NovelToon NovelToon
Tetangga Iri

Tetangga Iri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Konflik etika / Keluarga
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Muliana95

Setelah sepuluh tahun berumah tangga, akhirnya Sri Lestari, atau biasa di panggil Tari, bisa pisah juga dari rumah orang tuanya.
Sekarang, dia memilih membangun rumah sendiri, yang tak jauh dari rumah kedua orang tuanya
Namun, siapa sangka, keputusan Tari pisah rumah, malah membuat masalah lain. Dia menjadi bahan olok-olokan dari tetangganya.
Tetangga yang dulunya dikenal baik, ternyata malah menjadikannya samsak untuk bahan gosip.
Yuk, ikuti kisah Khalisa serta tetangganya ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nasehat Yang Tidak Mempan

Sebulan telah berlalu, pondasi rumah Azhar sudah jadi.

Selain di bantu Tari, ayah mertua Azhar juga kerap kali membantu Azhar kala malam hari, semata-mata sedikit meringankan pekerjaan menantunya.

Azhari yang memang sudah menjadi kepala tukang, memilih mengerjakan rumahnya sendiri. Karena jujur, dia sedikit kendala dengan biaya.

Lagipula, bukankah uang yang seharusnya dibayar untuk tukang, bisa membeli barang-barang lainnya?

Tari meletakkan mie soto sesuai permintaan Azhar, kala ia istirahat dari kerjanya.

Karena hari ini, sedikit gerimis, makanan berkuah merupakan salah satu makan terenak yang enak di santap.

"Makasih," ujar Azhar menerima mangkok mie soto instan dari Tari.

Di tempat lain, lebih tepatnya di rumah Rohani. Akhir-akhir ini, Rohani merasa kesehatannya semakin memburuk.

Dia sempat pergi ke apotik untuk mencek kolestrol dan sejenisnya. Namun, walaupun dia sudah meminum banyak obat kolestrol serta asam urat, badannya masih saja terasa lemah tak bertenaga.

"Apa dugaan ku benar ya?" gumam Rohani menekan-nekan dadanya.

Tak lama kemudian anak Rohani yang bernama Amar pulang. Amar merupakan anak kedua dari Rohani. Anak pertamanya, udah meninggal beberapa tahun lalu, meninggal karena bunuh diri, akibat depresi.

"Emak kenapa?" tanya Amar meletakkan tas punggung di sofa.

"Dada emak sesak, dan kamu tahu kapan ini terjadi?" tanya Rohani menatap Amar dengan datar. "sejak Azhar dan Tari bangun rumah," lanjutnya meneliti ekspresi anaknya.

Hening.

"Mereka yang menyebabkan emakmu sakit," lanjutnya dengan memelas.

"Jangan fitnah mak, bagaimana caranya bang Azhar bisa membuat emak sakit?" tanya Amar dengan nada lembut.

Bagaimana pun, wanita di hadapannya ialah orang yang melahirkannya.

"Emak mau apa?" tanya Amar lagi, karena tahu alasan kenapa sang ibu mendesaknya untuk pulang.

"Belikan emak mobil," cetus Rohani.

"Astaga mak, hutang almarhum abang aja belum lunas, sekarang malah minta mobil," Amar menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya, emak gak mau tahu ... Pokoknya emak mau mobil. Malu, emak sudah ngomong sama orang-orang, kalo emak mau beli mobil," cerocos Rohani.

"Mak, emak tahu kan, kenapa abang mengakhiri hidupnya? Dia tertekan mak, dia stres karena sikap mak, yang terlalu banyak nuntut." jelas Amar menatap ibunya sendu.

"Jangan salahkan aku, aku ini emakmu, dan sudah seharusnya bahkan kewajibanmu untuk menyenangkan aku. Dan kamu juga tahu, bahwa Nabi pun pernah berkata, jika ibumu, ibumu, ibumu secara tiga kali dalam ,,," cerocos Rohani.

"Iya mak, maaf ..." potong Amar, kembali mengalah.

"Belikan emak mobil," ulang Rohani.

"Aku tidak punya cukup uang untuk itu mak, bahkan usahaku sedikit sepi bulan ini," adu Amar.

Amar membuka sebuah bengkel las. Bukan membuka, tapi dia meneruskan bengkel las almarhum abangnya.

Dan dari situlah, Amar berusaha melunasi sedikit demi sedikit hutang yang ditinggalkan abangnya.

Karena sampai saat ini, ibunya tak peduli. Bahkan menutup mata, kala Amar menyindir akan hal itu.

Padahal, jika ditelaah, hutang yang ditinggalkan abangnya ialah semata-mata untuk menyenangkan ibunya.

Contohnya, seperti membelikan baju bermerek, dan juga emas-emas untuk di pamerkan.

Tak hanya itu, sang ibu juga sering menggonta-ganti sepeda motornya. Apalagi, kala melihat jika orang lain membeli motor baru.

"Makanya, kalo mau usahanya lancar, senangkan emaknya. Bahagiakan orang tua, jangan pelit!" seru Rohani, membuat sebuah luka di hari Amar.

Amar menghela napas, kemudian mengambil tasnya dan masuk ke kamar. Tak lupa, dia mengunci pintu kamar agar bisa mendapatkan sedikit ketenangan.

Inilah alasan Amar malas pulang ke rumah. Dia tak pernah di hargai. Karena menurut ibunya, uang ialah segalanya. Bahkan, menayakan kabar ataupun menawarkan makanan tak lagi pernah di dengarkan dari emaknya.

Malamnya, Rohani kembali mengeluh. Kepalanya terasa berdenyut, dadanya merasa nyeri yang teramat sangat. Dan Amar, mengajak emaknya ke rumah sakit. Karena jujur, dia khawatir. Apalagi, keringat dingin mulai terlihat di dahi ibunya.

Singkat cerita, mereka tiba di rumah sakit. Dan orang yang membantu Amar ialah Azhar. Azhar yang kebetulan masih kerja untuk mencor tiang rumahnya, tersentak kaget kala Amar meminta bantuannya.

Dan Azhar langsung berlari, bahkan tidak sempat mengganti bajunya yang kotor akibat terkena semen dan tanah.

"Makasih ya bang," ungkap Amar kala Azhar kembali masuk igd untuk pamit pulang.

"Iya, sama-sama ... Semoga bu Rohani cepat sembuh, kami akan kembali besok, sama Tari." ungkap Azhar sebelum melangkah keluar dari igd.

"Emak lihat sendiri kan, bang Azhar mau loh membantu kita tanpa pamrih. Bahkan dia membawa emak kesini pakai becaknya, dan dia juga menolak uang minyak saat aku kasih," tutur Amar pada emaknya yang pura-pura tidur.

Iya, Amar tahu ibunya pura-pura tidur. Karena saat melihat Azhar masuk. Rohani buru-buru memejamkan matanya.

"Itu hanya trik," sahutnya acuh.

Amar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, karena sadar ibunya tak mempan di nasehati.

Besoknya, para tetangga mulai mengunjungi Rohani, termasuk Tari.

Ya, Tari memilih datang bersama-sama dengan warga. Bukan sama Azhar. Karena suaminya lagi memotong bambu milik orang kampung sebelah.

"Jadi emak sakit apa?" tanya seorang tetangga yang rumahnya tepat di depan rumah Rohani.

"Lambung, dan ternyata lambungnya udah parah. Luka," ungkap Amar dengan prihatin.

"Aneh kan, kok bisa-bisanya aku terkena lambung. Padahal aku selalu sarapan di pagi hari," cetus Rohani melirik Tari sekilas, yang duduk di lantai beralaskan tikar.

"Namanya juga musibah," ungkap tetangga tadi.

"Musibah selalu ada dasarnya, mungkin saja seseorang iri dengan kesuksesan ku. Apalagi, yang pernah mendengar aku akan membeli mobil," cetusnya lagi.

"Mak," tegur Amar menggeleng-gelengkan kepalanya.

Namun, Rohani memutar mata malas. Dia semakin yakin, jika Tari menjenguknya ke rumah sakit, pasti ada niat tertentu.

1
Teteh Lia
selamat untuk bab terbaik na kak... 🥳
Teteh Lia
pasti mak onoh. iri lagi ini... 🙈
Teteh Lia
Mereka kan suami istri, mak... ya tentu saja.. bisa.
Zenun
nah gitu mak, lawan rasa iri
Zenun
lah segala ditanya, karena hasil ehem
Zenun
iya, omelin aja main singkap tudung saji orang😁
Wanita Aries
Syukurlah rohani dh berubah prlahan
Aquarius97 🕊️
cepat sembuh Thor ..
Aquarius97 🕊️
ngamuk Mar ngamukk!
Aquarius97 🕊️
kenapa harus diberitahu sih Mar?
Aquarius97 🕊️
hiiiii selama ini Rohaniii dapat air liur orang gila /Toasted/
Teteh Lia
Tarik napas aja baca omongan emak satu ini... /Grimace/
Teteh Lia
Aku juga nda tahan sama bau balsem atau minyak gosok gitu. mual dan puyeng.
neni nuraeni
mulutnya lakban aja napa,,ga pusing apa Din itu mulut mertuamu nyerocos Mulu kaca burung beo
Wanita Aries
Kena lagi si andin
Teteh Lia
meski sudah berusaha di nasehati. kalau ngeyel mah. susah..
Teteh Lia
nyenyak ya tidur na... apalah aku yang sekali na bangun. susah buat bobo lagi na.. melek lah sampe pagi
Zenun
Aamiin, tentram banget dah😁
Zenun
mamake ngayap dulu ke tetangga
Teteh Lia
tetap ya.. iri na nda bisa hilang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!