Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Papa, papa datang, kok nggak ngasih kabar?! " kaget Rindu menatap sang mertua dengan penuh binar, sementara Karen yang berdiri di belakang Rindu tersenyum simpul melihat wajah bahagia sang istri.
"Klau papa kasih tau, bukan kejutan namanya." kekeh tuan Dinata menyambut uluran tangan sang menantu, untuk menyalimnya penuh takzim,
tuan Dinata pun tidak kalah, dia juga memeluk menantunya dengan perasaan sayang.
"Haa... Gitu tuh, klau sudah ketemu menantunya, nggak mama nggak papa sama aja, lupa sama anak sendiri." rajuk karen, padahal dia dalam hatinya ikut bahagia melihat orang tuanya juga menyayangi sang istri.
"Apa sih, sirik aja, dari pada kamu cemburu nggak jelas, mending kamu bantu si Roy dana Boby membawa bawaan papa." acuh tuan Dinata, merangkul bahu Rindu untuk masuk ke dalam apartemen mewah itu.
"Hiii.... Menantunya di sayang sayang, anaknya yang tampan pari purna ini malah di suruh angkat barang." Karen pura pura merajuk, tapi tetap berjalan membantu orang orang suruhan papanya itu.
"Buset.... Banyak amat! " kaget Karen melihat barang yang di bawa oleh sang papa.
"Biasalah, kanjeng ratu, sangat effort mau bawain makanan kesukaan mantunya, katanya takut Rindu kesusahan cari makanan di sini." seru tuan Dinata.
Mendengar penuturan ayah mertuanya itu, Rindu sangat terharu, hatinya menghangat, di keluarga suaminya, dia sangat di sayang dan di perhatikan oleh mertua dan suaminya.
"Gimana keadaan kalian di sini? " tanya tuan Dinata saat mereka berada di ruang kerja Karen.
"Alhamdulillah.... Seperti yang papa lihat, keputusan ku untuk membawa istri ku ke negara ini sangat tepat, di sini dia terlihat menjadi dirinya sendiri." ucap Karen.
"Syukur lah, papa juga senang mendengarnya, apa lagi melihat kembarannya yang tidak ada habisnya mencari masalah." terang tuan Dinata.
"Iya pa, aku sudah yang ini akan terjadi, oh... Iya kemungkinan pulang dari sini, rencananya aku alam lansung menepati rumah kami." ucap Karen lagi.
"Itu lebih baik, karena papa yakin perempuan itu tidak akan semurah hati itu untuk melepas Rindu begitu saja, dan selalu datang kerumah, seperti yang sudah sudah membuat Rindu tidak nyaman dan kembali membuat dia menjauh lagi. " terang tuan Dinata.
"Itu lebih baik, berikan kenyamanan untuk istrimu, dia sudah lama menderita, perketat penjagaan rumah kalian, jangan biarkan orang orang yang ingin mengusik ketenangan kalian datang kerumah itu." ucap tuan Dinata.
Karen mengangguk tanda mengerti.
"Sayang, kenapa belum tidur? " tanya Karen saat memasuki kamar tidur mereka.
"Sebentar lagi mas, aku sedang mengerjakan tugas yang di kirim sama Gita." sahut Rindu yang tidak mengalihkan matanya dari laptop.
Walau pun Rindu berada di negara Paris, namun dia tetap mengerjakan tugas tugas dari kampusnya, Gita selalu membantu Rindu, mengirimkan tugas untuk Rindu.
Karen berjalan ke arah Rindu dan duduk di atas sofa yang mana Rindu duduk di bawahnya mengerjakan tugas di atas meja, Karen ikut melihat tugas yang di kerjakan Rindu dari belakang sang istri, dagunya di letakan di puncak kepala sang istri.
Walau pun Karen berberlaku seperti itu, namun Rindu tidak merasa terganggu sama sekali, dia nyaman nyaman saja, kadang sesekali Karen melabuhkan kecupan sayang di puncak kepala sang istri.
"Akhirnya selesai juga..." sorak Rindu mengangkat tangan tinggi tinggi.
Karen tersenyum lembut dan memeluk pinggang sang istri dari belakang, lalu karen mengangkat tubuh mungil istrinya itu agar duduk di atas pangkuannya.
"Besok mau jalan kemana? " tanya Karen menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya itu.
"Mmm... Kemana ya? nggak tau lah, hampir semua tempat sudah aku jelajahi, jadi nggak tau mau kemana lagi. " sahut Rindu menyandarkan kepalanya di dada sang suami.
Karen memeluk tubuh istrinya itu, memberikan kenyamanan kepada sang istri.
"Mau shoping lagi nggak? " tanya Karen lagi.
"Nggak ah.... Ini sudah terlalu banyak, nanti gimana caranya membawanya pulang." tolak Rindu.
"Gampang sayang, nggak usah kamu pikirin, tugas kamu hanya belanja." kekeh Karen.
"Ck..." Rindu berdecak kesal, dan memutar mata malas, karena suami dan mertuanya selalu saja menyuruhnya untuk shoping dan shoping, pekerjaan yang selama ini tidak pernah dia lakukan, bahkan sekarang, sebentar sebentar dia berada di salon, saat suaminya berada di perusahaan.
"Mau ikut mas aja ke perusahaan." pinta Rindu dari pada di suruh shoping mulu.
"Hmmm.... Baiklah, tapi besok mas ada meeting, apa kamu nggak apa apa mas tinggal selama mas meeting?" tanya Karen yang takut sang istri akan bosan berada di perusahaan.
"Nggak apa apa, aku bisa nonton drama kesukaan ku." ujar Rindu.
"Baiklah klau begitu, tapi sebelumnya, mas mau minta kikuk kikuk dulu." ujar Karen lalu mengangkat tubuh sang istri ke atas kasur.
Rindu hanya terkekeh dan mengalungkan tanganya di leher sang suami, bibir mereka sudah menyatu dan saling sesap dengan penuh gairah.
"Mama lagi ngapain? " tanya Rian yang melihat sang mama duduk termenung di taman belakang rumah nya.
"Ehh... Abang, kamu belum tidur? " kaget nyonya Karin menatap sang anak.
"Seharusnya aku yang nanya kaya gitu sama mama, ini sudah larut malam mama kenapa mama belum tidur, ini nggak baik untuk kesehatan mama." ujar Rian mendudukkan bokongnya di samping sang mama.
Nyonya Karin mendesah pelan, dan mengalihkan pandangannya ke arah taman. "Apa kita selama ini terlalu cuek dan tidak perduli dengan Rindu ya bang? " gumam nyonya Karin.
"Maksud mama apa? " tanya Rian yang sebenarnya tau arah pertanyaan sang mama.
"Beberapa hari yang lalu, mama bertemu dengan mertuanya Rindu di supermarket, dia sedang membeli banyak makanan dan cemilan, kamu tau itu untuk siapa? " tanya nyonya Karin.
Rian menggelengkan kepalanya, karena memang tidak tau.
"Dia beli semua itu untuk Rindu, semua yang dia pilih makanan kesukaan Rindu." lirih nyonya Karin.
"Kalau itu untuk Rindu, kan itu bagus, bearti tante Mayang perduli sama Rindu." sahur Rindu.
"Itu masalahnya, bang." ucap Nyonya Karin menatap sendu sang putra, matanya sudah berkaca kaca.
"Dimana salahnya? " heran Rian.
"Orang lain sekelas mertua yang baru saja tinggal satu atap dengan Rindu, tau makanan kesukaan dan tidak di sukai oleh Rindu, bahkan apa pun tentang Rindu dia tau, dan dia tidak segan segan memberikan apa pun yang diminta oleh Rindu, sementara selama ini mama yang orang tua kandungnya, yang melahirkannya ke dunia ini hanya bisa memberi dia banyak luka." isak nyonya Karin pada akhirnya.
Air muka Rian pun turut berubah keruh mendengar penuturan sang mama.
"Abang juga merasa sudah menjadi abang yang buruk, abang juga lupa kapan terakhir kali abang pernah bermain bersama Rindu, kapan abang mengajak Rindu jajan di pasar malam, abang lupa ma, sekarang setelah dia pergi dan banyak yang di lakukan oleh orang lain terhadapnya, baru abang sadar, ternyata abang adalah abang yang sangat sangat buruk."
"Padahal nenek sudah menitipkan Rindu sama abang, untuk abang jaga, tapi abang lalai, abang mengacuhkannya, abang sudah jahat sama adik yang sangat abang sayangi, sejak kejadian itu, kita hanya fokus sama Rinda, kita mengabaikan Rindu." ucap Rian lirih, dadanya sesak memikirkan adik perempuannya itu.
"Rindu sudah terluka sangat dalam karena kita keluarganya, apa kah dia mau memaafkan kita? " gumam nyonya Karin dengan perasaan bersalah.
Bersambung......
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya