnya, Adrian menyuapkan steak ke mulut Mia.
“Enak, kan?” tanya Adrian. Mia mengunyah makanan sambil mengangguk. Mereka melanjutkan makan.
Setelah selesai makan, mereka langsung pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Adrian memasang lagu romantis, ia menyetir mobil dengan tenang.
“Kalau kita sudah menikah, kita bisa pulang sampai larut malam,” kata Adrian.
“Mau apa pulang larut malam?” tanya Mia bingung.
“Apa saja. Kita bisa pacaran seperti pasangan lain. Selama ini kita belum pernah pacaran,” jawab Adrian.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah. Pak Suwito membuka pintu pagar, mobil Adrian masuk sampai ke garasi. Setelah mobil berhenti Mia turun dari mobil. Ia menungu Adrian karena kunci rumah ada di Adrian.
Adrian turun dari mobil.
“Kok belum masuk?” tanya Adrian melihat Mia yang masih berdiri di dekat pintu.
“Pintunya dikunci,” jawab Mia.
“Oh iya, kuncinya ada di mobil,” kata Adrian. Adrian membuka pintu mobil lalu mengambil kunci rumah dari dalam dashboard. Adrian menutup kembali pintu mobil. Ia berjalan menuju pintu yang menghubungkan garasi dengan ruang tengah. Ia membuka pintu.
“Silahkan, Neng Mia.” Adrian mempersilahkan Mia untuk masuk terlebih dahulu.
“Terima kasih, Tuan,” jawab Mia.
“Kok Tuan? Kamu kan bukan lagi pembantu Mas. Kamu calon istri Mas,” kata Adrian.
“Iya deh, Mia panggil Mas,” jawab Mia.
“Nah gitu, dong. Kan enak didengar,” kata Adrian.
Mia dan Adrian keluar dari garasi kemudian Adrian mengunci kembali pintu garasi. Mia berjalan menuju ke kamarnya, Adrian mengikuti Mia dari belakang.
Merasa diikuti Adrian, Mia menoleh ke belakang.
“Mas mau kemana?” tanya Mia.
“Mau mengantar kamu sampai depan kamar,” jawab Adrian.
Akhirnya mereka sampai di depan kamar Mia. Mia membuka pintu kamarnya lalu masuk ke dalam kamar.
“Selamat malam, Mia. Tidur yang nyenyak dan mimpi yang indah,” ucap Adrian.
“Selamat malam, Mas Adrian,” jawab Mia. Mia menutup pintu kamar. Adrian menuju ke kamarnya.
***
Pagi-pagi sekali Adrian baru pulang jogging. Adrian jogging setelah sholat subuh. Ia menuju ke ruang makan untuk mengambil minum. Ia mengintip ke dapur, barangkali saja Mia ada di dapur. Ibu Titin keluar dari dapur sambil membawa makanan yang sudah matang.
“Cari siapa? Cari Mia, ya?” tanya Ibu Titin.
“Iya,” jawab Adrian.
“Mia tidak ada di dapur. Tadi setelah selesai bantu-bantu di dapur dia langsung ke kamar mau mandi,” jawab Ibu Titin.
Adrian duduk di kursi makan sambil minum segelas air putih.
“Mak, nanti ada yang mau Adrian bicarakan dengan Emak dan Ibu Ecin,” kata Adrian setelah selesai minum.
“Tentang apa?’ tanya Ibu Titin.
“Nanti saja, Mak. Kalau Ibu Ecin sudah selesai masak,” jawab Adrian.
Adrian beranjak dari kursi makan.
“Udah ah, Mak. Adrian mau ke kamar dulu,” pamit Adrian. Adrian melangkah ke kamarnya.
“Kalau masih berkeringat, jangan mandi dulu!” sahut Ibu Titin.
“Iya, Mak,” jawab Adrian sambil terus melangkah menuju kamarnya.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄