NovelToon NovelToon
Cinta Naira

Cinta Naira

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nelis Rawati Siregar

Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Bima ragu hendak melangkahkan kakinya menuju kamar Naira yang sedikit terbuka. Namun akhirnya Bima memutuskan untuk tidak menyambangi kamar Naira. Membuka pintu kamarnya untuk membersihkan diri agar segera beristirahat. Jujur hari ini Bima merasa sangat lelah.

Sementara itu didalam kamar lain, Naira sedang merebahkan tubuhnya yang cukup lelah. Berbaring dengan posisi telentang menatap langit-langit kamar seraya merenungkan sikap Bima hari ini.

 Dimulai dari pagi hingga malam tiba mereka tidak bertegur sapa. Dalam hati Naira bertanya-tanya apakah mungkin Bima menghindarinya atau memang alasan pekerjaannya. Jika memang Bima menghindarinya haruskah Naira melakukan hal sama.

 Ah!!! tidak-tidak Naira tidak bisa menyimpulkan hal ini karena baru terjadi sekali namun jika ini berlanjut beberapa hari kedepan itu bisa dipastikan bahwa Bima memang menghindarinya. Akhirnya Naira terlelap dengan semua pikiran dan lelahnya hingga pagi menyapa.

 Masih seperti kemarin Naira keluar dari kamarnya mendapati dapur kosong dan pintu kamar Bima masih tertutup rapat. Dengan cepat membuat susu dan roti tawar diolesi selai strawberry. Naira menikmati sarapannya dalam diam dan kesendirian.Pikirannya berkelana semakin meyakinkan dirinya bahwa Bima memang menghindarinya. Alarm penanda pukul tujuh tepat telah berbunyi. Naira segera menghabiskan sarapannya dan berangkat agar tidak terlambat.

Sementara Bima yang melihat kepergian Naira dari jendela kamarnya hanya menghela napasnya. Entah mengapa ada rasa sakit yang mendera hatinya setiap melihat ketegaran Naira. Namun Bima pun tak bisa mengabaikan Ririn begitu saja. Bima bergegas turun untuk sarapan sebelum berangkat kerja.

Sesampainya di kantor Bima pun mulai disibukkan dengan urusan pekerjaan. Membaca berkas satu persatu dan tanpa sengaja berkas salah satu perusahaan untuk pesanan cetak karton dimana tercantum nama pemohonnya Naira Aisyah.

"Apa ini Naira"?, dan tercantum disana ada pertemuannya dengan bagian pemasaran untuk cetak karton desain baru hari ini selesai makan siang. Bima segera menghubungi Doni untuk memastikan apa ini benar Naira istrinya. "Ya saya keruangan Bapak"

"Apa yang ingin kamu dengarkan?"

"Semuanya"

"Perusahaan Naira adalah salah satu customer kita untuk percetakan karton. Namun dia kemari jika ada desain baru dari perusahaannya. Biasanya dia akan berkomunikasi langsung dengan Raditya bagian pemasaran. Kalau tidak salah saya pernah dengar sepintas Meraka adalah teman sewaktu kuliah namun kepastiannya tidak pernah saya tanyakan kepada Raditya".

" Baiklah cukup, apa jadwal ku setelah makan siang?"

Doni melihat Tab untuk memastikan, "menghadiri seminar tentang limbah industri di gedung kementerian lingkungan hidup pukul setengah tiga. Jadi kita berangkat dari sini sekitar pukul satu empat puluh lima menit".

"Oke, saya juga ingin melihat nanti pertemuan mereka sebelum berangkat kita kesana".

" Baik pak".

Sementara itu di perusahaan tempat Naira bekerja, sebelum istirahat Naira sudah diberitahu akan mengantarkan desain baru ke perusahaan percetakan sekaligus akan ke perusahaan plastik untuk pemesanan barang stok, jadi bisa dipastikan Naira tidak akan balik lagi ke perusahaan lagi maka dari itu Naira segera menyelesaikan pekerjaannya dan untuk stok sore Naira akan menyerahkan kepada Dita untuk menghitungnya. Setelah jam istirahat usai Naira pun berangkat ke percetakan diantar oleh supir perusahaan, mengingat pertemuan mereka akan dimulai pukul satu tiga puluh. Sesampainya disana Naira mematut penampilannya dulu dalam mobil, "Pak bentar ya Naira merapikan riasan dan penampilan dulu sebelum turun dan masuk".

"Ya Bu, saya tunggu disini aja ya Bu"

"Oke pak"

Merasa sudah cukup rapi Naira turun dan menuju meja resepsionis.

"Maaf Mbak saya dari perusahaan Universal ada temu janji dengan bagian pemasaran"

" Dengan Ibu Naira ya?"

"Ya saya Naira".

" Sebentar ya Bu dikonfirmasi dulu ke bagian pemasaran dimana pertemuannya"

"Baiklah"

Naira menunggu di tempat duduk yang sudah disediakan tak berapa lama seorang resepsionis menghampiri, "Bu Naira pertemuannya ada dilantai 3. Ibu naik lift ruangannya nanti ada sebelah kanan lift Bu dengan Pak Raditya sudah disana menunggu".

"Baiklah terimakasih atas informasinya, saya permisi".

Naira berjalan menuju lift dan masuk ke dalam kotak besi tersebut. Ting!!! Suara lift berdenting, Naira keluar berjalan kearah kanan sesuai petunjuk resepsionis. Dan benar saja Naira telah melihat Raditya di depan pintu untuk menyambutnya.

"Selamat siang Pak Raditya", Naira mengangkat kedua tangannya didepan dada sebagai pengganti salam.

"Selamat siang Bu Naira", Raditya melakukan hal yang sama dengan Naira karena dia sudah tahu itu dari dulu. Karena Naira pasti tak akan mau bersalaman dengan bukan mahramnya.

"Silahkan duduk Bu".

"Terimakasih Pak"

"Bisa kita mulai Bu"

"Baik pak mari kita mulai"

Raditya kemudian menyalakan proyektor untuk memperlihatkan desain baru untuk produk baru dan perbaikan untuk desain lama. Naira memperbaiki letak kacamatanya dan memperhatikan dengan seksama.Desain yang diperlihatkan oleh Raditya mengundang decak kagum Naira.

Mereka sangat serius berdiskusi tanpa menyadari Bima memperhatikan dari sudut luar. Bima melihat kearah Naira yang serius dengan kacamata yang bertengger. Dan tampaknya pertemuan mereka akan selesai terlihat dari proyektor yang sudah dimatikan dan berdiri bersiap meninggalkan ruangan.

Bima yang hendak masuk dan membuka pintu tanpa sengaja mendengar percakapan keduanya.

"Nai, nanti sore ngopi yuk udah lama juga gak nongkrong bareng!!"

"Kayaknya gak bisa nanti sore Dit, lain waktu aja ya soalnya jadwal aku padat banget hari ini. Setelah dari sini aku ke stok holder plastik untuk pemesanan", tolak Naira secara halus.

"Baiklah, tapi ada yang ingin aku tanyakan yang lebih pribadi apa kamu bersedia menjawab pertanyaan ku Nai?"

Naira mengangguk sebagai jawaban

"Nai, apa betul kamu sudah menikah?"

Naira terkejut dengan pertanyaan itu dan tanpa sengaja menjatuhkan pena dalam genggamannya.

" Namun aku nggak percaya Nai, soalnya jari kamu nggak ada cincin pernikahan", Naira melihat kearah jarinya seiring Raditya melihat jarinya. Naira tersenyum.

" Nai, jangan tersenyum kepada ku nanti aku gak bisa tidur". Naira semakin tertawa mendengar gombalan dari Raditya.

"Dit, gombalan kamu bisa orang salah paham". Naira masih tertawa. Namun tawanya tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara berdehem. Naira dan Raditya sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya Naira melihat Bima ada disana.

Belum sempat bertanya tiba-tiba Doni berkata, "Pak kita bisa terlambat jika gak pergi sekarang". Bima menatap tajam ke arah Naira sebelum melangkahkan kakinya meninggal ruangan tersebut. Naira yang masih terkejut dengan kehadiran Bima disana pun bertanya kepada Raditya.

"Dit yang tadi itu siapa?"

"Pemilik percetakan ini Nai"

"Benarkah?", Naira terkejut mendengarnya.

Demi mengurangi rasa terkejutnya, Naira duduk kembali dan meminum air putih. Naira baru tahu jika selama ini yang jadi tempat percetakan mereka adalah milik Bima. Belum lagi dengan tatapan Bima tadi kepadanya seolah ingin menelannya hidup-hidup.

Semua pikiran teralihkan dengan suara Raditya.

"Kalau begitu sampai jumpa dilain waktu untuk ngopi ya Nai, kamu hutang waktu ya sama aku".

"Baiklah, nanti aku kabari dan untuk persetujuan desain nanti aku kirim ke email kamu ya. Kalau begitu saya permisi".

Naira berjalan keluar ruangan untuk melanjutkan agenda selanjutnya.

1
Isra
ini lagi proses
aLink sword
kok udah gak ada lanjutan nya
filzah
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Isra: saya juga
total 1 replies
Vivi imut i love you
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Isra: terimakasih atas atensinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!