NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

Deg!

"A-apa yang kamu katakan, Naya?" tanya Araya yang benar-benar tidak mengerti maksud Araya.

Air mata mulai jatuh dari kelopak mata Naya, bibir gadis itu bergerar dengan tangan yang mulai meraih sesuatu dari dalam saku bajunya.

"Araya, kemarin aku sudah meminta maaf padamu, sekarangpun aku akan meminta maaf padamu. Apakah aku harus bersujud sampai kamu memaafkan aku? T-tapi Araya kamu tidak seharusnya membalas dendam dengan merebut Ayah dari ibuku!"

Dengan tubuh bergetar Naya menjatuhkan dirinya di hadapan Araya, ia menangis sejadi-jadinya. Membuat semua orang ikut kebingungan.

Devan yang melihat itu ikut berjongkok, memegang kedua bahu Naya dari samping.

Rifan pun berjalan ke arah Araya, pemuda itu mengerutkan keningnya. "Naya, jangan mengarang cerita yang tidak ada sama sekali," ucap pemuda itu.

Naya mendongak dengan wajah yang kini berantakan, ia melempar beberapa lembar foto sehingga seisi kantin segera megambilnya.

"Devan bersamaku karena kesalahan kamu sendiri, Araya. Kamu tidak bersikap dewasa dan tidak pernah memberikan tempat untuk Devan. Sebagai sahabat aku mengerti akan Devan, apa salahnya jika kami bersatu, hah?!"

Araya benar-benar tersentak.

Bisik-bisik mulai riuh, entah mengapa hal itu membuat Araya khawatir dan panik. Matanya pun melirik ke sana ke sini, tegang.

"Astaga, baru saja di puji udah kayak gini."

"Walaupun Naya terkesan seperti merebut Devan, tapi kan benar kata dia. Laki-laki juga butuh tempat. Siapa juga yang tahan sama cewek ngga berekspresi gitu."

Selain ada komentar negatif ada pun positifnya, walaupun belum sepenuhnya kalimat positif itu membela Araya.

"Devan yang memaksa Araya untuk menjadi dewasa dan memaklumkan apa yang dia inginkan. Sedangkan Devan tidak melakukan hal seperti itu."

"Benar, aku ngga percaya sama foto ini. Dilihat-lihat Araya tidak cocok seperti ini karena ekspresinya yang datar. Siapa juga yang tertarik?"

"Ngga ada yang tau kan? Muka polos kayak gitu biasanya nusuk sedalam laut."

Rifan mengambil salah satu foto yang tersebar. Di sana terdapat Araya yang berjalan dengan Ayah Naya. Mereka terlihat romantis seperi seorang pasangan.

Rifan menghela napas, sudah jelas-jelas foto tersebut di edit. Malah banyak yang percaya.

Rifan menggenggam tangan Araya yang mulai berkeringat. Pemuda itu tau bahwa Araya pasti terkejut dan bingung. Araya pun pasti berpikir keras dengan keadaan, rasa cemas yang berlebihan mulai timbul.

Mendapatkan genggaman hangat dari tangan Rifan membuat Araya menoleh ke arahnya. Mata nya berkaca-kaca dengan bibir bergetar.

"Aku tau dan aku percaya sama kamu," ucap Rifan lembut.

"B-bagaimana ini," ucapnya bingung.

Rifan tersenyum. "Biar aku yang selesaikan."

Rifan merobek foto yang ia pegang, pemuda itu menatap serius dan tegas ke arah semua orang di dalam kantin.

Mata tajam melirik ke arah Naya yang berada di dalan pelukan Devan. "Apa kamu tidak malu menyebar keburukan Ayahmu sendiri?" ucapnya pelan namun berhasil membuat Naya berdiri dan marah.

"Maksud kamu apa Rifan?! Karena kamu suka sama Araya jadi kamu bela dia, gitu?"

Rifan mengangkat sebelah alisnya. "Aku hanya mengatakan fakta."

Naya menatap Rifan tidak percaya. "Apanya yang fakta? Jelas-jelas aku punya bukti!"

"Itu editan!" ucap Rifan, nadanya sedikit meninggi.

Devan ikut membuka suara. "Oh, pantas aku tanya sekarang kamu tinggal di mana kamu ngga mau jawab. Ternyata ..." Ia terkekeh remeh. "Kamu sudah menggoda ayahnya, Naya?"

Lagi, lagi, dan lagi, Devan membuat hati Araya tercubit hingga gadis itu menatapnya dengan tatapan kosong dan air mata yang menetes seakan kehancuran lagi lagi dan lagi menghantamnya begitu keras.

Rifan semakin mengeratkan tangannya, seakan memberi isyarat pada Araya untuk tidak terlalu cemas. Araya menarik napas sedalam mungkin.

"Rifan ..." Gadis itu memberanikan dirinya membuka suara, suaranya terdengar lirih dan bergetar.

"Sedari kecil aku selalu dituntut, kamu tau itu kan? Saat beranjak remaja akupun di tuntut menjadi dewasa dan tidak boleh melakukan hal hal yang kekanakan..."

"Aku ... aku kurang bisa mengekspresikan diri aku sendiri karena lingkungan, dan aku yakin kamu juga sangat tau itu."

"Aku iri, Devan. Iri sama Naya yang dulunya berkata iri padaku karena memiliki pasangan seperti kamu ... sehingga akhirnya dia memiliki apa yang dia inginkan."

Araya menyunggingkan senyum pasrah, matanya memerah serta lehernya yang terlihat tertahan. Sebutir air mata berhasil jatuh dengan lancarnya.

"Tempat aku pulang ... hilang diambil orang. Dan ... aku sangat bingung harus melakukan apa, berkata apa, sehingga aku hanya bisa diam. Aku benci diri aku ... s-sendiri."

"Rasanya berat, Devan. Aku telah gagal menjadi seseorang yang lingkungan inginkan, tapi... aku sampai lupa sama diri aku sendiri dan aku tidak mau itu! Aku punya hak atas diri aku!"

"Setiap kalimat yang kamu ucapkan membuatku sulit bernapas, semua yang kamu ucapkan terluka hingga membuatku ingin tenggelam dilautan." Semakin pecah, Araya benar-benar meluapkan emosinya.

Dada gadis itupun memburu, naik turun, terasa sesak, dan menghempit napasnya.

"Dan, sekarang ... aku diusir dari rumah karena aku gegabah. Aku tidak mungkin menyalahkan kalian berdua. Karena aku adalah ambang masalahnya."

"T-tapi ... kalian tidak berhak berkata bahwa aku telah melaukan hal yang terlarang. Walaupun ada bukti, tapi kalian pikirkan saja. Apakah perempuan seperti ku pantas, hmm?"

"A-aku hanya tak menyangka. Kejadiannya akan seperti ini tapi aku harus terima!" Suara gadis itu tiba tiba saja meninggi, sebelah tangannya sudah menghapus air mata yang terus mengalir. Betapa berantakannya dia.

"Naya, aku tau bahwa kamu tidak pernah menyukaiku dan kamu sengaja merebut Devan dari ku. Aku ngga masalah, Naya ... yang aku takutkan adalah kehilangan kalian sebagai teman karena aku benar-benar banyak takutnya!"

Araya memangis sejadi-jadinya, ia menunduk membiarkan rambut panjangnya menutupi wajah yang kacau itu.

Jangan tanya betapa tegangnya suasana kantin, beberapa dari penonton ikut menangis karena mendengar kalimat kalimat yang begitu menyakitkan dari mulut Araya.

"Aku tidak pernah berpikir Araya kehilangan arah pulang. Ternyata ekspresinya yang datar menyimpan banyak luka."

"Tempat yang dianggap rumah di ambil orang, benar-benar menyentuh!"

Sedangkan di lain pihak.

"Aku jadi agak ragu dengan foto ini, seperti kata Rifan. Dunia ini sudah di penuhi banyak penipu, dan aplikasi pengedit."

"Omagad! Ayah dan Ibu Naya cerai, gusy! Katanya Ayah Naya selingkuh sama seorang model!" Tiba-tiba saja seorang siswi berteriak, matanya tetap fokus menatap berita yang berlangsung.

Mendengar itu membuat para murid penasaran dan ikut membuka ponselnya. Sedangkan Naya membulatkan matanya cemas. Gadis itu berjalan ke arah beberapa siswi yang membaca berita tentang keluarganya.

Brak!

"Aaaaaaaaaaak!" Teriak Naya meremat rambutnya dengan erat.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!