Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1 》》 MAAF DEK ,,,
Jari -jari lentik sang gadis menari di atas keyboard dengan mata fokus pada layar laptopnya. Selama lebih kurang satu minggu setiap malam si gadis mengerjakan revisi terakhir skripsinya. Andhini betul-betul memanfaatkan waktunya dengan sangat baik. Yah, dia adalah Andhini, putri bungsu bunda Riana dan ayah Revan almarhum.
Tok tok tok
“Dek !!! Dipanggil bunda !!!” Teriakan sang abang membuyarkan konsentrasi Andhini. Gadis berwajah oval itu hanya bisa menarik napas panjang seraya berdiri membuka pintu kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan Niko yang tak akan berhenti berteriak sebelum adiknya itu menampakkan diri.
“Nanti aja deh, bang ,,, tanggung nih,” Andhini memperlihatkan wajah memelasnya berharap sang abang tak memaksanya.
“Gak bisa dek, ini penting dan bunda ratu gak terima penolakan,” Niko benar-benar pengemban tugas yang mumpuni. Pria dewasa itu tak akan kembali sebelum membawa sang adik ke hadapan bunda Riana.
“Bentar bang,” Sebelum mengikuti bang Niko, ia terlebih dahulu mengamankan laptopnya yang berisi file skripsi. Andhini tak ingin jerih payahnya merivisi skripsi berakhir mengenaskan jika saja tiba-tiba semua data hilang.
Andhini mensejajarkan langkahnya dengan langkah Niko. Tubuh Andhini yang tinggi semampai tak lantas membuat langkahnya ketinggalan. Sementara bunda Riana sudah menunggu mereka di ruang keluarga.
“Duduk dekat bunda, sayang ,,,” Bunda Riana menepuk kursi di sampingnya dan seperti biasa Andhini hanya bisa menurut.
Didikan bunda Riana memang terbaik. Kedua anaknya sejak kecik hingga sekarang tak pernah sekalipun menentang orang tuanya. Niko dan Andhini meyakini dan percaya bahwa sang bunda hanya ingin yang terbaik buat anak-anaknya. Dan semua ibu di dunia inipun pasti sama.
“Ada apa bund, kok keliatannya serius banget ?!” Andhini menatap bunda Riana sembari menghempaskan diri di samping wanita yang sudah melahirkannya.
“Dhini kenal kan dengan bang Satria ?!” Bunda Riana tersenyum lembut sedangkan Andhini menatap sang bunda bingung.
“Ya kenallah bund, kan bang Satria keseringan kesini,” Andhini mengerutkan alisnya semakin bingung, kini gadis cantik itu menatap sang abang dengan tatapan meminta penjelasan.
“Bang Satria memintamu untuk menjadi istrinya nak dan besok keluarganya akan datang melamarmu secara resmi,” Kata-kata bunda Riana bagaikan petir menyambar telinga Andhini. Sesaat gadis itu terdiam berusaha menolak kata-kata sang bunda yang berhasil memasuki rongga telinganya.
“Bunda ngeprank aku, kan ?!” Andhini mengira bunda Riana hanya bercanda. Tapi wajah bunda Riana dan bang Niko terlihat serius. Dalam hati Andhini mulai menjerit. Setaunya bang Satria bukan pria single, sahabat abangnya itu sudah memiliki istri artinya dirinya akan dijadikan istri kedua ?!
“Gak sayang, bunda serius. Abang dan bunda hanya bisa mempercayakan nak Satria untuk menjagamu seumur hidup.” Bunda Riana pun sebenarnya tak tega melepas putri bungsunya menikah dengan pria yang sudah beristri tapi ada kisah di masa lalu yang tak akan pernah bisa mereka abaikan.
“Bunda mempercayakan putri bunda pada pria yang sudah beristri ?!” Andhini meringis, jika bisa ingin rasanya ia berteriak di depan sang bunda namun selama hidupnya Andhini tak pernah sekalipun bersuara keras pada sang bunda. Gadis itu terlalu sayang dan menghormati wanita yang telah berjuang sehingga ia bisa melihat dunia yang indah ini.
“Maaf sayang, bunda sangat menyayangimu,” Bunda Riana berusaha tersenyum meski rasa sedih ia rasakan.
“Bang, jangan diam aja dong,,,masa iya abang tega menjadikan adiknya pelakor,” Kini airmata Andhini meluncur bebas membasahi pipi mulusnya, hidungnya pun seketika memerah karena tangannya sibuk membersihkan cairan yang keluar dari hidung mancungnya.
“Maaf dek, abang ikut apa kata bunda,” Sama halnya dengan Andhini, Niko pun tak pernah bisa membantah kata-kata sang bunda. Wanita paruh baya itu terlalu berharga dimata anak-anaknya.
Andhini menarik napas panjang mencoba sedikit melonggarkan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya.
“Dari sekian banyaknya laki-laki kok aku malah berakhir jadi pelakor ya, bund,,,” Mata Andhini sudah berkabut. Niko menutup matanya tak tega melihat adik kesayangannya bersedih. Hatinya ikut menangis namun iapun tak bisa berbuat apa-apa.
“Gak sayang, kamu bukan pelakor. Tolong jangan ulang kata-katamu itu,” Bunda Riana pun meneteskan airmatanya. Hatinya terluka mendengar putri yang ia besarkan penuh cinta dan kasih menyebut dirinya sebagai pelakor.
“Hal itu gak bisa di sangkal bund, pria yang sudah beristri dan menikah lagi berarti istri keduanya itu adalah pelakor. Bukan kita yang menilai bund, tapi masyarakat.” Suara Andhini sangat pelan namun cukup memukul perasaan Niko dan bunda Riana.
“Jangan khawatir sayang, Linda merestui nak Satria menikah lagi.”
“Kita hidup bermasyarakat bund, terlepas dari mbak Linda setuju tapi orang luar hanya mempercayai apa yang mereka lihat.” Andhini terus-terusan menyanggah kata-kata bunda Riana meskipun dengan nada rendah tapi terlihat jika Andhini berusaha keras menolak perjodohan ini.
“Bunda mohon sayang, terima ya nak Satria,,,” Wajah memelas bunda Riana membuat Andhini tak tega meskipun jiwa raganya menolak.
“Baiklah asal itu membuat bunda tenang dan bahagia. Tapi Dhini gak mau pernikahan ini diketahui orang luar cukup keluarga inti saja dan jika suatu saat Dhini gak sanggup menjalani pernikahan ini, tolong bunda jangan memintaku bertahan.” Demi membuat sang bunda bahagia, Andhini akhirnya menerimanya.
Menjadi istri kedua bukanlah impian setiap gadis di muka bumi ini namun jika takdir yang berbicara maka tak ada yang bisa merubahnya. Pun halnya Andhini, ia hanya bisa pasrah menerima keadaan. Gadis cantik itu tak berani berharap lebih.
“Bunda yakin kamu akan bahagia sayang,” Wajah bunda Riana berbinar bahagia mendengar keputusan Andhini meskipun nada Andhini terdengar sangat terpaksa.
“Dhini ijin ke kamar bund, mau menyelesaikan skripsi,” Tanpa menunggu persetujuan sang bunda, Andhini berdiri dan meninggalkan bunda Riana dan Niko dengan langkah lunglai.
“Bund, Niko nyusul Dhini ya,,,” Dengan cepat Niko menyusul langkah Andhini sebelum adiknya itu sampai di kamar dan mengunci pintunya. Niko yakin adik semata wayangnya itu pasti akan menangis putus asa.
Niko menerobos masuk ke kamar Andhini lalu menguncinya. Pria dewasa itu tak ingin jika bunda Riana mendengar pembicaraan mereka. Perasaan wanita yang telah melahirkan mereka sangat lembut dan halus.
“Nangis aja dek jika itu bisa membuat bebanmu berkurang,” Niko menatap sendu sang adik. Kehidupan adik kesayangannya sangatlah rumit hingga pria itu tak tau mulai darimana jika akan menjelaskan.
“Hiks,,, hiks,,, bang, kenapa takdirku seperti ini ?! Ngenes banget sih,,,” Akhirnya Andhini berderai airmata. Kebiasaan gadis cantik itu menyalurkan kemarahan, kekesalan dan kekecewaannya lewat airmata.
“Jangan dijadikan beban ya dek, jika suatu saat Satria tak bisa adil dan membuatmu menderita maka abang sendiri yang akan membawamu pergi dari sisi pria itu. Abang janji.” Niko menggenggam tangan Andhini dan menatapnya dalam agar adiknya itu yakin padanya.
“Thanks bang,” Andhini memeluk erat sang abang. Ia sedikit merasa lega mendengar kata-kata bang Niko. Sepanjang yang ia tau pria berpoligami sangat susah untuk adil.
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️