bijak dalam memilih bacaan!
"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.
Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."
*****
Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.
Kecuali satu hal, kini ia punya suami.
Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”
Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...
Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 :Kalimat yang Terlalu Halus untuk Dikenali
Zeya berdiri di depan cermin, merapikan kerah kemeja putihnya. Rambutnya diikat rapi ke belakang, menyisakan beberapa helaian yang membingkai wajahnya. Tatapannya kosong menatap bayangannya sendiri, seolah bertanya, 'Apakah aku benar-benar bagian dari dunia ini?'.
“Sudah siap sayang.?” suara bariton Ares memecah keheningan.
Zeya menoleh cepat. Laki-laki itu berdiri di ambang pintu kamar, mengenakan kemeja abu-abu gelap yang disetrika rapi, dengan lengan yang digulung hingga siku. Dasi hitam sudah melingkar di lehernya, tapi belum diikat sempurna. Matanya menatap Zeya seperti biasa,tenang, penuh kendali, dan nyaris terlalu ramah untuk tidak mencurigakan.
“Sudah kok” jawab Zeya pelan, sambil memungut tasnya dari atas meja.
Ares menatap Zeya yang terburu buru mengambil barang nya."tidak perlu terburu buru,aku bisa menunggu mu sedikit lebih lama"Ares berusaha terlihat baik dan perhatian di hadapan zeya agar gadis itu percaya.
"aku cuma takut terlambat"
"tenang saja,kelas pagi mu aku yang mengajar, jadi..tidak perlu buru buru"tenangkan Ares.
Zeya menoleh dengan cepat,hampir tak percaya."beneran?"
Ares tersenyum geli melihat ekspresi wajah zeya yang terkejut."iya,kamu boleh bersiap selama apa pun,karena aku ada bersamamu,kamu tidak akan terlambat"tenangkan Ares.
"wah... beruntung nya aku punya suami dosen sendiri"ujar Zeya sangat senang.
"Selama kamu bersamaku,tidak akan ada masalah yang akan menyulitkan mu"
Kalimat itu terdengar hangat dan perhatian,tapi Zeya merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik kalimat itu.
"sudah jam berapa?"tanya zeya mengalihkan topik pembicaraan.
Ares melirik ke arah jam tangan nya."masih ada lima belas menit sebelum kelas di mulai"
"berapa lama jarak yang di tempuh dari sini ke kampus?"Zeya berharap jarak kampusnya dekat.
"sekitar dua puluh menit"jawab Ares terlewat tenang dan santai.
Zeya terkejut bukan main,waktunya benar benar sangat mepet,bahkan dia sudah terlambat berangkat lima menit.
"Ayo segera berangkat,nanti malah terlambat"ajak Zeya sambil menarik tangan Ares keluar kamar.
"bukan nya sudah terlambat lima menit"tambah Ares masih mengikuti Zeya dari belakang.
"itu kamu tau,Ayo...cepetan"tarik Zeya karena ia merasa Ares berjalan terlalu lambat.
Ares terkekeh pelan,baru kali ini ia melihat sisi lain dari Zeya,ternyata keputusan nya untuk memberi obat pada Zeya sudah yang paling tepat.
"Kenapa kamu masih diam?,kita udah terlambat ini loh"ingatkan Zeya kalau Ares tiba tiba lupa ingatan juga.
Ares malah terkekeh pelan."kamu sangat menggemaskan sayang,rasa nya aku ingin mencium mu"goda Ares masih sempat sempatnya.
Zeya tidak punya waktu untuk meladeni godaan suaminya itu.
"Cepat jalan,atau...aku tinggal kamu?"ancam Zeya sok garang.
"memangnya kamu bisa naik mobil?"
Tiba tiba saja Zeya jadi gelagapan.
"aku bisa naik ojek atau naik taxi"jawab Zeya setelah berpikir sejenak.
Ares masih terdiam di tempatnya,melipat kedua tangan nya di dada."kamu punya uang buat bayarnya?"
Zeya menggeleng pelan.
Ares menyentuh pipi Zeya halus,membuat Zeya sedikit merinding."Kamu tidak akan bisa pergi kemana pun,sayang.kamu cuma akan selalu berada di sisi ku selamanya"
Zeya menatap Ares dengan tatapan bingung. Kalimat itu terdengar asing di telinganya....aneh, seperti menyimpan sesuatu di balik maknanya. Entah mengapa, setiap kali Ares berbicara seperti itu, Zeya selalu merasa ada yang tidak beres. Namun sekeras apa pun ia mencoba mengingat, pikirannya tetap kosong. Seperti ada bagian dari dirinya yang sengaja dilupakan.
“Kalau nanti ada yang mengganggumu di kampus,atau ada yang mengatakan sesuatu yang aneh tentangmu,bilang saja padaku” lanjut Ares, matanya masih terpaku pada Zeya yang tadi sempat melamun. “Aku tidak akan membiarkan istriku di sentuh orang lain,apalagi... sampai mempengaruhi pikiranmu"
Ucapan itu terdengar seperti janji, tapi juga peringatan. Zeya menelan ludah, mencoba tersenyum kecil.
Setelah beberapa menit, mereka berjalan beriringan menuju mobil hitam yang terparkir rapi di garasi. Ares membukakan pintu untuknya, dengan gerakan tenang dan penuh perhitungan. Sopan, manis... nyaris terlalu sempurna untuk disebut tulus.