Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat Pada Indira
*****
Alya selalu dikelilingi oleh orang-orang baik dan peduli padanya. Itu lah yang membuatnya kerasan di kantor nya sekarang.
Indira adalah teman yang paling dekat dengannya. Mereka dekat sejak kuliah lalu berlanjut kerja di kantor yang sama.
Banyak hal yang telah diketahui Indira tentang Alya begitupun sebaliknya.
" Gimana kemarin acara nikahnya ya?" Tanya Indira saat mereka sudah membawa nampan masing - masing yang berisi makan siang mereka.
Alya memilih bakso sedang Indira memilih nasi padang.
" Ke pojokan situ yuk." Ajak Alya.
" Ada apa?" Tanya Indira bingung.
Indira sudah paham jika Alya mengajak ke pojok, maka ada sesuatu yang ingin diceritakan oleh gadis itu.
" Lo pulang ke Jogja gak di jodohin sama bude lo kan?" Tanya Indira dengan mata memicing.
" Bukan cuma di jodohin. Di paksa nikah iya." Ucap Alya.
Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan dia butuh pendapat Indira.
" Buat cerita yang benar." Ucap Indira menatapnya sewot karena Alya berbicara setengah - setengah.
" Putri kabur di hari pernikahan. Gue yang di suruh gantiin jadi mempelainya. Gue udah nikah sekarang." Alya menunjukkan cincin di jari manis nya yang membuat Indira yang sedang meminum es teh manisnya langsung tersedak.
" What the hell? Dan lo mau? Stress lo, sumpah. Kalau ternyata lo nikahin mokondo gimana?" Indira jadi sewot, namun Alya hanya mengulum senyum.
" Oke. I know, you don't have any choice. Cowoknya bener kan? Nikah sama siapa lo?" Tanya Indira, dia tahu bagaimana hubungan Alya dengan keluarga budenya.
" Devan Danayaksa." Jawab Alya.
" What? Keluarga Danayaksa? Sial. Kayaknya hoki seumur hidup lo udah kepake." Ucap Indira yang terkejut untuk kesekian kalinya.
" Hadeh... Indi. Ini Bukan drama. Bentar lagi juga gue bakal dicerai." Ucap Alya mulai menikmati baksonya.
Sungguh Alya tidak memiliki sedikitpun harapan dengan pernikahannya.
" Ih Jangan nyerah sebelum mulai dong. Buat Devan jatuh cinta sama lo kek. Mungkin emang lo jodoh sama dia. Tinggal effortnya saja." Ucap Indira menyemangati.
" Gak usah buang tenaga lah. Gue yakin nanti Putri balik, juga dia bakal balik lagi ke Putri. Tiga tahun hubungan mereka. Ngapain gua harus effort padahal gua udah tahu akhirnya. Capek, hati gue sendiri yang babak belur nanti." Ucap Alya memutar bola matanya malas.
" Lo jangan marah gitu dong. Dia orangnya gimana sejauh yang lo lihat?" Tanya Indira.
" Ya baik. Cukup tanggung jawab. Lumayan maksa. Tadi dia maksa anterin gua padahal kantor dia sendiri di Sudirman." Jawab Alya.
" Nice! Udah itu modal utama. Dia tanggung jawab. Dia bakal tanggung jawab kalau lo jatuh cinta sama dia." Indira kembali menyemangati, dengan tawa kecil di bibirnya.
" Yee... Kalau jatuh cinta ya tanggung sendiri lah. Gua mau nanya ini pendapat lo. Gua kan udah bilang ke dia kalau gua mau nikah sama dia cuma buat nolongin Pakde. Gua juga bilang kalau dia bisa nyerein gue kapan pun. Tapi jawaban dia ambigu. Masa bilang nggak mau cerein gua. Gua kira pernikahan ini bakal cepat selesai tapi dia malah jawab gitu. Menurut lo kenapa." Tanya Alya balik.
Alya kini terlihat frustasi, namun Indira mengulum senyum nya.
" Itu sih arti nya dia pengen coba jalanin sama lo. Atau dia udah tertarik sama lo sejak ijab kabul. Ya udah sama kayak dia yang pengen jalanin ini. Lo jalanin aja sebaik - baiknya,. Siapa tahu emang kalian benar - benar jodoh." Jawab Indira.
"Terus kalau Putri nanti balik?"
"Ya lo jangan biarin suami lo direbut Putri lah."
"Lah kalau suami gue sendiri yang bakal lari ke pelukan sang mantan, gua bisa apa?"
"Lah ini kebiasaan. Selalu mikir negatif mulu. Afirmasi positif itu penting, Alya."
"Gua bukan nya pikir negatif. Cuma nyiapin diri buat kemungkinan terburuk." Kata Alya yang tidak ingin diri nya kecewa.
Alya menyangkalnya, membuat Indira mendecak. Hingga dentingan ada pesan di ponsel Alya menghentikan argumen kedua nya.
( nanti pulang jam berapa?)
Pesan dari pria yang menjadi topik utama obrolannya saat makan siang. Belum juga membalas, pesan lain nya masuk.
( nanti aku jemput. Lembur?)
" Tuh kan! Dia perhatian gitu, rela antar jemput Lo! Udah terima dulu, cukup anggap aja hubungan timbal balik. Kalau dia baik ya lo juga harus baikin dia. Kalau dia perhatian lo juga harus perhatiin dia. Nggak ada susahnya. Ke depannya gimana pikirin nanti." Ucap Indira.
Indira yang juga membaca pesan pup up di ponsel Alya hanya mengulum senyum.
Keduanya memang memiliki sifat yang berbeda, jika Indira cenderung berpikir jangka pendek, maka Alya kebalikannya.
" Sumpah deh, Al. Kalau kalian udah jatuh cinta. Udah so pasti dia husband material banget. Lo beruntung deh!" Kata Indira.
" Dih, kejauhan lo mikir nya. Ini pernikahan nggak ada tujuan dan masa depan nya!" Sahut Alya.
Indira yang mendengar jawaban itu mendecak kesal, sedang Alya memilih membalas pesan Devan.
( Jam lima, mas. Tapi biasa nya kan macet. Aku naik transum saja ya?)
( Aku jemput. Tungguin ya. Paling setengah enam sampai. Kamu salat ashar dulu aja.)
Dan Alya juga menyadari, Devan tidak suka di bantah.
( Oke deh. )
Alya akhirnya memilih mengiyakan, dari pada panjang urusan.
*
*
*
Devan baru saja keluar dari kantor. Di melihat ponsel nya berdering. Panggilan dari mama nya, membuat nya langsung mengangkatnya.
" Halo, assalamualaikum, ma..." Sapa Devan dengan lembut.
" Walaikumsalam. Devan kamu masih di kantor ya?" Balas sang mama.
" Iya, ma. Tapi ini sudah mau pulang kok."
" Ada apa memang nya, ma?" Tanya Devan.
" Devan. Datang lah untuk makan malam di rumah. Tapi jangan bawa Alya. Mama tidak sudi. Ada yang mau mama bicarakan dengan mu. Keluarga Pak Abimanyu juga datang dengan putri nya yang baru pulang dari London. Kamu dulu sempat dekat dengan Ayudia kan?" Jawab Jenny dengan penuh semangat.
Devan menghela nafas nya panjang mendengar ucapan sang mama barusan.
" Maksud Mama apa? Alya itu istri Devan. Jika mama tidak mengizinkan Alya datang maka Devan juga tidak akan datang. Dan maksud Mama apa mengundang Pak Abimanyu datang ke rumah untuk makan malam dan membahas bahas soal Ayudia? Aku kan sudah menikah. Jangan aneh - aneh, ma." Ucap Devan terdengar tidak suka.
" Kamu jangan konyol. Pernikahan kamu itu tidak mama restui. Kamu menikah dengan gadis yang tidak jelas. Belum tentu dia gadis baik - baik. Kamu sudah tahu bagaimana dunia sebagai seorang sekretaris. Mama tidak sudi memiliki menantu yang tidak jelas bibit dan bebet nya. Jangan - jangan dia sudah menjadi istri simpanan bos nya. Bahkan mungkin sudah sering main dengan klien - klien nya. Mama jijik membayangkan nya, Devan." Ungkap Jenny dengan pikiran negatif nya terhadap Alya.
belum nemu kemistrinya Thor🙏