NovelToon NovelToon
No Other Man

No Other Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amarah (18+)

"Astaga!" Pekik Ronald sambil menarik jarum infus.

"Ada apa, Mas?" Alexa ikut memekik kaget lalu menyusul langkah lebarnya Ronald.

Ronald berkata ke Alexa saat ia berhasil masuk ke dalam lift tanpa cegahan dari salah satu perawat, "James ditemukan mati di parkiran"

Alexa sontak menganga, "Hah?!"

"Aku nggak jadi ngecek Agnes. Aku harus segera mengatasi masalah James. Kamu balik aja!"

Alexa berjinjit, memagut pelan bibir Ronald, "Kamu hati-hati, Mas," lalu ia melangkah keluar dari dalam lift dengan arah yang berlawanan dengan Ronald.

Ronald langsung diserbu wartawan saat ia sampai di depan mobilnya. Anak buahnya Amos berhasil membungkam semua staf rumah sakit terkait pembunuhan perawat ICU demi penyelidikan divisi pasukan khusus dengan surat terlampir dari kementerian militer. Maka semua staf rumah sakit langsung bungkam suara. Tapi, tidak dengan kejadian di parkiran mobil. Bagaskara yang ditugaskan oleh Amos untuk mengurus jasadnya James, dikejutkan dengan munculnya puluhan wartawan dari berbagai media dan disusul munculnya Ronald Howard. Bagaskara sontak mengumpat keras sambil mengacak-acak rambut cepaknya.

...♥️♥️♥️♥️...

Setelah membaringkan Archie di ranjang, Amos bergegas ke kamarnya Agnes untuk menyerahkan ponselnya Agnes. "Kamu bisa mandi, ada baju Ibu dan adek aku di lemari, ada handuk dan peralatan mandi baru juga di lemari kaca di dalam kamar mandi. Kamu boleh memakainya.

Agnes menganggukkan kepala.

Amos memutuskan membawa Agnes dan Archie ke vila pribadinya setelah ia berhasil meloloskan mobilnya dari kejaran mobil Van merah menyala. Ia akhirnya membawa Archie dan Agnes ke vila pribadinya karena jarak yang terdekat setelah ia berputar-putar sambil mengebut agar lolos dari kejaran mobil Van merah menyala itu, ya, vila pribadinya.

"Dan Ini ponsel kamu" Amos mengulurkan ponselnya Agnes.

Agnes menerimanya, "Ah, terima kasih. Kapan kamu mengambilnya?"

"Saat kamu menganga jelek banget di depanku"

Agnes menepuk bahu Amos, "Enak aja jelek"

Amos meringis sambil mengusap bahunya. "Iya, kamu nggak pernah jelek"

"Lebih dulu mana? Kamu mengambil ponselku apa mencopot infus di pergelangan tanganku?"

"Emang itu penting?"

"Penting karena kalau kecepatan tangan kamu seperti itu, aku harus lebih waspada mulai sekarang"

"Waspada? Kenapa?"

"Kamu bisa mencuri semua barang-barangku dan....."

"Aku tidak tertarik dengan barang-barangmu" Amos berbalik badan dengan cepat lalu melangkah pergi sambil berteriak, "Aku hanya tertarik pada hatimu dan akan aku curi saat kau lengah nanti"

Bugh! Punggung Amos terkena lemparan bantal dan pemuda itu terkekeh geli saat Agnes berteriak, "Aku tidak akan pernah lengah, bocah!"

Setelah memasak dengan sayur mayur yang tersedia di kebun belakang vila dan meminta telur ke tetangga yang sudah kenal baik dengan dirinya. Mintanya telur diberi bonus daging ayam fillet membuat Amos memasak dengan riang gembira. Setelah menata semua masakannya di meja makan, ia mandi lalu bergegas ke kamarnya Agnes.

Amos mendorong pintu yang tidak tertutup dengan kasar saat ia mendengar Agnes melakukan sambungan telepon dengan Ronald.

Amos merebut ponselnya Agnes, mematikan sambungan telepon, lalu meletakkan ponsel itu dengan kasar di atas meja. "Kenapa kau katakan alamat vila ini ke orang lain, hah?!"

"Kamu tidak pernah bilang kalau aku tidak boleh memberitahukan alamat vila ini ke orang lain lagipula mas Ronald itu suamiku dan ia meneleponku karena khawatir dan......"

"Kamu melihatnya berciuman dengan wanita lain, Nes" Rahang Amos mengeras.

Agnes menunduk dan meremas tangannya, "Aku juga sama. Aku berselingkuh. Aku sudah tidur dengan kamu"

"Itu beda, Nes. Kamu melakukannya tanpa sadar sedangkan suami kamu melakukannya dengan sadar sesadar-sadarnya"

Agnes meraup kasar wajah cantiknya, "Mas Ronald masih suamiku"

"Dia bukan pria baik, Nes. Banyak yang ia sembunyikan dari kamu selain perselingkuhannya itu"

Ucapan Amos masuk kuping kanan dan keluar dari kuping kiri Agnes begitu saja, "dan aku tidak akan pernah menceritakannya. Aku tidak ingin bercerai. Aku ingin Archie memiliki keluarga yang lengkap. Aku tidak ingin Archie melihat orangtuanya berpisah"

Amos meninju meja dan berteriak, "Kenapa kamu susah sekali untuk dinasehati, Nes?" Amos berbalik badan lalu mencengkeram kenop pintu.

Agnes menyindir, "Kau bukan siapa-siapa. Kau tidak berhak menasehati aku!"

Begitu kata-kata itu meluncur bebas dari mulutnya, Agnes langsung membekap mulutnya dan menyesalinya, terutama ketika Amos menghentikan langkah dan berbalik perlahan.

Amos tak lagi tampak seperti pemuda sopan berusia dua puluh lima tahun. Ia menjelma menjadi remaja berusia delapan belas tahun, tampak liar, tak tahu aturan, dan berbahaya.

Amos menutup pintu dan berkata, "Aku bukan siapa-siapa kamu dan aku tidak berhak menasehati kamu, hmm?"

Dengan satu gerakan luwes, Amos mencengkeram lengan Agnes lalu menyeret lengan itu hingga punggung Agnes terhempas ke daun pintu. Pemuda tampan itu lalu menekan Agnes ke pintu. Sambil melebarkan tangan ke kedua sisi kepala Agnes, ia membungkukkan tubuhnya yang lebih jangkung daripada Agnes pada saat yang bersamaan lututnya mendesak paha Agnes agar membuka.

Mulut Amos menyambar mulut Agnes. Perempuan itu mengelak dengan menggeleng keras kepalanya ke kanan dan ke kiri, "Tidak, tidak!"

Tetapi Amos tidak menaruh belas kasihan. Ia menangkup dagu Agnes untuk menahan gelengan kepala perempuan itu. Begitu mulutnya menangkap mulut Agnes dengan semangat menggelegak dan menciuminya dengan bergairah, Agnes bisa ia taklukkan. Agnes melenguh dan membalas ciumannya Amos.

Tanpa menggunakan tangannya, digunakannya sejumlah kecupan dengan sempurna. lidahnya merupakan campuran melodi yang tepat antara perintah dan dambaan. Panasnya ciuman Amos melelehkan semua pertahanan dan akal sehatnya Agnes.

Itulah salah satu ciuman membabi buta yang belum pernah ia dapatkan dari siapapun termasuk suaminya. Ciuman yang hanya pernah ia lihat di film-film. Amos seolah lapar dan berpesta liar di dalam mulut Agnes. Amos seolah tidak pernah merasa puas menikmati kelezatan kue yang tengah ia nikmati, ia terus mencicipi Agnes.

Ketika akhirnya Amos mengangkat kepalanya, bibir Agnes tampak merah dan basah, matanya berkaca-kaca, tubuhnya hangat dan lunak. Dada Agnes naik turun dengan cepat. Amos menurunkan pandangannya ke dada Agnes, dan dengan kurang ajar menyentuhnya. "Oh, Cantikku, kau luar biasa" Lalu Amos mengerang dan mencium Agnes lagi.

Agnes merasa terhina oleh kebebasan dan kelancangan Amos. Ia mengutuk dirinya sendiri yang diam-diam mengijinkan perbuatan Amos. Ia pada akhirnya berhasil membebaskan diri dari ciuman panasnya Amos dan mendorong dada pemuda itu. Terengah-engah ia menghadapi Amos. Seluruh tubuhnya terasa lemas tak bertulang. Wajahnya kaku karena gusar. "Mengapa kau berbuat begitu?"

Agnes tampak terguncang karena amarah sampai ke tulang-tulangnya tetapi tampaknya Amos senang melihat kemarahannya Agnes. "Astaga! Kau sangat cantik di saat marah seperti itu"

Agnes menepis kasar tangan Amos yang terulur ingin mengusap pipinya.

"Mos!" Agnes menyipitkan mata sambil melangkah maju dengan perlahan.

Amos melangkah mundur lalu menyugar rambutnya, "Aku cuma berpikir kamu butuh ciuman hebat agar otak kamu sadar bahwa Ronald hanyalah pria pengecut yang tidak pantas untuk kau tangisi dan perjuangkan!"

Sebelum sempat membalas ucapan pedas itu dengan ucapan setimpal, Amos sudah membuka pintu dan pergi.

1
♏®️𝕯µɱσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
lupa wajah ingat aroma mungkin rasanya juga🤭
awesome moment
ronald dan alexa bermain di smua n
Aksara_Dee
idahlah nes tinggalin aja suami bgini
Aksara_Dee
hmmm dasar periya!
Aksara_Dee
ronald makin menjadi 🫠
Roro
yang main kuda kudaan sama kamu semalam itu nes
Roro
ahh amos lebay ihh🤣
Roro
fokus amos.. fokus..
anggita
iklan👆
anggita
tipu"🤥
Ayuwidia
Sabar, Mos. Resiko mencintai wanita yg udah punya suami ya gitu
Ayuwidia
Wadaw, gegar otak nggk tuch si botak ?
Ayuwidia
Eaaaaaaaa 😆
Ayuwidia
nggak sekalian puisi, Bang?
Ayuwidia
Helehhh alesan
Ayuwidia
Cinta memang kadang bisa menjadikan seseorang gila & amnesia
Ayuwidia
Wadaw, Amos memenuhi sumpahnya 🙈
Aksara_Dee
dengarkan firasatmu Agnes
Aksara_Dee
negosiasi nya pinter
Rahma AR
like dan 🌹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!