Pertemuan yang tidak di sengaja antara Rahman dan Citra, yang membawa ke dalam sebuah pernikahan.
Hingga suatu ketika mereka mempersiapkan pernikahan sampai perjalanan rumah tangga mereka, tiba-tiba ada seorang dari masa lalu Rahman yang datang dan membuat semuanya jadi rumit.
wanita yang dulu pernah menolak Rahman, dan kini mau kembali dan tentu saja itu menjadi hal yang tak mungkin.
Bagaimana sikap Rahman selanjutnya, dan akankah cinta Rahman dan Citra akan goyah dengan kedatangan orang ketiga.
Ikuti ya cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Pasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Harus Sabar
Pov Rahman
" Kenapa Dek? dari tadi Mas perhatikan kok mukanya masam gitu sih?" seruku sembari ku rengkuh tubuhnya masuk ke dalam dekapanku.
" Mas, apa Mas masih cinta sama Mbak Resti?" ujarnya sembari menatap ku penuh dengan kesedihan.
" Sayang, kenapa tanya itu terus sih, Mas sudah berulang kali tegaskan sama Adek kalau Mas ga akan pernah meninggalkan Adek? Mas cinta banget sama Adek, apa itu belum cukup sayang?" balasku sembari ku tangkup wajahnya yang putih bersih, parasnya begitu ayu dan menggemaskan kalau sedang cemberut seperti ini, terlihat sekali ada perasaan khawatir yang menggelayuti dari pancaran matanya yang indah itu.
" Mas ga akan menduakan Adek, Mas jamin InshAllah Mas akan setia sama Adek?" lanjutku dengan penuh keyakinan.
" Tapi Mama sepertinya sudah bersikap lain sama Mbak Resti Mas, Mama perhatian dan...ah sudah aku bingung sama sikap Mama," serunya dengan semua keresahan yang terlihat di wajahnya.
" Sayang jangan salah artikan sikap lunak Mama, dasarnya Mama memang baik kok sama siapa saja, bila Mama ijinkan Resti membelikan sesuatu pada keluarganya bukan berarti Mama menyetujui hubungan lebih sama Mas, sayang." Ujarku masih dengan mendekap erat tubuh wangi istriku yang selalu membuat aku jadi candu.
" Sayang?" seruku lagi dengan lembut.
" Iya Mas" balasnya dengan mendongakkan wajahnya ke arahku dan mata itu menatapku dengan sayu.
" Sabar ya sayang, tolong jangan kepancing dengan semua ulah keluarga Resti, Mas usahakan untuk segera menyelesaikan masalah ini kasih Mas waktu Dek, tapi Mas mohon Adek yang sabar, karena Mas ga mau lihat Adek sedih."
" Perlu Adek tahu satu hal, bila Mas lihat Adek sedih Mas akan ikut sedih, dan Mas merasa gagal untuk membahagiakan Adek" lanjutku.
" Iya Mas, Adek usahakan ya Mas, semoga Adek bisa bersabar" serunya lemah.
" Harus sayang, Adek harus tetap menjadi wanita yang kuat dan sabar, jangan pernah berubah ya Dek." lanjutku.
Selanjutnya ku rengkuh tubuhnya yang selalu membuat aku jadi mabuk kepayang ini.
Akhirnya kami seperti biasa melakukan aktivitas olahraga malam dengan panas, malam begitu panjang, penuh gairah dan peluh kami berjatuhan AC yang biasanya dingin entah mengapa berubah jadi tak mempan pada tubuh kami, karena aktivitas kami yang sangat panas, berkali-kali rengkuhan kenikmatan keluar bersahutan secara bergantian.
" Udah sayang? mau lagi ga?" kubisikkan di telinganya dengan suara yang tersengal-sengal.
Dek Citra hanya menganggukan kepalanya dengan mata yang tertutup, dan tanpa menjawab pertanyaan ku, aku kira sudah habis-habisan tenaganya karena aktivitas kami malam ini mau nambah rasanya tak mungkin, memang aku akui malam ini kami sama-sama agresif, tak seperti malam-malam sebelumnya.
Ku pandangi wajah ayunya dengan mata yang terpejam dan nafas yang masih memburu, dia sudah kalah malam ini, tak sanggup untuk melanjutkan ronde ke-empat hadeh, keluhku dengan seulas senyuman yang tipis, masih dengan posisi dia dalam pangkuanku yang menghadap kearah ku, ke kecup bibirnya yang kelihatan masih bengkak itu dengan lembut.
Setelah itu aku angkat tubuhnya, lalu aku baringkan di sebelahku, supaya nyaman dalam tidurnya, sama sekali ga berkutik benar-benar lelah sudah dia malam ini, aku melirik jam sudah menunjukkan pukul dini hari, aku bergegas ke kamar mandi guna membersihkan diri dan setelah itu aku membawa handuk kecil dengan membasahinya dengan air hangat untuk membasuh bagian tubuh istriku yang kotor.
Setelah selesai aku menyusulnya memasuki alam mimpi, ku dekap erat tubuhnya yang terbungkus selimut tebal itu, lalu ku tarik dia lagi ke dalam pelukanku.
" Selamat tidur sayang, semoga mimpi yang indah ya."Bisikku di dekat telinganya