NovelToon NovelToon
Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - kekaisaran Bai

Sedangkan di tempat lain tepatnya di kekaisaran Bai, sebuah paviliun Giok Putih di Kekaisaran Bai selalu dipenuhi aroma obat-obatan. Wangi pahit ramuan ginseng dan akar kering menempel di udara, bercampur dengan semerbak bunga peoni yang sengaja ditaruh di vas-vas besar. Di sanalah Putri Bai Xue Yi tinggal, putri sulung Kaisar Bai Zeng dan Permaisuri Yi Zhu.

Sejak kecil, tubuhnya rapuh. Hanya sedikit angin dingin atau hujan tipis sudah cukup membuatnya demam berhari-hari. Karena itulah, hampir seluruh masa kecilnya ia habiskan di paviliun itu, ditemani tabib, dayang, dan sesekali kunjungan keluarga.

Meski disayang, ia merasa kesepian. Orang-orang menatapnya dengan iba, bukan kagum. Mereka melihatnya sebagai “putri lemah” yang tidak berguna.

----

Suatu pagi, Permaisuri Yi Zhu masuk ke kamar putrinya sambil membawa semangkuk bubur hangat. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya lembut namun lelah.

“Yi’er, ayo makan dulu,” ucapnya penuh kasih.

Putri Bai Xue Yi yang duduk bersandar di ranjang berukir, tersenyum lemah. “Ibu, aku tidak lapar….”

“Tidak boleh begitu,” sang permaisuri mengusap pipi anaknya. “Tubuhmu harus kuat. Kalau tidak makan, bagaimana bisa sehat?”

Saat itu, Kaisar Bai Zeng masuk dengan langkah mantap. Jubah naga emasnya berkilat, tapi wajahnya lembut saat melihat putrinya. “Putriku, ayah datang membawakan kabar baik. Besok, kita akan mengadakan jamuan keluarga. Kau harus ikut, meski sebentar.”

“Jamuan keluarga?” Xue Yi tampak ragu. “Tapi Ayah, kalau aku keluar terlalu lama, aku bisa sakit lagi.”

Kaisar tersenyum hangat. “Tak apa. Ayah hanya ingin semua orang tahu, betapa berharganya dirimu. Kau adalah putri pertama kekaisaran ini, darah daging ayah. Jangan biarkan siapapun meremehkanmu.”

Xue Yi terdiam, matanya berkilat haru. Ia tahu keluarganya sungguh menyayanginya. Hanya saja, cinta keluarga tak bisa menghapus tatapan orang luar yang selalu menilainya rapuh.

---

Sore itu, kakaknya, Putra Mahkota Bai Xiang, datang menjenguk. Ia membawa sekotak kecil manisan.

“Yi’er, aku tahu kau suka manisan plum. Ini kubawa khusus dari pasar,” katanya sambil duduk di sisi ranjang.

Xue Yi tersenyum. “gege selalu tahu caraku tersenyum. Terima kasih.”

Bai Xiang menepuk kepalanya lembut. “Yi’er, jangan bersedih terus. Kau memang sering sakit, tapi itu bukan salahmu. Ingat, kau tetap adik kesayanganku.”

Xue Yi menunduk. “Tapi Xiang Ge… semua orang menganggap aku lemah. Mereka bilang aku tidak pantas jadi tunangan anak penasehat istana. Bagaimana jika suatu hari dia meninggalkanku?”

Bai Xiang menatapnya serius. “Kalau ada yang berani menyakitimu, biar aku yang menghukum mereka.”

Xue Yi tersenyum tipis, tapi di hatinya, kegelisahan tetap ada. Ia tidak pernah benar-benar yakin pada tunangannya.

---

Beberapa hari kemudian, tunangannya, Li Wen, datang berkunjung. Ia adalah putra satu-satunya Penasehat Agung Li, pejabat tinggi istana. Tubuhnya tegap, wajahnya tampan, dan tutur katanya halus. Setidaknya, itulah yang dilihat orang luar.

Di hadapan Xue Yi, ia menunduk sopan. “Putri, apakah hari ini kesehatanmu membaik?”

Xue Yi tersenyum lembut. “Sedikit. Terima kasih sudah datang, Wen-ge.”

Li Wen duduk di kursi samping, tetapi tatapannya sekilas melirik dayang pribadi Xue Yi, Mei Hua, yang berdiri di belakang. Xue Yi tidak menyadarinya, tapi sebenarnya setiap kali ia menunduk, senyum tipis muncul di bibir Li Wen.

“Putri,” kata Li Wen pelan, “kau tidak perlu memaksakan diri ikut jamuan keluarga nanti. Jika tubuhmu tidak kuat, aku akan bicara pada Ayah Kaisar agar kau diizinkan beristirahat.”

Xue Yi menunduk. “Tapi aku ingin ikut. Aku tidak mau membuat Ayah kecewa.”

Li Wen pura-pura menghela napas prihatin. “Baiklah. Asalkan kau tidak sakit lagi. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu.”

Kata-kata itu membuat Xue Yi terharu. Ia benar-benar percaya bahwa tunangannya tulus.

----

Namun begitu Li Wen keluar dari kamar, ia tidak pergi jauh. Di halaman samping paviliun, Mei Hua menunggunya. Dayang itu berwajah cantik, lebih muda dari Xue Yi, dengan mata penuh ambisi.

“Bagaimana? Putri percaya padamu?” tanya Mei Hua sambil tersenyum genit.

Li Wen tertawa kecil. “Tentu saja. Ia terlalu polos untuk menyadari apapun.”

Mei Hua mendekat, membisik, “Kapan kau akan memberitahu keluargamu tentang aku?”

Li Wen mengelus rambutnya. “Sabar. Kalau Putri Xue Yi jatuh sakit lagi, cepat atau lambat ia tidak akan bertahan. Setelah itu, aku bebas memilihmu.”

Mata Mei Hua berkilat puas. “Aku sudah mulai memberi ramuan pada minumannya. Tubuhnya akan semakin lemah.”

Li Wen menepuk dagunya dengan lembut. “Bagus. Segera, kau akan jadi milikku.”

Mereka tertawa pelan, tak menyadari ada seorang dayang lain yang diam-diam melihat percakapan itu dari balik dinding bambu. Dayang itu bernama Lan Er, sosok pendiam yang jarang diperhatikan, tapi setia tulus pada Putri Xue Yi.

----

Malam itu, Putri Xue Yi kembali merasakan tubuhnya melemah. Tangannya gemetar saat memegang cangkir teh, wajahnya pucat.

“Ibu… kenapa aku selalu sakit?” bisiknya pelan saat Permaisuri menemaninya.

Yi Zhu menatapnya dengan mata berkaca. “Anakku, kau hanya kurang kuat sejak lahir. Jangan salahkan dirimu.”

Xue Yi menatap jendela, melihat bulan yang bulat sempurna. “Tapi semua orang menertawakanku. Mereka bilang aku hanya beban.”

Suaranya pecah, air mata jatuh di pipinya. “Kalau aku tidak ada… mungkin semua orang akan lega.”

Yi Zhu langsung memeluknya erat. “Jangan pernah berkata begitu, Yi’er! Kau cahaya dalam hidup Ibu dan Ayah. Tanpa kau, kami tidak punya kebahagiaan.”

Xue Yi terisak di pelukan ibunya, merasa hangat namun tetap kesepian di dalam hati.

----

Beberapa hari kemudian, saat jamuan keluarga hampir tiba, Mei Hua dengan wajah penuh perhatian menyajikan teh khusus pada Putri.

“Putri, ini ramuan tonik baru dari tabib. Katanya bisa menambah tenaga,” katanya lembut.

Xue Yi yang lemah hanya mengangguk dan meneguknya. Rasanya pahit, lebih pahit dari biasanya. Ia merasa aneh, tapi tubuhnya terlalu letih untuk mencurigai.

Tak lama setelah itu, pandangannya berkunang-kunang. Napasnya sesak, tubuhnya lemas. Ia terjatuh di ranjang, wajahnya pucat pasi.

“Putri!” Mei Hua berpura-pura panik, berteriak keras. Dayang lain berlari masuk, termasuk Lan Er yang langsung menangis ketakutan.

Tabib dipanggil, keluarga kerajaan datang tergesa-gesa. Kaisar Bai Zeng mengguncang tubuh putrinya, tapi tidak ada jawaban. Permaisuri Yi Zhu menjerit putus asa.

“Tidak! Putriku! Jangan tinggalkan Ibu!”

Putra Mahkota Bai Xiang menahan amarah dan kesedihan. “Siapa yang berani melakukan ini pada adikku?!”

Namun tabib hanya bisa menunduk. “Ampun, Yang Mulia… putri telah tiada.” Suasana paviliun berubah menjadi lautan tangis,

Ketika jenazah Putri Bai Xue Yi dibaringkan untuk disemayamkan, semua orang berkabung. Kaisar, Permaisuri, Putra Mahkota, bahkan selir-selir lain menangis. Tapi di tengah tangisan itu, ada perbedaan.

Mei Hua menangis dengan suara keras, tapi air matanya tak jatuh. Li Wen berwajah murung, tapi sorot matanya tenang.

Justru Lan Er, dayang yang jarang diperhatikan, menangis paling tulus. Ia berjongkok di samping ranjang, menggenggam tangan dingin sang putri, air matanya tak berhenti mengalir.

“Putriku… kenapa kau pergi begitu cepat? Aku hanya dayang kecil, tapi aku benar-benar menyayangimu. Andai aku bisa menggantikanmu….” Tangisannya begitu murni hingga membuat suasana kamar terasa lebih memilukan.

bersambung

1
Tiara Bella
wahhh jodohnya Bai Xiang ini mah...
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ciee pangeran dah ada hilal jodoh nih /Chuckle/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Oohh lama juga sampe bulanan
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaaahh manis naa 😃🫠🤗
Tiara Bella
ceritanya bagus
kaylla salsabella
lanjut Thor
Maria Lina
lgi thor kok 1 kn kurang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kirain hukum mati, kalo dibuang doang nanti bikin pasukan baru ga tuh
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaah strategina kereen /Determined//Determined/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Keserakahan mengalahkan segalana 😏 hhmm dasar sipaman ga tau diri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Jebakan ga sih itu /Speechless/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
😂🤣 Nunggu wangji menyatakan cinta kelamaan ya, jadi nembak duluan
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagi tuh yg mau bunuh wang ji 🤔
Hendra Yana
mantap
Tiara Bella
makasih thro upnya banyak.... semangat ya
kaylla salsabella
lanjut Thor
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!