NovelToon NovelToon
Kasih Terlarang Sang Hostess

Kasih Terlarang Sang Hostess

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Single Mom / Crazy Rich/Konglomerat / Nikah Kontrak / Balas Dendam / Playboy
Popularitas:868
Nilai: 5
Nama Author: Wulan_Author

Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.

Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.

"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"

Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25 Syarat

Mendengar angka nominal itu lagi entah mengapa jantung Alma kembali berdegup kencang hingga terasa sesak.

"Iya, satu miliar! Kenapa? Apa kamu keberatan? Jika kamu keberatan maka aku akan melaporkan kamu ke polisi, karena kamu sudah membiarkan anakku memberikan sum-sum tulang belakangnya tanpa sepengetahuan aku, dan itu ilegal!" ancam Ibu Lily.

Alma terdiam membisu, lagi Alma tak bisa berkutik saat mendengar ancaman dari ibu Lily. Kini, semua terasa semakin sesak, apa Alma akan terus di peras hingga dia tak lagi sanggup untuk hidup?

"Bu, ini semua kemauan Jonathan, bukan paksaan dari Alma," jelas Nathan.

Ibu Lily mendelik, "Jelas ini adalah paksaan dan ilegal, bahkan ibu tidak pernah setuju kamu mendonorkan hal yang penting dari tubuh kamu untuk keluarga mereka! Jika ibu melaporkan dia, maka tamatlah riwayat anakmu!" ancam ibu Lily lagi.

Ucapan ibu Lily kali ini benar-benar menusuk jantung Alma. Ucapannya benar, jika Alma masuk kedalam penjara, lalu bagaimana nasib Rose kedepannya?

"Aku akan mengusahakan dapat uangnya, ibu Lily benar, kamu juga anak yang berharga dan kamu berhak dapat kompensasi. Jika uangnya sudah ada, aku akan kembali ke sini lagi," tutur Alma.

Ibu Lily tersenyum licik, akhirnya ancaman dia mempan juga, benar apa yang dikatakan Jonathan sebelumnya, jika Rose adalah kelemahan Alma.

Alma pun pergi dari ruangan Nathan dengan wajah frustasi. Keinginan sang ibu saja belum terpenuhi, belum lagi tagihan rumah sakit dan sekarang permintaan ibu Lily. Kenapa rasanya dunia semakin kejam saja pada Alma yang miskin ini?

Wanita itu memejamkan matanya untuk beberapa detik, kemudian kembali mengusap wajahnya dengan kasar untuk menyadarkannya. Apa mungkin tawaran itu adalah jalan keluarnya?

Alma ingin memastikan jika tawarannya bukan main-main, wanita itu segera menghampiri Gevan yang sudah menunggunya dari tadi.

*Kafe Rumah Sakit*

Dari kejauhan Gevan melambaikan tangannya.

Alma menghampiri Gevan.

"Kamu masih menunggu?" tanya Alma.

Gevan tersenyum, "Aku sudah berjanji akan menunggu, dan kamu pasti akan datang," ucapnya.

Alma terdiam sambil membuang wajahnya ke arah lain.

Wanita itu lalu kembali menundukkan wajahnya, "Tentang penawaran hari itu apa masih berlaku?" tanya Alma ragu-ragu.

Gevan menatap Alma dengan tatapan dingin, akhirnya Alma masuk perangkap juga.

"Tentu, bukankah tadi kamu sudah mendengarnya aku berkata apa kepada .." ucapannya terhenti.

"Kepada ibu kamu?" sambung Alma.

Gevan terlalu antusias hingga tidak menyadari dengan ucapannya sendiri yang mungkin akan membahayakan rencananya.

"Iya, maksudku itu."

"Kalau begitu apa ada kontrak untuk aku tandatangani?" tanya Alma.

Gevan kembali tersenyum sumringah, "Apa kamu sudah tidak sabar?" goda Gevan.

Alma tak suka basa-basi, maka dari itu dia langsung to the point.

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, sebenarnya aku bukan pilihan yang cocok untuk kamu dan aku tidak ingin menyulitkan kamu untuk kedepannya, tetapi aku sangat butuh uang yang kamu janjikan waktu itu," ucap Alma.

"Aku mengerti, aku akan langsung berikan uang itu setelah kita mendapatkan buku nikah."

"Lalu syarat apa saja yang harus aku patuhi? Dan apa aku boleh menambahkan isi persyaratan itu?" tanya Alma.

Lagi, Gevan tersenyum tipis mendengar ucapan Alma yang ternyata tidak bodoh.

"Sure, karena aku juga punya beberapa persyaratan yang harus kita patuhi nanti," jawab Gevan.

Alma merasa lega karena Gevan tidak tersinggung, padahal tadi Alma merasa khawatir jika mungkin saja pemuda ini akan berubah pikiran.

"Kalau begitu aku akan siapkan beberapa tambahan untuk persyaratannya, aku akan kirimkan ke email kamu. Kamu kirimkan saja email-nya padaku," ucap Alma lagi.

Gevan mengangguk setuju, "Kalau begitu aku akan siapkan dokumennya, setelah selesai aku akan menghubungimu lagi."

Alma menganggukkan kepalanya dengan wajah datar. Kemudian wanita itu bangkit dari tempat duduk untuk pergi.

"Oh iya, Alma," panggil Gevan.

Alma menoleh, "Ada apa?" 

"Jangan buat persyaratan yang rumit," ujarnya dengan senyuman aneh.

Alma hanya menghela nafas sambil memutar kedua bola matanya. "Aku kira hal penting, dasar aneh!" gumam Alma. 

Alma pun langsung berbalik pergi menuju ruangan Rose lagi, sudah terlalu lama dia meninggalkan Rose bersama kedua orang tuanya. Sementara Gevan pergi dengan acuh sambil tersenyum puas. 

Setelah beberapa detik berjalan menyusuri lorong rumah sakit, tiba-tiba saja dua pengawal Nyonya Wisma datang menghampiri Gevan lalu berdiri di hadapannya. 

Gevan yang terkejut pun sontak menghentikan langkahnya.

"Sedang apa lagi kalian ada di sini?"

"Kami diperintahkan oleh Nyonya Wisma untuk menjemput Anda Tuan," ucap salah seorang pengawal. 

Wajah Gevan berubah menjadi dingin saat mengetahui jika sang ibu menyuruh pengawal untuk menjemputnya. Apa Gevan masih anak kecil yang harus dijemput oleh banyak pengawal? Perlakuan Ibu Wisma sungguh membuatnya jengkel. Bahkan kini dia tidak mempunyai privasi lagi.

"Kenapa repot-repot menjemput? Aku bahkan bukan orang cacat yang perlu kalian jemput atau antar, aku juga bukan anak kecil yang harus kalian awasi!" tegur Gevan.

"Kami hanya menjalankan perintah Tuan, mari kita pulang atau Nyonya akan menyulitkan kita semua."

Gevan menghembuskan napas kasar, "Apa sekarang wanita itu sudah berani mengatur hidupku? Dan kenapa aku harus menuruti perintahnya?" gumam Gevan dengan wajah kesal. 

"Ayo kita pulang, Tuan. Nyonya sudah menunggu kita." 

Karena tak ingin mendapat masalah yang lebih rumit lagi, akhirnya Gevan menuruti kedua pengawal yang disuruh oleh Nyonya Wisma dan bergegas pergi menuju mention milik keluarga Wisma group. 

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit akhirnya Gevan sampai di kediamannya yang mewah. Pemuda itu langsung bergegas keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah untuk menuju kamarnya dengan harapan tidak akan bertemu dengan Nyonya Wisma. 

Namun, ternyata Nyonya Wisma sudah menunggunya sejak dari tadi karena Nyonya Wisma sangat penasaran mengapa Gevan begitu gegabah ingin menikahi wanita yang tidak jelas asal-usulnya dan memiliki pekerjaan yang tidak pantas apalagi wanita itu sudah memiliki anak yang usianya sudah cukup besar. 

"Gevan!" sergah Nyonya Wisma. 

Gevan menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah suara, "Ada apa?" tanya Gevan dengan malas. 

"Kita perlu bicara," tegas Nyonya Wisma. 

"Bicara tentang apa? Jika ingin membahas pernikahanku dengan wanita itu dan kamu menentangnya, maka jangan bicara denganku!"

Nyonya Wisma langsung bangkit dan langsung mendekat ke arah Gevan dengan wajah kesal.

"Apa kini kamu berani membangkang dan melanggar aturan di rumah ini?"

Gevan hanya tertawa remeh dengan wajah datar. 

"Lalu apa yang ingin kamu tahu?"

"Jelaskan pada Ibu mengapa kamu memilih wanita itu? Apa kamu ingin memberontak! Jika iya, bukan begini caranya, Gevan!"

Gevan kembali tersenyum datar. "Sudah sangat lama aku ingin memberontak," gumam Gevan. 

"Gevan! Jelaskan apa maksud kamu?"

"Aku tidak sedang memberontak Aku bersungguh-sungguh ingin menikahinya!" cetus pemuda itu.

Nyonya Wisma tersenyum tak percaya, "Apa kamu sudah gila? Dengan wanita yang seperti itu?"

Gevan terkekeh mendengar ucapan Nyonya Wisma. "Memang Alma terlihat seperti wanita apa? Bukankah dia sama saja seperti kamu?" cetus Gevan lagi.

Lengan Ibu Wisma mengepal kuat dengan tatapan tajam menatap ke arah Gevan yang semakin hari semakin tidak sopan kepadanya. 

"Asal kamu tahu aku tidak akan membiarkan kamu menikahi wanita itu, Jika kamu memaksa ingin menikahinya maka langkahi dulu mayatku!"

Wajah Gevan kembali tegang, ternyata Ibu Wisma memang tidak akan pernah berhenti sampai di sini, apa mungkin dia akan terus mengatur Gevan dan yang lainnya sesuka hati dan bahkan soal jodoh pun apa harus dia yang memilihkannya untuk Gevan?  

Tak ingin rencananya gagal karena ulah wanita ini, terpaksa Gevan harus mengatakan rencananya pada sang ibu. 

"Aku hanya akan menikah kontrak dengannya!"

Raut wajah Ibu Wisma berubah, dia sama sekali tak mengerti dengan ucapan putranya itu.

"Maksud kamu apa?"

"Jangan ganggu pernikahanku dengan wanita itu, aku akan meninggalkan wanita itu setelah tujuanku tercapai!" ucap Gevan.

"Tujuan katamu? Apa kamu ingin balas dendam kepada wanita itu? apa yang wanita itu lakukan sehingga membuat kesalahan yang tidak termaafkan dan kamu ingin membalas dendam padanya?"

"Sudah aku bilang jangan ikut campur!" 

Gevan tak meneruskan pembicaraannya lagi karena jika dia terus berbicara maka Ibu Wisma akan kembali mengendalikannya lagi dan kemungkinan besar Gevan akan kembali kalah darinya. 

"Aku harus tahu apa rencanamu, Gevan! Aku hanya tidak ingin kamu melakukan kesalahan!" 

"Hanya ingin tahu atau ingin mengendalikan ku saja?" ketus Gevan.

Tidak pernah ada yang mengalah saat kedua orang ini sedang berdebat. Ibu dan anak ini sama-sama keras kepala dan tak ada yang ingin meredam egonya. Gevan memang tidak pernah suka dengan Ibu Wisma, sikapnya yang selalu memerintah membuat pemuda itu merasa muak dan jijik karena sikapnya yang terlalu berlebihan di rumahnya sendiri. Apalagi setelah kepergian sang ayah, sikap ibu Wisma semakin keterlaluan. Urusan pribadinya hingga kedua kakaknya akan ditangani dan di atur oleh dia, semua kebutuhan dan kekuasaan dia juga yang mengendalikan.

"Apa kamu akan terus bersikap seperti Nyonya di rumah ini?" gumam Gevan sambil mengepalkan tangannya.

Nyonya Wisma hanyalah seorang ibu tiri yang sudah menikah dengan mendiang ayah Gevan. Semenjak nyonya Wisma hadir kedalam keluarganya, keluarga ini malah berantakan dan Gevan tak pernah menyukai ibu tirinya itu. 

"Gevan?"

Gevan menatap wajah sang ibu dengan tatapan tajam, "Ini urusanku hanya satu tahun, setelah itu aku akan meninggalkan dia! oleh karena itu kamu tidak boleh ikut campur atau aku akan menghancurkan Mu!" ancam Gevan.

Kali ini pemuda itu tidak main-main dengan ancamannya.

"Baik, aku akan membiarkan kamu menikahi wanita itu, tapi dengan syarat!" 

"Syarat? Syarat apa?"

1
Xvoid_99
lanjutt🔥
Wolfmoon: Terima kasih untuk supportnya Kak, selalu dukung aku yaa.. jangan lupa beri saran jika ada yang kurang 🤗❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!