Istri Diatas Ranjang

"Apa yang ingin kau katakan tadi hah! Jangan bilang, kalau kau ... ingin mengatakan yang sejujurnya," ucap Vera menghentikan langkah di lorong kampusnya.

"Maaf Nyonya," jawab Lord.

Vera mencengkram kerah kemeja anak buah suaminya lalu membenturkannya ke tembok kampusnya yang kokoh, "Berhenti memanggilku Nyonya, panggil aku Vera!" lirih Vera, matanya menatap Lord dengan tatapan membunuh.

"Nyonya--"

Vera mengencangkan cengkraman itu membuat Lord sulit bernafas, "Panggil aku Vera!" titah Vera saat melihat Lord kehabisan napas.

"Ba-baik, Nyo-- Vera," jawab Lord terbata-bata.

"Bagus," Vera melepas cengkramannya, "Maafkan aku, tapi ... mulai sekarang jadilah teman yang baik. Aku tidak berniat menyiksamu, tapi aku juga tidak mau ketahuan, jika aku wanita bersuami. Kau tahukan ... Mas Dave menutupi pernikahannya kepada semua orang," ujar Vera merapikan penampilan Lord.

"Nyonya--"

"Kau bilang apa? Mau aku cekik lehermu lagi?" ucap Vera.

"Vera ...."

"Bagus ...."

"Sekarang, kamu tunggu di taman kampus. Aku mau melihat teman-teman kampusku."

"Tidak bisa Nyo-- Vera, saya di sini ... ditugaskan untuk memantau pergerakan anda, bagaimana jika ... Tuan Dave tiba-tiba menelfon dan menanyakan keberadaan Nyo-- Vera," ucap Lord menahan kesal, 'Kenapa aku bisa kalah dengan wanita sepertinya. Andai, dia bukan istri Tuan ... sudah aku habisi sampai tidak bernyawa,' batin Lord.

Seakan tuli, Vera melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Lord yang sedang mematung.

'Aku tidak percaya, tanganku bisa berbuat sekejam itu pada Lord, bagaimana jika dia mengadu hal ini pada Mas Dave, aku tidak bisa bayangkan hukuman apa yang akan diberikan suami gilaku itu,' batin Vera berbelok menuju toilet kampus.

"Aku benar-benar gila. Bagaimana caranya, aku menyumpal mulut bodyguard itu. Bahkan uang saja aku tidak punya," gumam Vera sambil bercermin di depan wastafel.

"Apa aku minta uang pada Mas Dave? Tapi, itu tidak mungkin ... karena dia sudah menitipkan uang jajanku pada Lord, bagaimana ini," sambung Vera sambil menyalakan kran dan mencuci tangannya.

***

"Aku bertemu dengan wanita itu, Kak?" ucap Vin saat panggilannya sudah terhubung dengan Kakaknya.

"Di mana? Bagaimana? Cantik bukan?" tanya El antusias. Tangan yang sempat menari di papan keyboard, tiba-tiba berhenti.

"Sangat cantik, lebih cantik dari Kakak. Pantas saja, Kak Dave memilih wanita itu untuk menjadi simpanannya," jawab Vin, tak sengaja membuat El kesal.

"Apa kau bilang! Dasar adik tidak tahu diri. Aku akan menghukummu. Mulai 3 bulan berturut-turut, aku akan potong uang sakumu 50%," ujar El, membuat mata Vin melotot tajam.

"Kak, curang! Aku tidak terima, aku akan laporkan ini pada Kak Dave, aku akan menceritakan semuanya," ancam Vin.

"Kamu mengancam Kakak!" El tidak percaya dengan jawaban yang diucapkan adiknya. Dia pikir, adiknya akan memohon maaf dan mau menarik kata-katanya.

"Siapa yang mengancam, aku hanya melindungi apa yang aku punya," jawab Vin santai, dia mengambil satu batang rokok dan menyalakannya.

"Jadi, bagaimana ... mau aku adukan pada Kak Dave tentang semua cerita yang aku dengar dan rencana Kakak yang ingin memiliki Kak Dave selamanya atau ... Kakak tetap memberikanku uang saku tanpa potongan," tawar Vin tersenyum menang.

"Bagaimana? Kamu bertemu dengannya di mana?" tanya El mengganti topiknya.

"Jawab dulu, baru aku ceritakan pertemuanku dengan wanita itu," ujar Vin.

"Huh! Sebenarnya, otak licikmu itu menuruni siapa sih!" gerutu El menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi, "Jawab pertanyaanku, aku tidak akan memotong uang saku bulananmu," sambung El memijit pelipisnya.

Vin tersenyum, dia melirik beberapa wanita dan melambaikan tangannya untuk menemaninya yang seorang diri.

"Aku bertemu dengan di kampus, dia mahasiswa baru di kampus ini," jawab Vin menepuk kursi kosong untuk wanita yang baru saja menghampirinya.

"Kampus? Dia sekampus denganmu?" tanya El tidak percaya, "Jangan-jangan benar, dia simpanan dari Dave. Tapi, kenapa ... dia tidak menceritakan padaku."

"Itu bukan urusanku, urusanku sudah selesai. Sekarang kirimkan aku uang, karena aku ... mau mengajak teman-temanku pesta," ujar Vin melemparkan senyuman manisnya pada wanita yang duduk di sebelahnya.

"Itu bukan urusanku. Aku sudah mengirimkan uang tadi pagi," ketus El yang langsung mematikan sambungannya.

"Siall, dia berbohong," umpat Vin saat panggilannya diputus sepihak oleh Kakaknya.

"Siapa yang berbohong Vin?" tanya Putri, wanita cantik yang sudah lama menyukai Vinza, pria yang biasanya dipanggil dengan sebutan 'Vin'.

"Tidak, bukan siapa-siapa. Oh iya, aku traktir kamu makan di kantin yuk, bosen kan ... makan di resto mewah, sekali-kali, kita makan di kantin," ajak Vin beranjak dari tempat duduknya, kemudian mengulurkan tangannya untuk Putri.

Semua mahasiswi dibuat meleleh saat melihat perlakuan Vin yang memperlakukan setiap wanita seperti Ratu. Banyak wanita yang mengidolakan Vin, tapi banyak juga wanita yang tidak menyukai Vin, karena terkenal dengan statusnya yang 'Playboy'.

Tapi, tidak dengan Putri. Wanita cantik dengan tubuh sexy, yang selalu memakai pakaian ketat, agar terlihat menggoda di mata Vin, sudah lama ... Putri menaruh hati pada pria di hadapannya. Selain tampan dan Royal, ternyata Vin juga pemilik saham di kampusnya walaupun tidak ada yang tahu berapa persen saham yang Vin punya.

"Ayo, asal denganmu ... aku mau makan di kantin yang penuh dengan keramaian," jawab Putri menyambut uluran tangan Vin.

Setelah sampai di kantin kampus. Tidak sengaja pandangan Vin tertuju pada wanita yang baru saja di kenal sedang duduk sendiri di ujung kantin.

"Kita gabung dengan dia," ucap Vin menunjuk Vera.

"Dia? Siapa dia? Apa wanita yang sedang--"

"Bukan, dia mahasiswi baru. Aku merasa kasihan, melihatnya duduk sendiri," timpal Vin cepat, 'Jika aku bergabung dengannya, maka aku bisa memiliki kesempatan untuk mengorek setiap informasi darinya, dan akan aku jadikan ladang uangku untuk memeras Kak El,' batin Vin tersenyum puas.

"Jangan, aku tidak suka, aku juga tidak kenal dengannya. Lebih baik, kita cari meja kosong," cegah Putri menarik lengan Vin yang hendak pergi.

"Jika, keberatan ... pergilah, biar aku saja yang duduk dengannya," ketus Vin menepis tangan wanitanya.

"Vin, kamu mengusirku demi wanita itu!" ujar Putri tidak percaya.

'Dia ladang uangku, dan aku lebih mementingkan uangku daripada wanita sepertimu,' batin Vin menatap Vera yang sedang menyeruput minumannya.

"Maaf, Put, aku hanya ingin berkenalan dengannya," jawab Vin pergi meninggalkan Putri sendirian.

"Siall!" pekik Putri menghentakkan kedua kakinya bergantian, 'Aku tidak terima dipermalukan seperti ini di depan umum. Akan ku balas semua perbuatanmu pada wanita itu!' batin Putri meninggalkan kantin.

Brug ...

"Aww sakit ...," ringis Putri saat dirinya menabrak seseorang.

"Maaf,"

Hay gaes, bantu like, favorite, komen, vote dan beri hadiah yuk.

Terimakasih ❤

Bersambung😘