NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Pembaca Pikiran / Fantasi Isekai / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Menjadi bayi
Popularitas:45.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Lin Hua, Shen Jian, dan Zhu Feng memacu kuda mereka menuju Paviliun Teratai, markas rahasia mereka yang tersembunyi di jantung ibu kota. Keadaan mereka yang compang-camping membuat mereka enggan langsung pulang, setidaknya mereka bisa berganti pakaian di sana.

Saat mereka memasuki paviliun, suasana sudah riuh meski senja belum sepenuhnya meredup. Pelanggan berdatangan membanjiri setiap sudut ruangan, dan Lin Hua dapat melihat beberapa putra bangsawan yang mencari hiburan, terpesona oleh tarian para wanita di paviliun itu. Aroma wewangian bercampur minuman keras memenuhi udara, menciptakan suasana yang memabukkan.

Seorang pekerja Paviliun Teratai, yang juga merupakan anggota jaringan rahasia Lin Hua, mendekatinya. Wanita itu membisikkan sesuatu ke telinga Lin Hua. "Aku akan datang," jawab Lin Hua singkat, lalu bergegas menuju ruangannya.

Topeng yang menutupi wajahnya tetap terpasang erat. Di tengah keramaian paviliun, risiko identitasnya terbongkar sangatlah tinggi.

"Kalian pergilah," perintah Lin Hua kepada Shen Jian dan Zhu Feng, yang mengangguk patuh dan menghilang di antara kerumunan.

Lin Hua memasuki ruangannya. Di sana, seorang pria sudah menunggunya, seolah tahu pasti bahwa Lin Hua akan datang ke Paviliun Teratai hari ini. Ruangan itu dihiasi dengan kaligrafi indah dan lukisan pemandangan yang menenangkan, kontras dengan hiruk pikuk di luar.

Lin Hua duduk di kursinya, berhadapan dengan pria itu. Ia tersentak kaget ketika menyadari bahwa tamunya adalah Xiao Jin Yi. Matanya memicing, mencoba membaca ekspresi di wajah pria yang duduk di hadapannya.

"Salam, Tuan Xiao," sapa Lin Hua, nada suaranya sedingin es meski tersembunyi di balik topeng. Tatapannya menyelidik, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik senyum tipis pria di hadapannya. "Kehormatan yang tak terduga. Ada keperluan apa Paman dari Putra Mahkota jauh-jauh datang ke tempat terpencil seperti ini?"

Xiao Jin Yi, sosok yang selalu diselimuti aura misterius dan desas-desus gelap, tersenyum lebih lebar. Senyum yang tidak mencapai matanya, senyum yang membuat bulu kuduk Lin Hua meremang. "Nona Muda Wei terlalu rendah hati. Paviliun Teratai ini permata tersembunyi di ibu kota. Aku hanya ingin menikmati sedikit hiburan."

Lin Hua mendengus sinis. "Jangan bertele-tele, Tuan Xiao. Saya tahu Anda bukan tipe orang yang membuang waktu untuk kesenangan semata. Katakan apa yang sebenarnya Anda inginkan."

Xiao Jin Yi menghela napas dramatis, seolah tersinggung dengan tuduhan Lin Hua. "Baiklah, baiklah. Kau memang selalu terus terang, Lin Hua. Aku datang untuk menawarkan... kerja sama." Ia menjeda, matanya menyorot tajam. "Sebuah hubungan yang saling menguntungkan."

Lin Hua mengangkat sebelah alisnya, tertarik sekaligus waspada. "Aliansi? Antara seorang iblis dan manusia?"

Xiao Jin Yi tertawa pelan, suara yang membuat darah Lin Hua terasa membeku di nadinya. "Kau terlalu cepat menghakimi, Nona Muda Wei. Aku lebih dari sekadar 'iblis'. Aku adalah pelindung kerajaan, penasihat Putra Mahkota... dan seseorang yang sangat tertarik dengan bakatmu."

Xiao Jin Yi mengulurkan tangannya, memperlihatkan sebuah cincin giok rubi merah menyala. "Aku tahu tentang kemampuanmu, Lin Hua. Aku tahu tentang Paviliun Teratai. Dan aku tahu bahwa kau memiliki kekuatan yang bisa mengubah jalannya sejarah."

Lin Hua menatap cincin itu dengan curiga. "Kekuatan apa yang Anda bicarakan?"

"Kekuatan untuk melindungi... atau menghancurkan," jawab Xiao Jin Yi, suaranya berbisik seperti desiran angin malam. "Aku tidak tertarik dengan perebutan tahta, Lin Hua. Aku memiliki tujuan yang lebih besar. Tujuan yang membutuhkan bantuanmu."

Xiao Jin Yi mendekat, berbisik di telinga Lin Hua. "Aku tahu tentang ramalan itu, Lin Hua. Ramalan tentang kehancuran yang akan datang. Dan aku tahu bahwa kau adalah kunci untuk mencegahnya."

Tirai kegelapan menyelimuti wajah Lin Hua di balik topeng misteriusnya. Alisnya bertaut, membentuk kerutan halus yang tak terlihat. "Ramalan?" bisiknya, nada suaranya meremehkan, namun diakhiri dengan kekehan kecil yang getir.

"Aku tidak percaya pada ramalan atau takdir. Aku hanya manusia biasa, terikat pada realitas yang fana. Aku tidak punya kekuatan untuk mengubah jalannya sejarah, apalagi mencegah kehancuran dunia," lanjutnya, suaranya datar namun mengandung keyakinan yang kuat.

Xiao Jin Yi, yang sedari tadi duduk dengan tenang di hadapannya, tidak sedikit pun merasa tersinggung dengan penolakan Lin Hua. Ia sudah lama mengenal wanita di balik topeng itu, memahami jalan pikirannya yang keras dan logis. "Baiklah," jawabnya dengan nada lembut namun tegas. "Aku harap kau mempertimbangkan tawaranku. Aku akan menunggu, sampai kau siap menerimanya." Xiao Jin Yi bangkit dari tempat duduknya, gerakannya anggun dan penuh percaya diri.

"Ah, tunggu, Tuan Xiao," seru Lin Hua, menghentikan langkah pria itu.

Xiao Jin Yi berbalik, menatap Lin Hua dengan tatapan penuh tanya. Dari balik jubahnya yang lebar, wanita itu mengeluarkan sebuah benda. "Kau mengenal pemilik giok ini?" tanya Lin Hua, sambil mengulurkan sebuah giok berwarna putih bersih. Ukirannya rumit dan detail, seolah menjadi simbol rahasia bagi sebuah keluarga atau kelompok tertentu.

Kening Xiao Jin Yi berkerut dalam. Ia mengambil giok itu dari tangan Lin Hua, jari-jarinya menyentuh permukaan batu yang dingin. Ada sesuatu yang tidak asing baginya, sebuah resonansi yang membangkitkan ingatan samar. "Kau menemukannya di mana?" tanyanya dengan nada serius.

"Saat menyelamatkan Jenderal Chen dari serangan mendadak, aku menemukan giok ini pada salah satu pembunuh bayaran. Mereka menyamar sebagai bangsa iblis," jawab Lin Hua, matanya menyorotkan kecurigaan.

Xiao Jin Yi menatap Lin Hua dengan tatapan menyelidik. "Apakah kau menduga, para pembunuh bayaran itu dikirim untuk mengadu domba bangsa manusia dan iblis?" tanya Xiao Jin Yi, suaranya rendah namun penuh dengan implikasi.

" Tentu saja. Apalagi dengan kedatanganmu yang tiba-tiba di istana kekaisaran, seolah memperkuat kecurigaanku," jawab Lin Hua, tatapannya tajam dan penuh perhitungan.

Xiao Jin Yi terkekeh pelan, "Inilah mengapa aku menyukaimu, Lin Hua. Kau tidak mudah percaya begitu saja tanpa menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu," ucapnya dengan nada kagum.

Lin Hua hanya mengangguk kecil, matanya menatap lurus ke depan, mencoba mencerna informasi yang baru diterimanya. "Apakah kau tahu, dari mana mereka berasal?" tanyanya, penasaran mengenai asal-usul pemilik giok misterius itu.

Selain ingin mengungkap siapa dalang di balik serangan para pembunuh bayaran terhadap Jenderal Chen, ada sesuatu lain yang ingin ia cari tahu. Sebuah rahasia yang mungkin tersembunyi di balik identitas pemilik giok tersebut.

"Salah satu penguasa dari daerah selatan," jawab Xiao Jin Yi, singkat namun jelas.

Lin Hua kembali mengangguk, merasa sedikit tercerahkan. "Terima kasih atas informasinya."

Setelah perbincangan singkat itu, Xiao Jin Yi menghilang dalam sekejap mata, meninggalkan Lin Hua seorang diri di tengah kesunyian malam. Lin Hua mendengus kesal, sedikit iri pada mereka yang dianugerahi kekuatan sihir. "Hah... Aku tidak menyesal dilahirkan di keluarga Wei, Tuhan. Tapi kenapa kau tidak memberiku sedikit saja akar sihir? Misalnya, menghilang seperti itu, membelah diri menjadi beberapa bagian, atau berubah menjadi asap," gumamnya pelan, menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah ke dinding di belakangnya. Angin malam berhembus pelan, membawa serta aroma bunga yang menenangkan, namun tidak mampu mengusir rasa penasaran yang berkecamuk di benaknya.

1
edelweiss
Upp lagi dooongg
Wahyuningsih
lanjut thor d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪💪💪💪
Xyn Kalev
maaf kk, untuk bab ini ada kalimat yg salah, harusnya tuh("Mengapa aku tidak bisa membuka mataku,meski hanya sebentar saja?". semoga kedepannya lebih teliti lagi ya kk🙏🙏
SamdalRi: Bener-bener, makasih ya kak udh di tandain. Nanti aku revisi lagi /Smile/
total 1 replies
azka aldric Pratama
turut prihatin atas beban mu linhua 🤣🤣🤣
azka aldric Pratama
punya BESTie dr zaman modern 🤣🤣
azka aldric Pratama
klo gk suka, ngapain menyeleksi putri mahkota 😏😏
azka aldric Pratama
mantap ibunya kmn Thor ....gk kyk jailangku kn... takut nya nnti , nongol buat rebut anaknya 😏😏
azka aldric Pratama
harusnya ada barang2 dr zaman modern 🤭🤭
azka aldric Pratama
jodoh nya ya🤭🤭
edelweiss
Kepooo kelanjutannya
edelweiss
uppp doonggss
azka aldric Pratama
knp bikin taro di muka😌😌😌kn bisa di tangan/belakang leher 🙄🙄
SamdalRi: Ciri khas orang kan beda², tangan atau leher kan dah terlalu umum.
total 1 replies
azka aldric Pratama
masa MC cewek gk punya akar sihir sihhh🤔gk seimbang bgt am para musuhnya 🙄🙄
azka aldric Pratama
keren klo suara hati bisa di dengar 👍
azka aldric Pratama
hadir
Pecinta Gratisan
mantap💞 thor updatenya sampai tamat
Murni Dewita
double up thor
Miraa
Thorr semangatt up nya yaaaa >< !!!
Diah Susanti
kalau cuma terpaut 3 thn, kenapa mereka bisa menjaga adiknya dan berburu, sedangkan waktu itu lin hua masih umur 1thn, apakah anak umur 4 thn sudah bisa berburu dan menjual hasilnya ke kota🧐🧐🧐🧐
SamdalRi: nah itu dia kesalahan aku kak, mau di revisi ulang masalah umur. mungkin bisa lebih ke usia Liu Han sama Liu Yuan jadi 22 tahun.
total 1 replies
Murni Dewita
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!