Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arti Sebuah Mimpi
Entah pukul berapa sekarang, namun Melati terbangun saat merasakan tubuhnya sulit untuk bergerak. Ketika dia membuka mata, hampir saja dia langsung menjerit jika saja tangannya sendiri tidak langsung menutup mulut yang hampir berteriak itu.
Kenapa dia bisa tidur begitu dekat denganku? Tidak, bukan dekat lagi, tapi dia memelukku. Ya Tuhan..
Melati perlahan meraih tangan kekar yang berada di atas perutnya dengan perlahan. Mencoba mengangkat tangan itu dan ingin memindahkannya agar dia bisa lepas dari pelukan suaminya ini. Namun, pelukan Zaidan malah semakin erat padanya, membuat Melati semakin sulit untuk lepas darinya.
Ish, dia ini kenapa tiba-tiba memelukku seperti ini.
"Diana, jangan pergi"
Melati terdiam sejenak saat mendengar lirih suara suaminya itu. Menoleh dan menatap wajah yang terlihat gelisah, kerutan tajam di dahinya dan juga keringat dingin menunjukan jika dia sedang bermimpi buruk.
"Bahkan sedang tidur pun, dia selalu memikirkan istrinya. Pantas dia tidak mau membuka hati untuk wanita lain sejak istrinya meninggal. Cintanya terlalu tulus"
Perlahan tangan Melati terangkat untuk mengusap keringat yang membasahi keningnya. Hati Melati mulai merasa kasihan pada Zaidan, melihatnya yang terbelenggu atas masa lalu yang menyakitinya.
"Kamu punya cinta tulus, tapi Tuhan menguji dengan maut yang memisahkan"
Seandainya Diana tidak meninggal, mungkin Zaidan tidak akan pernah mengenal Melati dan pernikahan ini tidak akan pernah terjadi. Namun, sesuatu yang sudah terjadi, tidak akan pernah bisa di ulang kembali. Itu sudah menjadi sebuah takdir yang ditentukan.
Grep... Tiba-tiba tangan Melati di tangkap oleh Zaidan, membuatnya cukup terkejut. Zaidan sudah membuka kedua matanya, tatapan yang biasanya terlihat tajam dan dingin, kali ini terlihat cukup sayu.
"Tuan, maaf aku hanya mengusap keringat di kening Tuan. Sepertinya Tuan mimpi buruk"
Zaidan tidak mengatakan apa-apa, dia hanya diam menatap Melati yang sekarang berada tepat di depannya. Ada sebuah perasaan yang tidak bisa dia ungkapkan dan belum bisa dia mengerti sepenuhnya perasaan apa itu.
"Semua hal boleh kok dibicarakan. Kalau Tuan butuh teman cerita, ayo cerita padaku. Bukankah kita bisa menjadi teman cerita juga. Jangan menyimpan beban sendiri"
Zaidan menatap Melati dengan lekat, lalu tanpa sadar sebuah senyuman tipis terlihat di bibirnya. "Aku mengerti sekarang apa arti dari mimpiku barusan"
Melati hanya mengerutkan keningnya dengan bingung atas ucapan Zaidan barusan. Melihat sekarang Zaidan yang malah kembali memejamkan matanya dengan pelukan yang belum juga terlepas dari Melati.
Dia malah kembali tidur, tapi tidak melepaskan pelukannya. Sebenarnya dia ini kenapa sih?
Waktu memang masih cukup lama untuk bertemu pagi. Melati juga masih mengantuk, apalagi dia cukup lelah dengan pesta ulang tahun Zenia. Dan akhirnya tanpa bisa melakukan apa-apa, Melati kembali tidur dalam pelukan suaminya.
Dalam mimpinya, Zaidan bertemu dengan Diana di sebuah tempat yang asing. Tempat yang bernuansa serba putih. Tempat yang sepi dan hanya ada dirinya dan Diana disana. Awalnya Zaidan sangat senang karena bertemu Diana, dia langsung memeluk wanita itu.
"Kamu tidak akan pergi meninggalkan aku lagi 'kan? Diana, jangan pergi"
Diana tersenyum sambil menatap mata Zaidan. "Za, aku pergi sudah lama. Kenapa masih mengharapkan aku? Za, saat ini yang perlu kamu pikirkan adalah tentang diri kamu sendiri dan Zenia. Jangan terus memikirkan aku yang sudah tenang disini. Za, aku sudah banyak salah, selain padamu, aku bersalah pada Kakak dan Ibuku sendiri. Jadi, jangan pernah kamu mengulang kesalahan yang sama seperti aku. Melati datang bukan untuk menjadi pengganti, tapi dia datang sebagai penyembuh untuk kalian yang kehilangan. Lepaskan aku ya"
Zaidan menatap Diana dengan lekat, perasaan yang tiba-tiba terasa hampa. Namun tatapan lekat dari perempuan di depannya, seolah menusuk tepat di relung hatinya. Menyadarkan dirinya bahwa dunia mereka sudah berbeda.
"Kamu akan menemukan kebahagiaan kamu dan Zenia juga. Jangan lepaskan dia, Za. Aku yang harus kamu lepaskan. Aku sudah bahagia dan tenang, tolong jangan buat aku merasa berat lagi dengan perasaan kamu yang tidak bisa melepaskan aku dengan ikhlas"
Meski hatinya masih merasa berat, namun akhirnya Zaidan menganggukan kepalanya. Mungkin rasa ikhlas yang belum bisa dia dapatkan atas kepergian Diana, telah membuatnya tidak tenang.
"Baiklah, aku akan melepaskanmu dengan ikhlas mulai sekarang"
"Terima kasih Za, aku akan bahagia ketika melihatmu dan Zenia juga bahagia"
*
Pagi ini, Melati terbangun lebih awal. Dia pergi ke lantai bawah untuk mandi dan bersiap. Meski tidur di kamar Zaidan, semua barang-barang miliknya masih berada di kamar tamu. Jadi, Melati harus keluar pagi-pagi untuk berganti pakaian.
Selalu seperti ini, ketika Melati selesai bersiap dan keluar dari kamar tamu, tiba-tiba berpapasan dengan Mama yang masih menginap di rumah ini. Melati langsung gelagapan.
"Kamu sedang apa disini, Mel?"
"Eh Ma, aku cuma habis sapu kamar. Soalnya udah lama kamar ini tidak di bersihkan. Biar nanti kalau tiba-tiba ada tamu yang mau menginap, bisa disini"
Bagus sekali Mel karangan ceritamu. Lama-lama kau memang pantas menjadi pemain drama.
"Ah begitu ya, kenapa tidak suruh Pak Than saja atau Lina dan Maya"
Melati tersenyum, segera menutup pintu karena takut Mama bisa melihat keadaan dalam kamar yang memang ada penghuninya.
"Tidak papa Ma, lagian Mel juga tidak sibuk. Hanya menyapu saja"
Melati segera membantu Zenia untuk sekolah. Hari ini tetap sekolah meski kemarin sudah melakukan pesta yang cukup melelahkan. Tapi Zenia tetap semangat untuk sekolah.
Melati menyisir rambu panjang Zenia dan sedang mengepangnya. "Hari ini mau bekal apa? Biar di siapkan sama Pak Than"
"Buah saja Bu, Zen tidak mau bekal makanan berat. Mau bekal buah saja"
"Oke, nanti Ibu siapkan ya bekal buah untuk Zen. Sama susu juga ya"
"Iya Bu"
Di ambang pintu, seseorang melihat adegan itu. Interaksi keduanya yang seperti Ibu dan anak kandung. Meski sebenarnya Melati bukanlah Ibu kandung bagi Zenia. Tapi Melati adalah sosok yang membuat Zenia merasakan kasih sayang seorang Ibu.
Sekarang aku mengerti apa arti ucapanmu, Di. Mungkin memang Zen membutuhkan sosok seorang Ibu yang sesungguhnya seperti saat ini. Kamu lihat sendiri 'kan Di, bagaimana Zenia yang terlihat bahagia sekali sekarang.
Zaidan tersenyum, lalu dia melangkah masuk ke dalam kamar. Menghampiri anak dan istrinya itu.
"Anaknya Papa cantik sekali"
Zenia melirik Ayahnya dan tersenyum dengan ceria. "Ibu pintar menata rambut Zen, Pa. Jadi Zen selalu terlihat cantik"
"Iya, Ibu memang pandai"
Melati hanya diam saja mendengar ucapan Zaidan, lirikan mata suaminya itu tentu disadari oleh Melati. Namun, dia berpura-pura tidak tahu.
Kenapa sikapnya jadi aneh begini?
Bersambung
skali2 si sany harus dikerasin diberi pelajaran biar nggak makin nglunjak jd perempuan
kasihan melati ibu dan adiknya 😢
he sany ulat bulu sialan kau dan ibumu nggak tau diri bgt!... 😏
semangat melati,ibu dan Fattah,,pergi sejauh jauh nya,,,biar zidan gila mencari mu,,trs zen kritis karna rindu,,,biar ibunya zidan sadar,pasti sudah memakan omongan shani tuu ibunya zidan,,trs zidan stresss biar mampusss semuanya..
berbahagia lah melati bersama ibu dan adik nya...