NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

BALAS DENDAM SANG IBLIS SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Transmigrasi / Fantasi Timur / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Feng

Guang Lian, jenius fraksi ortodoks, dikhianati keluarganya sendiri dan dibunuh sebelum mencapai puncaknya. Di tempat lain, Mo Long hidup sebagai “sampah klan”—dirundung, dipukul, dan diperlakukan seperti tak bernilai. Saat keduanya kehilangan hidup… nasib menyatukan mereka. Arwah Guang Lian bangkit dalam tubuh Mo Long, memadukan kecerdasan iblis dan luka batin yang tak terhitung. Dari dua tragedi, lahirlah satu sosok: Iblis Surgawi—makhluk yang tak lagi mengenal belas kasihan. Dengan tiga inti kekuatan langka dan tekad membalas semua yang telah merampas hidupnya, ia akan menulis kembali Jianghu dengan darah pengkhianat. Mereka menghancurkan dua kehidupan. Kini satu iblis akan membalas semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8: BAYANGAN YANG BANGKIT & BAYANGAN YANG TERLENA

Sore hari, sinar matahari terakhir menyelinap di antara celah pepohonan rimbun, jatuh menimpa permukaan sungai yang jernih. Riak air memantulkan cahaya keemasan, berkilauan di wajah seorang pria yang baru saja muncul dari dasar sungai.

Mo Long menarik napas panjang, menghirup udara segar sebanyak-banyaknya seolah itu adalah napas pertamanya di dunia. Rambut hitamnya yang basah menempel di wajah yang kini tampak lebih tirus, tegas, dan dingin. Di sekitarnya, cairan kental hitam—residu racun dan kotoran tubuh yang telah bertahun-tahun mengendap—perlahan mengambang, terbawa arus hingga lenyap ke hilir.

Ia menyibak rambutnya ke belakang, lalu menggosok kulitnya dengan kasar.

"Bau busuk ini… benar-benar menjijikkan," gumamnya rendah.

Namun, saat memandang kulit lengannya, ia tertegun. Kulitnya kini bersih, seputih pualam namun terasa keras dan padat seperti baja yang ditempa. Luka memar dan bekas sayatan yang dulu menghiasi tubuh 'Mo Long si sampah', kini hilang tak berbekas.

Kedua tangannya sedikit bergetar. Bukan karena lemah, melainkan karena sisa adrenalin dari malam sebelumnya—malam yang mempertaruhkan hidup dan mati.

Ingatannya berputar kembali ke puncak bukit.

Saat itu, tubuhnya tersungkur, muntah darah hitam bercampur racun pemecah Qi. Daging dan tulangnya terasa dicabik dari dalam. Kesadarannya nyaris putus saat Qi Bayangan dari eliksir mengamuk liar.

"Jika aku berhenti sekarang… aku mati," desisnya kala itu dalam ingatan.

Saat itu, jari-jarinya dengan sisa tenaga terakhir membentuk Prana Mudra—ujung ibu jari, jari kelingking, dan jari manis saling menyentuh, sementara jari tengah dan telunjuk lurus menantang langit.

Benang-benang Qi hitam pekat muncul, terbentuk dari kehendak jiwanya yang purba. Satu demi satu benang itu menautkan pecahan Dantian. Sakitnya tak terlukiskan, seperti ribuan jarum panas menjahit organ dalamnya hidup-hidup. Ia mengerang, tubuh fisiknya berguncang keras, namun benang-benang itu terus terjalin, menyatukan kepingan terakhir yang paling kecil.

Lalu… sesuatu yang tak ia duga terjadi. Keajaiban yang melampaui logika.

Dantian yang hancur itu menyatu menjadi utuh. Ia bersinar terang sekejap, lalu menyedot sisa Qi Bayangan dari seluruh meridian tubuhnya bagai pusaran air raksasa. Qi itu terkompresi, dilipatgandakan, hingga meledak menjadi lautan kekuatan.

BOOM!

Ledakan itu dahsyat, namun tidak menghancurkan tubuhnya. Sebaliknya, ia merasakan ada dua titik pusat lain yang ikut bangkit merespons ledakan itu.

Dari ulu hati, arus hangat mengalir deras. Dari keningnya, titik cahaya spiritual menyala.

Tiga pusat energi. Tiga Dantian.

Tubuhnya melayang setengah jengkal dari tanah, rambutnya berkibar melawan gravitasi. Aura hitam pekat bercampur cahaya samar menyelimutinya. Hingga fajar tiba, aliran Qi itu perlahan tenang. Ketiga Dantian itu stabil, berdenyut pelan seperti tiga jantung baru yang memompa kekuatan tanpa henti.

Mo Long kembali ke kenyataan di pinggir sungai. Ia memejamkan mata untuk memeriksa kondisi tubuh barunya (introspeksi).

Ia bisa melihatnya dengan jelas. Bukan hanya satu, tapi tiga pusaran energi berputar pelan dan agung di dalam tubuhnya.

Satu di bawah pusar (Lower Dantian - Pusat Keseimbangan), satu di ulu hati (Middle Dantian - Pusat Tenaga), dan satu lagi berpendar samar di keningnya (Upper Dantian - Pusat Jiwa).

Senyum lebar merekah di bibirnya. Perlahan, senyum itu pecah menjadi tawa lepas yang menggema, menggetarkan burung-burung di hutan.

"Hahaha! Aku berhasil! Tiga Dantian! Legenda Tubuh Surgawi itu ternyata nyata!"

Mo Long mengepalkan tangannya. Ia merasakan aliran tenaga yang masif, jauh melampaui apa yang seharusnya dimiliki seorang pemula.

'Mari kita lihat...' batin Mo Long, menganalisis kekuatannya dengan tenang.

'Tubuh Mo Long yang asli hanyalah sampah tanpa Qi. Nol besar. Tapi setelah penyulaman gila ini, aku langsung menerobos dua ranah besar sekaligus—melewati Ranah Pemula dan Ranah Ahli—dan kini mendarat dengan kokoh di Ranah Guru Tingkat Awal.'

Matanya berkilat tajam, membandingkan dengan masa lalunya.

'Di kehidupan lamaku sebagai Guang Lian, aku berada di Ranah Langit, hanya selangkah lagi menuju Ranah Surgawi. Saat ini, aku memang masih jauh di bawah kekuatan asliku dulu. Tapi...'

Mo Long menatap pantulan dirinya di air, menyeringai pada bayangannya sendiri. 'Tapi Guang Lian hanya punya dua Dantian. Tubuh ini punya tiga! Dengan fondasi ini, mencapai Ranah Surgawi bukan lagi mimpi kosong. Ini adalah potensi yang mengerikan.'

Ia menyandarkan tubuhnya pada batu besar di tepi sungai, menikmati aliran air yang membasuh kakinya. "Dantian kedua akan membuat gerakanku efisien dan mematikan. Dan Dantian ketiga di kening ini... entahlah, aku merasa indraku menyatu dengan alam. Aku bisa mendengar suara semut berjalan sekalipun. Aku seperti… mengerti semuanya."

Namun, kedamaian itu terusik. Sebuah pertanyaan lama kembali melintas, mengubah tatapannya menjadi sedingin es.

'Siapa yang meracuni tubuh bocah ini sejak kecil hingga hancur? Siapa yang begitu keji menanam racun pemecah Qi pada seorang bayi?'

Mo Long menghela napas panjang, mengusir keraguan itu untuk sementara. Ia bangkit, melangkah keluar dari air. Tubuhnya kini tampak lebih tinggi, otot-ototnya padat terukir, memancarkan aura maskulin yang berbahaya.

"Saatnya mencoba... Qi Bayangan."

Ia menjentikkan jari.

Wusss!

Gelombang Qi hitam pekat muncul di telapak tangannya. Itu bukan seperti cahaya spiritual biasa, melainkan seperti asap hidup yang bercampur debu halus korosif. Qi itu melayang mengitari tubuhnya bagai ular pelindung yang setia.

"Dasar dulu... Qinggong (Ilmu Meringankan Tubuh)!"

Mo Long melompat. Kakinya menjejak permukaan air sungai, namun ia tidak tenggelam. Ia meluncur secepat bayangan, menapak dahan pohon, lalu melesat di udara tanpa hambatan sedikitpun.

Sebuah batu granit besar seukuran kerbau menghadang jalannya di tepian hutan. Alih-alih menghindar, seringai muncul di wajahnya.

Qi Bayangan menyelimuti kepalan tangannya, berputar kencang seperti bor asap hitam.

BOOOM!

Satu hantaman.

Batu besar itu tidak sekadar retak, tapi meledak menjadi serpihan kerikil dan debu hitam. Bagian tengah batu itu bahkan terlihat meleleh, termakan oleh sifat korosif energinya.

Mo Long mendarat dengan mulus. Ia menatap tangannya yang tidak lecet sedikit pun. 'Kekuatan penghancur yang korosif. Qi Bayangan ini... lebih ganas dari dugaanku.'

Senja mulai turun, mengubah hutan menjadi siluet gelap. Mo Long mengambil jubahnya yang tergantung di dahan.

"Sudah waktunya pulang. Patriark harus tahu... anak sampahnya akan menjadi legenda."

Di waktu yang sama, di sebuah kota kecil tak jauh dari wilayah kekuasaan Klan Mo.

Lentera-lentera merah mulai dinyalakan, pertanda kehidupan malam dimulai. Aroma arak murahan bercampur harum bedak wanita menggantung di udara sebuah penginapan mewah yang bising.

Di kamar terbaik lantai dua, Mo Feng baru saja terbangun. Dengan mata setengah terpejam dan kepala pening akibat pesta semalam, ia melangkah membuka pintu dengan kasar.

Di luar, seorang pemuda kurus—kawan seperguruannya—sudah menunggu dengan wajah pucat pasi.

"Feng... gawat... Kau harus tahu," ujar pemuda itu dengan suara gemetar. "Anak saudagar kaya yang kau hajar semalam—Jin Yuu—sampai sekarang belum sadar. Tabib bilang racun Qi Bayangan mengendap dalam organ dalamnya. Orang tuanya murka, mereka sedang mengumpulkan orang untuk menuntut balas ke sini!"

Mo Feng menguap lebar, sama sekali tidak terlihat peduli. Ia menggaruk dadanya yang terbuka, memperlihatkan tato naga samar di kulitnya. "Hah... hanya itu? Kau membangunkanku hanya untuk berita receh ini? Biarkan saja. Semut-semut itu takkan berani menyentuhku."

"Tapi Feng... Keluarga Jin itu mitra dagang klanmu! Pasokan herbal Klan Mo berasal dari mereka!"

"Berisik," potong Mo Feng dingin. Tatapannya membuat nyali temannya menciut. Ia menepuk bahu kawannya kasar. "Ayo turun. Kita minum lagi. Berita sampahmu membuat tenggorokanku kering."

Di kedai lantai bawah, suasana ramai seketika senyap saat Mo Feng menuruni tangga. Orang-orang menunduk, takut menatap matanya. Ia duduk di kursi sudut terbaik, memesan satu guci arak termahal.

"Kenapa kau bisa setenang ini?" bisik temannya lagi, masih gelisah melihat tatapan sinis pengunjung lain.

Mo Feng meneguk araknya langsung dari guci, cairan itu membasahi dagunya. Ia menyeringai angkuh. "Keluarga Jin? Hahaha… mereka hanyalah saudagar kelas menengah. Tanpa perlindungan Klan Naga Bayangan, karavan mereka sudah habis dirampok bandit gurun. Mereka butuh kita. Lebih tepatnya, mereka butuh ayahku."

Ia mendekatkan wajahnya ke arah temannya, matanya berkilat jahat penuh dominasi. "Dan kau tahu? Aku adalah calon penerus klan. Calon murid inti Akademi Kultus Iblis. Siapa yang berani menyentuhku? Ayahku? Dia tidak peduli apa pun yang kulakukan, selama aku kuat."

"Tapi... bagaimana dengan adik-adikmu? Tuan Muda Mo Fei atau Mo Shou? Jika kau membuat masalah, bukankah posisi pewaris bisa terancam?"

Mo Feng tertawa keras, tawa yang membuat pengunjung kedai lain merinding ketakutan.

"Adik? Maksudmu si sampah Mo Long?"

BRAK!

Mo Feng membanting cawannya ke meja hingga hancur berkeping-keping.

"Bocah cacat itu bahkan tidak pantas disebut manusia, apalagi saingan. Dia hanya aib yang hidup karena belas kasihan klan," desis Mo Feng. Aura membunuhnya bocor sedikit, membuat udara di sekitar meja itu menjadi dingin.

Mo Feng berdiri, merentangkan tangannya seolah ia adalah raja dunia. "Omonganmu membuat tanganku gatal ingin menghajarnya. Tiga hari lagi… jika dia nekat mengikuti ujian kelayakan pendekar seperti rumor yang kudengar, kau akan melihatnya babak belur hingga berlutut memohon ampun di bawah kakiku."

1
Meliana Azalia
Kejamnya~
Meliana Azalia
Ngegas muluk
Ronny
Bertarung berdua nih ❤️
Ronny
Cu Pat Kai: ‘’Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir’’
Ronny
Kayak tom and jerry gao shan sama gao shui wkwk
Ronny
Aya aya wae 🤣
Zen Feng
Feel free untuk kritik dan saran dari kalian gais 🙏
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
Dwi Nurdiana
aww manisnya kisah cinta janda sama brondong ini
Dwi Nurdiana
aih pertarungan bagai dansa di malam hari😍
Dwi Nurdiana
min mao ini ya emang minta dicubit
Dwi Nurdiana
babii🤭
Dwi Nurdiana
wkwkwk rasain 🤭
Dwi Nurdiana
awal yang tragis tapi seru😍
Abdul Aziz
awal yang bagus dan menegangkan, lanjutin thor penasaran gimana si mo long ngumpulin kekuatan buat balas dendam
Abdul Aziz
paling gemes sama musuh dalam selimut apalagi cewe imut/Panic/
Ren
mampus mo feng!!
Ren
up terus up terus!
Ren
fix pelayanan min mao
Ren
hampir ajaa
apang
si mo long harus jadi lord kultus iblis!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!