NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:721
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

III

7 bulan sudah Gia telah mengandung buah hatinya dengan pria yang menjabat menjadi suaminya itu. Banyak hal yang telah terjadi selama itu. Pahit berkali-kali harus Gia dan Jordan telan dalam pernikahannya itu.

Sudah tak dapat dihitung berapa kali kata maaf terucap di bibir Jordan, yang tentu saja tak mendapatkan respon apapun oleh Gia.

Sudah beberapa kali Jordan telah menghadapi Gia yang hilang kendali. Sudah berapa kali juga Gia harus melawan trauma demi trauma yang seakan tiada henti berusaha berkawan dengannya.

Namun, izinkan sekali saja asa bahagia memenuhi hati Jordan. Seperti kali ini, Jordan yang baru saja mengetahui bahwa anak yang tengah Gia kandung bukan hanya 1, tetapi 4. Gila, benar-benar gila, Jordan juga tak menyangka dia dapat mendapatkan bayi sebanyak itu. Jordan bersyukur, sangat bersyukur.

Ketika mengetahui jika anak-anaknya berjenis kelamin cewek cowok, semakin membuat rasa bahagia Jordan semakin membuncah. Dua cewek dua cowok adalah calon anaknya kelak.

Reaksi Jordan berbeda pula dengan reaksi Gia. Wanita itu semakin termenung dalam ribut pikirannya itu. Membuat bulir-bulir air mata berjatuhan, sembari menatap ke arah layar yang tengah menunjukkan bayi-bayinya itu.

Gia meneguk ludahnya paksa. Merasa tak yakin.

Usai mengecek kondisi sang buah hati, Gia dan Jordan dituntun ke arah meja dokter. Dengan Gia dan Jordan duduk berdampingan, dihadapan dokter yang dibatasi oleh meja kerja.

Rangkaian demi rangkaian kata, keluar dari bibir sang dokter, menasehati untuk calon ayah dan ibu muda dihadapannya itu.

" Dengan usia Bu Gia yang masih sangat muda, membuat tubuh Bu Gia cukup rawan untuk janin yang dikandung. Terlebih terdapat 4 janin yang tengah ibu Gia kandung. " Jelas sang dokter dengan senyuman tulus.

Jordan termenung dalam pikirannya. Terdapat perasaan takut yang mulai muncul di lubuk hatinya terdalam. Jordan menggapai tangan Gia dibalik meja. Mengusap dengan lembut tangan wanita itu, berusaha mencari kenyamanan disana.

Gia melirik ke arah tangannya dengan bibir yang masih membisu, tak berniat berucap.

" Tapi tidak apa, kita cukup dengan berwaspada dan berdoa agar Bu Gia dan janinnya dapat baik-baik saja hingga lahiran nanti. Jadi saya akan menyiapkan vitamin untuk Bu Gia konsumsi nanti, agar janin didalam kandungan dapat tumbuh dengan kuat. " Ucap sang dokter masih dengan senyuman, sembari menuliskan beberapa vitamin yang akan Gia konsumsi nantinya.

Masih dengan menulis, sang dokter memberi nasehat apa yang boleh dan tidak boleh Gia lakukan.

~|~

Jordan berjalan menuju balkon meninggalkan Gia yang tengah terlelap dalam tidurnya.

Matanya dapat melihat kolam renang dirumahnya, diatas sini.

Menghembuskan nafas gusar. Jordan menatap ke arah hpnya yang masih saja berdering dan menunjukkan tulisan 'mama' disana. Jordan mulai menekan tombol hijau dilayar Hpnya.

" Halo, ma. " Sapa Jordan.

Rentetan demi rentetan kata keluar, lagi-lagi mulai menyakiti batinnya. Diam, hanya itu yang dapat Jordan lakukan. Tentu, dari kehamilan yang tengah dialami Gia itu, bukan hanya menyakiti Jordan saja, tetapi juga orang tuanya. Jadilah Jordan hanya dapat menerima apa pun yang dilontarkan padanya. Menghukumnya dengan itu.

Yah, pernikahan Jordan dan Gia tidak mendapatkan restu oleh orang tua Jordan. Berkali-kali Jordan menutupi hal itu pada Gia, tak ingin semakin membebani pikiran calon ibu dari anak-anaknya itu.

Bagaimana Jordan dapat meminta restu, jika orang tuanya saja telah menjodohkannya dengan rekan bisnisnya. Tentu mendapatkan penolakan mentah-mentah dari orang tuanya.

Yang kaya milik yang kaya. Itu benar adanya. Mitos itu turun temurun menjadi tradisi tersendiri dikeluarganya. Tentu Jordan tahu, sangat tahu.

" Maaf ma, Jordan gak bisa. Jordan udah nikah, ma. Gak mungkin Jordan melukai hati istri Jordan sendiri. " Lirih Jordan, sembari menghembuskan nafas lelah.

Memijit pelipisnya lelah, Jordan mendengarkan dengan amat baik tiap untaian kata yang di ucapkan wanita yang telah melahirkannya itu.

Awalnya dia diam, mendengarkan. Namun, kini urat urat kecil mulai tampak dirahangnya. Menunjukkan betapa geramnya dia saat ini.

" Ma, dia istri Jordan. Cukup mama jelek-jelekin Gia. Gia sekarang tengah mengandung anak Jordan sendiri, ma. Tolong ma.. jangan jelek-jelekin Gia lagi. Jordan sakit ma setiap mama jelekin Gia. " Sela Jordan merasa geram.

" Ini semua salah Jordan, cukup mama marah, bahkan benci ke Jordan. Jangan ke Gia. " Pinta Jordan semakin melirik.

Jordan menundukkan kepalanya dalam, menahan pedih didalam hati.

Perbincangan itu terus menerus berlanjut hingga beberapa saat kemudian.

Seusai menelpon Jordan kembali menghampiri Gia, merebahkan diri disamping wanita itu. Merengkuh wanita itu erat. Menenggelamkan wajahnya pada bahu Gia, mencari kenyamanan disana.

Jordan tanpa sadar menitikkan air matanya. Jordan salah, sangat salah. Jordan sadar itu. Tapi jangan sakiti wanita yang banyak ia sakiti itu. Cukup ia saja.

Detik demi detik, hari demi hari telah Jordan lewati dengan wanitanya itu. Sedikit demi sedikit mulai mengenali sang wanita, yang tetap berusaha tetap tegar diantara badai yang terus-menerus menerjang.

Perasaan cinta kasih, telah tuhan anugerahkan padanya bersamaan dengan rasa bersalah amat mendalam.

Tentu siapa yang akan menerima, sosok yang amat dicinta di sakiti? Begitu juga dengan Jordan. Dia tak rela wanita itu disakiti. Meski di masa lalu, Jordan lah yang telah menyakiti.

Wanita itu tak mengeluh, tak pernah mengeluh. Namun itu lah yang semakin membuat rasa di lubuk hati semakin tertanam dalam dan mengakar, hingga menjeritnya tak dapat bernapas.

Lalu bagaimana bisa, sang mama memintanya untuk meninggalkan wanita tegar itu dan beralih ke wanita lain? Tentu itu tidak mungkin. Jordan dan Gia, telah sah. Dan kini telah menjadi satu didalam ikatan rumah tangga.

Duhai hati pembolak balik hati.

Alangkah indahnya jalan yang telah terangkai.

Lara dan cinta melebur dalam satu.

Menciptakan arti hidup hanyalah milik semesta.

Mungkin pernah ingkar.

Namun tak apa, ia amat pemurah dalam memaafkan.

Sesal, tak usainya selalu membayang.

Harap menjadi pemegang utama.

Esok, menjadi tanda tanya.

Kelabu atau cerah menjadi hasil.

~|~

9 bulan usia kandungan Gia. Wanita itu kini tengah disibukkan dengan masakan yang tengah ia buat.

Meskipun urusan masak memasak telah dilarang oleh Jordan. Gia tetap bandel untuk memasak sesekali, agar membunuh suntuk dan bosan yang semakin menguras pikiran. Anggap saja, Gia hanya ingin mencari kesibukan agar teralihkan dari ributnya pikiran.

Sebuah lengan melingkar indah pada pada perutnya yang tampak sangat membuncit itu. Sebuah kecupan pada lehernya dan usapan lembut pada perutnya tengah Gia rasakan. Gia tahu, suaminya itu baru saja pulang dari kampusnya.

" Kamu masih bandel aja yah, sayang. Apa gak berat bawa perut segede itu kemana-mana? Kamu capek, hm? " Tanya pria itu tepat pada telinga Gia.

Gia tersenyum kecil sebagai tanggapannya, yang tentu saja ditangkal oleh penglihatan Jordan.

Yah, hubungan mereka menjadi lebih baik kini. Bukan karena telah ikhlas dan memaafkan, hanya mencoba menerima keadaan yang selalu saja membuat diri menyesak. Itu yang mereka hadapi. Berusaha menjadi lebih dewasa. Meskipun terkadang menjadi sosok anak-anak amat sangat di inginkan, karena merasa lelah akan hidup yang tak seindah itu.

Jordan kembali menciumi tengkuk Gia, sembari mulai mengangkat perut Gia ke arah atas. Hal itu membuat perut Gia menjadi lebih ringan. Paling tidak itu yang dapat Jordan lakukan, sedikit mengurangi beban sang istri, jikalau wanita itu tetap bandel untuk beraktivitas.

Tindakan kecil Jordan membuat Gia memejamkan mata merasa nyaman. Cukup lama posisi pasutri itu tidak berganti.

Namun, tiba-tiba saja Jordan berbisik kembali. " I love u. " Singkat, sangat singkat. Namun cukup berarti untuk keduanya.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!