"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah ?
Nyonya Vanya telah datang dari Belgia bersama dengan suaminya dan dia ingin melihat pesta peresmian putra kembarnya dua hari lagi.
Mobil nyonya Vanya sudah terparkir di basement rumah sakit milik keluarga suaminya itu, dia tak sengaja melihat sepasang kekasih seperti sedang bertengkar.
Matanya meneliti "sepertinya aku kenal dengan perawakan ini" gumam nyonya Vanya sembari berfikir, matanya melotot saat dia mulai mengingat "Rendra, ya perawakannya persis seperti Rendra" menantu keluarga Alvaro itu segera turun dari mobilnya dan berjakan ke arah dua sejoli yang masih berdebat itu.
Semakin dia mendekat semakin jelas siapa lelaki tersebut, dan ternyata itu bukan suaminya melainkan anak kembarnya yaitu Devan "Devan" Devan dan Mareta seketika melihat siapa yang bersuara dibelakang mereka.
Devan yang melihat mamanya berdiri tidak jauh dari posisinya bersama dengan Mareta membuatnya terkejut dan shok, pasalnya kedua orang tuanya masih berada di Belgia setau Devan.
"Mama" gumam Devan membuat Mareta terkejut, Mareta segera merapikan penampilannya dan berjalan ke arah mama Devan yaitu nyonya Vanya.
"Halo tante, aku Mareta kekasih Devan" Nyonya Vanya hanya diam melihat dari bawah sampai ke atas penampilan Mareta hingga didalam hati dia bergumam "selera Devan murahan sekali" walaupun sebenarnya dia tidak setuju dengan selera anaknya itu tetapi nyonya Vanya juga menghargai apa yang anaknya pilih.
"Iya halo, saya Vanya mamanya Devan dan Gavin" Nyonya Vanya menjawab seraya tersenyum, Devan menghampiri mamanya itu dan memeluknya dari belakang "mama kapan sampai ? Kenapa tidak memberitahuku jika sudah kembali dari Belgia ?" Devan bersuara manja kepada mamanya.
Mareta yang melihat ibu dan anak itu tersenyum geli dan sedikit jijik karena dia tidak pernah melihat Devan bermanja - manja dengan kedua orang tuanya.
"Ayo kita mencari makan siang dulu" Mama Vanya mengisyaratkan kepada Devan serta Mareta untuk makan siang terlebih dahulu karena perutnya sudah lapar.
Mereka bertiga sudah berada di cafetaria rumah sakit, mata Mareta masih melihat keseluruh cafetaria itu dengan pandangan sedikit jijik karena baginya kantin rumah sakit adalah tempat yang paling kotor dan jorok.
Padahal kantin rumah sakit disana seperti restoran yang sangat bersih bahkan menu makanan serta minuman yang berada disana juga tak kalah dari resto bintang 4.
"Mama mau makan soto betawi aja Dev, udah kangen banget sama masakan indo" Mama Vanya bersuara dan Devan mengangguk "Aku mau spageti atau lasagna saja" Devan tertawa mengejek Mareta.
Bukan hanya Devan tetapi mamanya juga menahan tawa "Mareta disini hanya ada masakan indo jadi tidak ada itu spageti atau lasagna" Mareta mengerucutkan bibirnya.
"Terserah kau saja" Devan berjalan ke arah counter pemesanan dan kemudian dia berjalan kembali ke arah meja yang telah ditempati dua orang wanita yang berbeda usia itu.
"Jadi kalian berpacaran ?" pertanyaan itu mama Vanya lontarkan kepada dua sejoli yang saat ini sudah duduk dihadapannya "tidak" "iya" ucap mereka berdua bersamaan.
Mareta melihat Devan dengan sengit dan Devan melihat Mareta dengan dingin "Aku sudah katakan padamu bukan kita sudah putus" Mareta menggeleng dengan keras "aku tidak mau putus denganmu, Dev kita sudah hidup bersama selama 5 tahun lebih di Swis" Mama Vanya yang sedang meneguk jusnya menjadi tersedak dan terbatuk.
Devan memberikan sapu tangannya kepada mama Vanya "terima kasih" ucap mama Vanya kepada Devan setelah itu dia berdehem "jadi kalian sudah hidup bersama ?, kenapa tidak menikah saja kalian berdua" mama Vanya berkata dengan enteng membuat Devan membulatkan matanya dengan sempurnah.