Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bonbon lapar
"Hahhh ... katakan, ada apa denganmu hari ini," ucap Belian penuh kesabaran, menatap rumput yang terbaring lemas diatas lantai.
"Ndak pa-apa Bonbon na, Belian. Cehat caja na," jawab si rumput, sebelum menggulung tiga daun menjadi satu.
"Lalu ... mengapa kamu seperti ini?"
Belian bangkit mengambil Bonbon yang saat ini berada dalam wujud rumput, kemudian meletakkan tanaman biru itu diatas sofa.
Namun lagi dan lagi, si kecil yang terlihat sangat marah, langsung berdiri, menggerakkan dua daun disisi kiri dan kanan ... sebelum turun dengan bergelantungan di kaki Belian.
"Janan gagu Bonbon na Belian. Kalau mau main! Tuh, ajak dep cama lenol caja. Bonbon Ndak mau main cama capapun celakang. Titik, Ndak pakai koma!" seru sang rumput kembali merebahkan diri diatas lantai, seperti siap untuk diinjak didetik berikutnya.
Belian hanya bisa memijit kening yang sakit, kemudian menatap rekan-rekannya yang duduk di sofa lain, bertanya melalui tatapan .
Tapi empat orang didepan hanya menggeleng tanda tidak tahu, serta tidak mengerti mengapa sikecil bersikap seperti itu.
Ini pagi biasa di Sahara Calamitas, tapi pagi ini ... Belian dibuat kalang kabut ketika melihat Bonbon tidak berada dalam potnya saat pria itu bangun.
Bukan tanpa alasan Belian resah, sebab semalam sikecil tertidur dalam wujud rumput, yang otomatis sebelum disiram air pagi ini .. dia tidak akan kembali seperti semula.
Dikamar tidak ditemukan, terpaksa Belian menghubungi yang lain! Dan, ya ... setelah lima belas menit Dave berkutat didepan komputer, barulah mereka tau kalau Bonbon tiduran diatas lantai ruangan berkumpul, masih dalam wujud rumput biru.
Semenjak mereka menemukan Bonbon, saat itulah mereka tau kalau ada sesuatu yang terjadi pada si kecil, tapi ... Bonbon tampak enggan untuk menjawab apapun, hanya berbaring malas tanpa mau bergerak.
Dan lebih anehnya lagi, setelah disiram dengan air yang dicampur cairan nutrisi ... Bonbon tidak kembali ke wujud manusia nya? Kenapa!?
"Apa Bonbon marah pada jendral sekarang?" tanya Dave, yang mendapat lambaian dari salah satu daun Bonbon.
"Jadi, jawabannya, ya! Atau tidak?" bingung, Dave tidak tau arti lambaian tadi.
"Ndak. Bonbon na Ndak malah cama Belian." Bonbon menjawab seadanya, sebelum menggulung daun lagi. Kalau sudah begini, dia tidak ingin berbicara atau menjawab pertanyaan dari siapapun.
Mengusap wajah kasar Belian kembali menghela nafas, takut kalau rumput itu benar-benar marah padanya.
Tapi, setelah diingat-ingat, Selin berjanji mengajak Bonbon bertemu dengan sang Mama ... Belian tidak melewatkan janji apapun. Dan bahkan semalam, dia bermain kejar-kejaran dengan si kecil sampai bayi itu tidak sanggup mempertahankan wujud manusianya.
"Katakan lah sesuatu. Apa Bonbon ingin bertemu Mama sekarang?" Kembali bertanya, Belian ingin mengambil si rumput dari lantai lagi tapi berusaha ditahan. Jangan membuat Bonbon semakin marah, itulah pikiran Belian saat ini.
"Bonbon mau temu Mama na Belian, tapi ...."
Akhirnya daun itu menjawab, membuat punggung Belian sedikit tegak.
"Tapi, Bonbon Ndak mau. Bonbon duduk cini ja. Ndak mau mana pun ...."
Mengerjap bingung, mata Belian kembali menatap Dave, Prizil, Viola, kemudian Leonore ... yang sekali lagi serempak menggelengkan kepala tidak mengerti.
"Jadi, Bonbon tidak ingin bertemu Mama?" tanya terus Belian, yang hanya dijawab lambaian oleh ujung sulur daun terkulai.
Mengusap wajah untuk yang kesekian kali! Ayolah, Belian tidak mengerti mengapa mood bayi rumput ini anjlok sekarang.
"Apakah teman-teman Bonbon menjahili Bonbon hari ini?" Pertanyaan tidak bermutu dari Belian, yang jelas-jelas tau kalau si kecil belum bertemu Yohanes sedari pagi.
Dan ... hanya lambaian daun yang menjawab pertanyaan itu, sehingga sang komandan yang baru diangkat jadi jendral ini ... Ingin menghempaskan kepalanya sendiri, kelantai sekarang juga.
"Lalu, apa yang Bonbon mau sekarang?" Berusaha tetap sabar dengan nada selembut mungkin! Sang jendral membujuk daun kecil.
"Menalka? Belian mau kaci Bonbon na mamam?"
Tiba-tiba, daun yang terkulai lemas bangkit dengan semangat, membuat ruangan hening seketika.
"Belian! Bonbon na lapal. Mau mamam," ucap Bonbon lagi, langsung berjalan kearah kaki Belian.
"Jadi ... kamu hanya lapar?" tanya pria itu, dan daun utama Bonbon langsung mengangguk antusias.
"Umm ... Bonbon mau mamam!" seru sang rumput, sebelum dia mendengar helaan nafas panjang semua orang.
"Hahhhh ... aku sudah berpikir, kalau daun kecil ini sakit." Viola langsung terbaring diatas sofa, meregangkan semua otot yang sedari tadi tegang.
"Siapa sangka dia hanya lapar," sahut Leonore sebelum bangkit dan menghampiri Bonbon.
"Ayo! keruang makan denganku," lanjutnya dan sesaat kemudian, Leonore melihat kalau rumput kecil itu kembali menggulung daun, tergeletak tidak berdaya dilantai persis seperti sebelumnya.
"A-ada apa lagi? Hey, kalau Bonbon lapar, ayo! Kita sama-sama pergi keruang makan," panik, Leonore tidak tau dimana letak salahnya sekarang.
"Ndak, lenol caja yang pigi mamam. Bonbon cini caja, tidul," jawab si kecil kembali melambaikan ujung daun.
Sudah, dia tidak akan berbicara dengan siapapun dan ... mohon jangan ajak dia bicara.
Leonore ditatap datar oleh Belian, membuat bulu kuduk sang wakil berdiri, dan cepat-cepat Leonore kembali duduk ditempat duduknya semula.
"JENDRAL! Sungguh, aku tidak berbuat salah, aku tidak tau kenapa Bonbon kembali seperti ini lagi," ucap Leonore mencoba membela diri.
Belian hanya mengangkat alis, kemudian berdiri ... membuat sang wakil makin gugup.
"Siapkan kapal perang antar planet. kita pergi ke planet Alamanda." Membuat perintah, Leonore dan Viola bingung, semantara Dave dan Prizil mengagguk paham.
"Mengapa kita pergi, jendral? A-apakah kita akan membiarkan Bonbon kecil seperti ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya!"
Viola tidak terima dengan keputusan yang dibuat sang jendral. Hey, meninggalkan Bonbon dalam kondisi seperti ini, bukankah sama saja seperti mereka tidak peduli pada si kecil?
"Viola, jangan membantah. Siapkan pasukanmu." Prizil menutup buku, sebelum menatap wanita yang berdiri tegak.
"Tapi Mayor ...."
"Kita akan membawa Bonbon," lanjut Prizil membuat Viola terdiam sekaligus bingung.
"Kenapa?" tanya nya kemudian menatap sang jendral lagi.
'Sreeettt ....'
"Kita harus memberi makan bayi rumput yang lapar," jawab Belian sambil mengenakkan jubah kebesaran.
Pria itu juga mengenakkan topi militer berpinggir emas, lalu mengulurkan tangan memungut bayi rumput dilantai.
"Kita pergi makan sekarang, makan apapun yang Bonbon suka di sana," lanjut sang jendral ... seketika membuat daun Bonbon berdiri tegak, tampak bersemangat.
"YEY! PIGI MAMAM KITAAA!!!"
Bonbon yang dimasukkan kedalam saku bagian dalam jubah, berlonjak senang sebelum diperingati oleh sang jenderal. Sementara Viola dan Leonore yang lambat mengerti, menatap Dave dan Prizil secara bersamaan.
"Hahh ... kalian lupa, siapa yang memakan mutan dan monster planet ini? Kita hanya memberi makan Bonbon dalam bentuk manusia, dengan makanan manusia juga, sedangkan wujud rumputnya ... bayi itu masih lapar."
Seperti mendapat pencerahan, mata Viola berbinar begitupun sang wakil jendral, Leonore.
"Si4l! Apakah sekarang kita bisa melihat secara langsung, bagiamana Bonbon memangsa semua monster itu?"
Tidak sabar, Leonore langsung bangkit, cepat-cepat menyusul Belian yang sudah keluar.
"Ini pasti menakjubkan! melihat monster dan mutan berlari takut seperti gorgon reptile, aaa ... Bonbon kecil! TUNGGU KAKAK CANTIK INI," teriak Viola, hampir tersandung pinggiran meja saking antusiasnya.
Prizil dan Dave yang melihat kelakuan dua orang yang tidak sesuai umur itu, hanya menggeleng pelan sebelum menyusul.
"Sepertinya kamu juga bersemangat," ujar Prizil, membuat Dave terkekeh.
"Ini pengetahuan baru. Data Bonbon masih terlalu sedikit. Bukankah anda juga penasaran tentang bayi itu, mayor!" seru Dave sambil menekan kaca mata.
Prizil tidak menyangkal, tapi langkah kaki cepatnya sudah cukup menjadi jawaban, kalau dia juga penasaran dengan Bonbon.
Hey! Dalam sejarah, belum ada mutan yang memahami hingga bisa bicara dengan bahasa antarbintang. Jangan kan berbicara, berubah wujud menjadi manusia ... juga belum pernah terjadi.
Lalu ... memakan ratusan ribu, atau mungkin jutaan Monster dan Mutan dalam sebuah planet! Siapa yang tidak tertarik dengan hal ini!?
antara rasa tertarik sekaligus takut. Namun, jika mengingat wujud menghemaskan Bonbon ... ketakutan akan menghilang dengan sendirinya, digantikan rasa penasaran yang membuncah.
Apakah rumput juga memiliki pipi yang menggembung saat makan? Inilah yang membuat mereka sangat-sangat penasaran.
***
Siapa yang tidak tau planet Alamanda! Planet bersuhu ekstrim lainnya di Calamitas.
Jika Sahara dominan dengan gurun yang membentang luas, maka Alamanda adalah planet es terbesar di galaksi.
Urutan ke 11 dari 15 planet yang mengorbit Calamitas! Alamanda terkenal dengan cuaca dingin yang menusuk tulang, dan memiliki waktu malam cukup panjang.
Jadi, begitu Belian dan pasukannya mendarat di planet ini, hanya ada kegelapan samar disekitar, dengan titik-titik cahaya kecil yang berasal dari dalam es.
Sebagai info tambahan! Alamanda sama seperti Sahara, keduanya sama-sama planet yang tidak dihuni manusia.
"Brrrr ... dingiiiinnn. Haaa ... aachoooo ...."
Leonore yang dibalut jubah bulu tebal, menggigil hingga bersin ... begitu kakinya melangkah keluar dari pintu palka.
Di belakang Leonore! Beberapa orang juga keluar, dengan senapan suar dan listrik ditangan masing-masing. Sikap mereka waspada menatap sekitar, siaga tinggi, bersiap kalau-kalau ada monster ataupun mutan yang mendekat.
"Aneh, dimana makhluk-makhluk itu?" tanya salah seorang prajurit, mengurutkan alis melihat ketenangan sekitar.
"Jangan kendurkan waspada kalian! Mereka pasti sedang mengintai kita di suatu tempat." Prajurit yang berpangkat lebih tinggi menjawab, membuat genggaman tangan semua orang kembali mengerat pada gagang sen4pan.
Leonore hanya memutar mata malas. Dia ingin marah disini dengan keputusan sang jenderal, namun ... di sisi lain, dia juga harus patuh.
"Tapi ini benar-benar aneh. Terakhir kali kita kesini, banyak monster kumbang yang menyerang kita datang dari berbagai sudut planet. Sekarang! Lihatlah ... tidak ada tanda-tanda apapun dalam radar ini."
Tiga puluh prajurit sama-sama membuka E-terminal mereka, dan ya ... di radar pemindai yang bisa menjangkau jarak 100 km, tidak ada satupun titik merah keberadaan Monster dan mutan yang muncul.
"Huhh ... lupakan radar itu. Selagi tidak ada monster, lebih baik kita panen batu meteorit kristal yang tertimbun dibalik lapisan es." Mendengus, inilah pekerjaan yang diberikan oleh jendral untuk dirinya. Memanen batu meteorit putih.
"CK, aku juga ingin melihat bagaimana bonbon makan!" gumam pelan Leonore sambil menyandarkan pemecah es dipundaknya.
Disisi lain ....
'Ting!'
'ting'
'Ting'
"Aku juga ingin melihat Bonbon kecil makan, huhuhu ...."
Memukul es tebal dengan alat seperti palu panjang yang dialiri kekuatan! Semua prajurit yang melihat Viola, menatap ngeri ... melihat balok-balok es besar yang berhasil dipecah dan diangkat sendiri olehnya.
"Kolonel memang kuat," komentar prajurit wanita, diangguki oleh orang disamping.
Mereka harus bekerja sama memukul permukaan es yang tebal untuk meninggalkan bekas retakan kecil. Sementara Viola, hanya sekali pukul langsung membuat retakan panjang hingga menembus ke bagian dalam lapisan es. Inilah kekuatan dari kolonel mereka, yang terkenal dengan kekuatan penguat tubuhnya.
Pergi kesisi lain planet lagi.
Dimana ... para monster dan mutan menangis histeris, ditengah-tengah kejaran asap hitam.
Ya, kalian tidak salah baca.
Para makhluk berbahaya itu sedang menangis saat ini, meraung, bahkan sampai meronta! Meminta ampun pada si pemangsa, agar tidak dimakan.
"Nam nam! Enak, laca na ...."
To be Continue
Besok bab Bonbon mukbang 🙈
Jangan lupa tinggalkan ulasan dan komentar. Bantu author tekan like, subscribe, dan bintang ya 🫶
Babay 👋