Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 18
Jonatan HanggonoーJono, ternyata salah!
Yordan Siregar tidak pantas dijadikan pengganti Andi Wiguna yang hanya preman kelas rendahan.
Tidak pantas bukan kata lain dari ketidakmampuan, melainkan terlalu tinggi untuk dipakaikan mahkota yang hanya terbuat dari alumunium.
Andi Wiguna hanya sekelas panitia yang tukang menakut-nakuti, tapi Yordan bisa menghilangkan nyawa dengan kakinya.
Yordan setidaknya tiga level di atas kuasa Andi.
Jika Ricky Grayon yang katanya berada di puncak rantai makanan, Yordan mungkin di sebelahnya atau hanya satu tahap di bawah tuan muda itu. Mereka cukup dekat layaknya sahabat.
Jadi Saka tidak bisa sembarangan bertindak.
Menyerahkan bukti berupa video rekaman yang diberikan Akmal Nugraha yang tidak jelas kaki milik siapa, atau menyeret anak-anak pembeli sabu dari tangan Yordan mungkin hanya akan merugikan sebagian pihak, tidak termasuk Yordan sendiri. Anak itu pasti punya sejuta alibi, terlebih ada Grayon di belakangnya.
Saka mengetahui itu dari beberapa yang pernah terlibat dengan merekaーRicky juga Yordan, anak-anak yang mula bekerja namun tidak mampu dan tidak memenuhi standar kualifikasi mereka.
Meski laporan para korban didengar polisi, pada akhir terlapor tetap dilepaskan begitu saja dengan beragam alasan yang tidak menekan kesalahannya sama sekali.
Jadi siapa pun akan memilih tidak terlibat apa pun dengan Ricky maupun Yordan, meski hanya obrolan ringan.
Seditakuti itu.
Saka mendesah kasar.
“Gua harus kumpulin bukti yang kuat dulu,” putus anak itu akhirnya. “Gua harus ngerusak alibi jenis apa pun. Gua harus punya modal untuk menangkis kekuatan abstrak mereka.”
Ini masalah besar dan Saka tidak bisa melibatkan teman-temannya. Pertarungannya tidak berada dalam skala adu jotos atau main keroyok, tapi panasnya hukum.
Meskipun negara ini mengatakan tidak ada yang namanya hak imunitas atau kekebalan hukum, faktanya sudah merajalela. Banyak dari merekaーpara penjahat kakap yang selamat hanya dengan gepokan uang, sedang penjahat level teri serupa maling ayam dan celanadalam, harus terpuruk karena lebel lekat kemiskinan akut.
Dan contoh dari level kakap itu adalah Yordan salah satunya.
Author-nim sengaja menyinggung kelemahan sistem negara ini. Mohon maaf! Tidak demi apa pun, hanya merujuk fakta.
Satu hal yang akan dilakukan Saka sekarang.
Mencari Liona, perempuan yang direbutkan Yordan hingga menewaskan Gege Wangsa secara tragis dengan kakinya.
Saka sudah menemukan sedikit clue dua hari setelah terungkap fakta tentang siapa Yordan SiregarーLiona adalah pacar Yordan, murid SMA Regina Laya, kelas 11 jurusan IPA.
Bermodal informasi 'tak lengkap itu, Saka melajukan motor seorang diri di jam istirahat, setelah sebelumnya izin pulang pada sekolah dengan alasan kepentingan pribadi.
Jika pergi di jam pulang, dia mungkin tak akan bisa menemukan yang dicarinya. Selain mungkin Liona sudah pulang, Yordan bisa saja datang ke sana untuk mengajak pulang bersama kekasih hatinya itu.
Waktu istirahat SMA Regina sisa 30 menit. Saka jadi pusat perhatian karena memakai seragam berbeda masuk ke area sekolah.
“Hoy! Siapa tuh? Gak ganteng parah, tapi karismanya bikin jebol.”
“Kayaknya dari SMK seberang.”
“Mau dong jadiin pacar.”
Bibir Saka mesem-mesem mendengar kasak-kusuk cewek-cewek yang habis ditanyainya.
Dia melewatkan mereka karena tidak mendapat informasi yang diinginkan.
Sampai ke kelompok berikutnya.
“Misi, kalian kenal Liona Sasmita, gak? Anak kelas 11 IPA?" Senyuman ramah menghias bibir dengan tingkat kesopanan maksimal Saka Aksara.
“Kamu cari Kak Liona? Istirahat biasanya dia di perpus sih," Salah satu dari tiga cewek menjawab biasa. “Perpusnya ada di sana."
Saka mengikuti arah telunjuk. “Oh, ke sana. Oke, makasih, ya. See you!”
Lagaknya itu disikapi cekikikan centil gadis-gadis yang ditanyai barusan. Dalam sekejap kelakuannya mendadak sok Don Juan.
Tapi hanya pencitraan demi satu tujuan. Langkahnya terayun cepat menuju perpustakaan yang katanya ada di sebelah kanan.
Saka sudah menemukannya.
Dengan langkah laun dia menghampiri pintu, lalu memanjangkan kepala melongok-longok ke bagian dalam.
Sampai seorang petugas berambut sebahu menghampirinya. “Kamu bukan anak sekolah sini? Cari siapa?" tanyanya.
“Ah, iya, Bu. Saya dari Arjuna Palas. Mau cari temen namanya Liona Sasmita. Ada kepentingan aja sama dia. Anu ... Liona-nya ada di dalem gak, Bu?”
Petugas itu langsung melongok ke bagian. “Ah, Liona, ya ... Itu dia!” Wajahnya menunjuk sebuah arah.
Saka ikut melongok. “Ada ya, Bu.”
“Hmm. Kamu mau masuk apa saya panggilkan?”
Kebetulan posisi Liona sedang membelakangi.
“Maaf, dipanggilin aja deh, Bu. Kalau di dalem, saya takut ganggu yang lain.”
Petugas itu manggut mengerti dan membenarkan. “Sebentar, ya.”
Saka berbalik badan setelah mengangguk, menunggu sembari mengamati sekitar luar perpustakaan.
Tak lama ....
“Kamu cari saya?”
Sontak Saka berbalik dan langsung melongo. “Wow, cantik bersinar," cicit hatinya, kagum.
Liona berambut panjang dengan tatanan wajah khas cantik Asia. Hidung mancung dan mata sedikit sipit. Bulu mata lentik dan bibir seksi, sempurna untuk dipadankan dengan wajah Yordan yang mirip Bryan Domani.
“Hallo.”
Saka mengerjap karena teguran Liona. “Ah, iya. Aku cari kamu," katanya lantas, segera menegaskan diri. “Liona, 'kan?”
Cewek itu mengangguk, lalu mengamati karena tak mengenali siapa sosok di hadapannya. Tatapannya kemudian terpaku di logo sekolah lengan kanan seragam Saka. “Arjuna Palas?"
“Iya! Aku dari sana." Menyikapi ekspresi di wajah cewek itu, lekas Saka mengutarakan maksud, “Umm, gini, Liona ... bisa ngobrol sebentar? Ada sesuatu penting yang mau aku tanyain.”
Hanya sepuluh menit waktu yang disediakan Liona untuk bicara. Saka mengangguki saja daripada tidak.
Di taman belakang sekolah, tempat yang bagus untuk bicara penting. Tidak banyak anak di sana yang berisik seperti di halaman muka. Kursi taman kosong diduduki keduanya berdampingan dengan sedikit jarak.
Sudah memperkenalkan diri sebagai Saka, murid pindahan Arjuna Palas. Tidak basa-basi lagi, nama Gege Wangsa disebutkan Saka sebagai alasan kedatangan ke sekolah Liona itu.
Mendengar nama Gege disebut, air muka Liona langsung berubah memerah, tatapannya melemah dan bibirnya mendadak bisu. Ada kenangan mendalam dari bola matanya yang tidak bisa diungkap dengan ucapan, juga kerinduan.
“Aku gak ada maksud apa-apa. Aku cuma mau cari kebenaran. Karena seseorang yakin, kematian Gege bukan karena bunuh diri semata, melainkan pembunuhan secara sengaja. Dia mau keadilan.”
Pemaparan itu melengakkan wajah Liona ke wajah Saka. “Dibunuh?”
“Hmm.”
“Seseorang itu siapa?” tanya Liona, ingin tahu dulu.
“Kembaran Gege.”
Dalam beberapa saat Liona terjebak keterkejutannya. Entah baru tahu Gege punya kembaran, atau karena lainnya.
“Terus, apa yang mau kamu tahu dari aku?” tanya cewek itu kemudian.
Saka menegakkan badan, lalu menengok jam di pergelangan. “Aku bicara cepet karena waktunya singkat. Kamu bentar lagi masuk kelas,” katanya, kemudian kembali ke wajah Liona. “Aku butuh informasi banyak sebenernya tentang Gege karena sepertinya kamu orang yang cukup deket sama almarhum. Selainー”
“Kita lanjutin di chat aja!" pungkas cepat Liona. Ponsel diraih cepat di dalam saku, lalu menyodorkan ke depan Saka. “Catat nomor kamu di sini.” Ternyata bell masuk sudah berbunyi.
Saka mengangguk, lalu melakukan yang diminta cewek ituーmenuang nomornya di kontak Liona dengan segera.
“Oke, nanti aku P,” kata Liona sambil berdiri. “Aku masuk dulu.”
Saka mengangguk lalu ikut berdiri juga.
Namun sebelum Liona bergerak jauh, dia menyeru, “Liona!"
Cewek itu berhenti dan menolehnya.
“Tolong rahasiakan kedatangan aku ke sini ... dari Yordan.”
Wajah Liona mengerut bingung, mungkin karena nama Yordan disentil juga, namun mengangguk pada akhirnya. “Oke.”
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏