Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Tawaran Dre
Sementara di tempat berbeda, Nicklas masih tampak mencoba mencaritahu keberadaan Helen. Dan melihat itu, Moza sama sekali tidak senang.
"Sayang, aku mengantuk. Kita tidur saja yuk!" Ajak wanita yang sudah bergelayut manja di lengan Nicklas itu.
Nicklas mengusap lembut kepala Moza.
"Kamu tidurlah dulu! aku masih menunggu kabar dari Johan. Dia sedang ke panti asuhan, aku yakin wanita itu pasti kesana!" kata Nicklas.
"Sayang, aku mana bisa tidur kalau kamu tidak menemaniku. Temani aku ya!" bujuk Moza.
Dan pada akhirnya, bujukan Moza itu berhasil. Nicklas tersenyum dan menemani Moza tidur di kamar yang bahkan belum pernah di gunakan oleh pemilik asli apartemen itu, Helen.
Larut malam, Nicklas yang melihat Moza sudah tertidur, membuka ponselnya lagi. Ternyata ada pesan masuk dari Johan, asisten pribadi Nicklas. Dan pesan itu mengatakan, kalau ternyata Helen tidak ada di panti asuhan.
Tangan Nicklas mengepal kuat.
'Kemana dia?' pikir Nicklas dalam hatinya.
Dia pikir, dia sudah sangat mengenal Helen. Makanya dia menerima pernikahan yang di atur oleh orang tuanya itu. Selama ini pertemanan Helen, memang hanya sebatas orang-orang di panti dan di perusahaan. Nicklas sudah minta Johan mencaritahu di ruang temannya, tapi tidak ada Helen kesana. Di panti juga tidak ada. Lantas kemana Helen.
Keesokan harinya...
Helen yang terbangun di pelukan pria itu. Mata Helen terbelalak lebar. Tapi kemudian helaan nafas lega keluar dari bibirnya.
Pakaiannya masih lengkap, dan tidak ada rasa sakit seperti sebelumnya. Dia tahu, kalau pria itu tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan semalam.
Helen menarik tangannya, berusaha untuk cepat beranjak dari tubuh pria itu.
Tapi baru juga dia buka selimut, Helen merasa pinggangnya di sentuh seseorang, bahkan di peluk dengan begitu erat.
"Mau kabur ya?" tanya pria itu dengan suara serak dan berat khas orang bangun tidur.
Helen sedikit panik. Dia tidak mungkin benar-benar bertanggung jawab pada pria itu kan?
Helen rasa dia harus mengatakan yang sebenarnya. Kalau dia tidak sengaja mengatakan apa yang dia katakan malam itu.
"Jadi begini..."
"Dre, kamu bisa panggil aku Dre!" kata pria itu.
Helen yang tadinya loading karena pria itu menyelanya, segera mengangguk perlahan.
"Oke, jadi begini Dre. Aku sudah menikah, aku tidak mungkin bertanggung jawab padamu. Masalah malam itu, bagaimana kalau kita lupakan saja?" tanya Helen dengan mata berbinar penuh harap.
Dia sungguh tidak ingin berurusan dengan pria di depannya itu. Nicklas memang tidak mencintainya. Tapi, Nicklas bisa membuat masalah untuknya kalau tahu dia bersama dengan pria lain.
Alih-alih marah, atau menunjukkan dia tidak senang. Dre, tampak terkekeh pelan.
"Aku dengar seorang pria di bawa pergi dengan luka yang sangat parah malam itu dari hotel. Pria itu berada satu kamar denganmu, sebelum di hapus temanku yang bekerja sebagai operator cctv bilang, suamimu yang memberikan kunci kamarmu pada pria itu. Dan mengatakan pada pria itu, jika kamu harus bisa hamil..."
Belum selesai Dre bicara, Helen menatap pria itu dengan begitu tajam. Sebenarnya dia ingin menunjukkan tatapan itu pada Nicklas. Ini benar-benar keterlaluan, bagaimana Dre bisa tahu semua itu. Dan bagaimana Nicklas bisa sebejatt itu.
"Jangan melotot padaku, aku bisa membantumu. Aku akan diam! karena memang itu bukan urusanku. Aku hanya ingin kamu menyimpanku..." ucap Dre terjeda, sambil mengusap wajah merah karena marah Helen.
"Memangnya kamu barang..."
Helen menjeda ucapannya, lebih tepatnya harus dijeda karena Dre meraih dagu Helen, membuat Helen harus menatap ke arah Dre.
"Aku bisa jadi apapun dan siapapun untukmu!"
Ucapan Dre itu cukup membuat Helen terdiam. Maknanya luas, kata yang diucapkan oleh Dre itu punya makna yang begitu luas.
"Biayaku cukup murah, berikan saja aku 100 juta untuk satu bulan!"
Mata Helen melebar.
"100 juta?" ucapnya mengulang apa yang tadi pria itu katakan.
Dan dengan santainya, ketika dia melihat Helen terkejut, pria itu mengangguk perlahan.
"Ehem, benar. 100 juta saja, tidak mungkin seorang istri dari Nicklas Bernando tidak punya uang sekecil itu kan?" tanya pria itu lagi.
Helen terdiam sejenak, kenapa seolah pria di sampingnya itu kenal dengan Nicklas.
Melihat wajah Helen yang masih serius berpikir. Dre pun bicara lagi, mencoba meyakinkan Helen.
"Daripada suamimu mencari bibit yang tidak baik untuk berkolaborasi di dalam rahimmu..."
Helen membuka mulutnya. Kesabarannya seolah musnah sudah ketika pria di depannya itu membicarakan kata-kata yang menurut Helen terlalu private.
"Kamu..."
Helen mengangkat telunjuknya, mencoba menunjuk ke arah wajah Dre. Sebagai peringatan supaya pria itu tidak membicarakan hal seperti itu lagi. Tapi, telunjuk Helen itu malah di gigitt ujungnya oleh Dre.
"Agkhhh" pekik Helen yang segera menarik jari telunjuknya itu lagi.
Dengan tatapan kesal, Helen jelas tak ingin lagi berada di sana. Helen mencoba untuk berdiri tapi lagi-lagi Dre menariknya hingga jatuh di atas tubuh Dre.
Brukk
"Setidaknya aku sehat, benihku kualitasnya premium..."
"Hentikan!" pekik Helen menyela.
"Namamu Helen kan? bagaimana kalau rekaman cctv di hotel itu aku pilihkan lagi. Kira-kira..."
"Kamu menggertakku?" tanya Helen menyela lagi.
"Tidak, aku benar-benar ingin menjadi simpananmu"
Helen mencoba untuk bangkit. Dan kali ini dia benar-benar mendorong Dre dengan sangat keras.
"Aku tidak punya uang!" ujar Helen segera memindai sekitarnya untuk mencari tasnya.
"Minta saja pada suamimu. Katakan saja, kamu sudah dapat benih yang bagus. Dan kamu butuh menafkahi pria itu seratus juta sebulan!"
Helen yang sudah menemukan keberadaan tasnya, tak bicara lagi dan langsung saja pergi dari hotel itu.
Dre bangkit dan duduk di tepi tempat tidur. Pria itu tidak tampak marah. Tapi malah terkekeh.
"Dia tidak sekaku yang terlihat!" ucap Dre sambil terkekeh pelan.
Dengan langkah kasar, dan cepat. Helen meninggalkan hotel dimana Dre menginap. Dan jaraknya dari apartemen juga tidak terlalu jauh. Namun baru juga membuka pintu apartemen. Dia sudah di suguhkan pemandangan yang membuatnya kesal.
"Darimana saja kamu? cepat buatkan aku sarapan!"
Helen mendengus kesal. Bisa-bisanya wanita simpanan suaminya itu, dengan pakaian piyama pemberian ibu mertuanya yang di pakai tanpa ijin, dan baru saja Helen masuk, main perintah seenaknya.
***
Bersambung...