BEBAS PROMO
Naya terjebak oleh rencana jahat Crishline senior nya, ia pergi ke kamar hotel yang disana adalah CEO pemilik hotel. Karena tak tahu jika itu pemilik hotel, sikapnya yang tak sopan membuat gadis desa itu menampar nya.
Bagi Devan ini adalah kali pertama ia mendapat tamparan, otak cerdik nya tiba-tiba saja bekerja sangat baik di dalam mobil.
Mami Dashy sudah tak sabar menggendong cucu lantaran setiap kali ia bertemu dengan ibu ibu lainnya selalu saja disinggung mengenai hal itu.
Devan merasa tak sanggup jika ibunya selalu mendesak dirinya agar menikah, dia melakukan pernikahan kontrak dengan Naya setelah proses bujuk nya. Sungguh takdir yang baik hati, menjadikan pernikahan itu penuh dengan cinta.
Bertaburan sedikit bumbu bumbu komedi sebagai pelengkap!
Cerita baru dari authorinstagram : @sofiatus.gans
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OppaSuga26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan
Nenek akan naik ke dalam mobil yang tadi mengantar nya. Dan ini adalah perpisahan mereka. Sebelum naik, nenek mengecup ketiga cucunya sama seperti yang kakek lakukan tadi.
"Nenek pulang, kau jaga dirimu.. saat kembali masuk sekolah jangan membuat ulah lagi!, mengerti!" Nenek memberi cubitan di pipi cucu perempuan nya.
"Kau ini.." Nenek tersenyum melihat wajah cucunya yang tertunduk malu malu, tidak biasanya Sisil bersikap begitu.
"Daaah....!" Nenek melambai tangan saat dia masuk ke dalam mobil. Supir menginjak gas dan mereka pun kembali berjauhan, meski hanya bertemu beberapa jam saja. Itu sudah menjadi keseruan tersendiri bagi Devan dan keluarganya.
"Ibu, aku akan mengantar Airin.. boleh kan?" ujar Andika tersenyum pada ibunya agar di beri ijin. Tetapi malah di balas dengan Dashy yang memutar bola matanya,
"Heem!, pergi saja.."
"Terima kasih!" Andika penuh semangat mencium tangan ibunya sebelum pergi.
Kini tersisa Devan, Naya, Sisil, Dashy dan suaminya.
"Kau...?, tak ingin mengantar Naya??"
"Tidak.. aku tak terlalu mengenal nya, bagaimana jika dia akan menculik ku?"
"Baiklah!, kau tak mengenali nya 'bukan?"
Devan mengangguk tanpa rasa bersalah sedikit pun. Rahman yang berdiri di belakang istrinya hanya bisa memapah kening ketika drama anak dan ibu akan di mulai.
"Besok jemput dia pagi hari!, aku akan memesan kan meja di sebuah restoran!. Kau akan berkencan dengan nya agar kau mengenali nya!"
"Whaaat??" Devan tertawa hambar lalu masuk ke dalam rumah tanpa berkata kata. Rahman pun ikut masuk, dia merasa sikap putranya kali ini tak sopan. Dashy juga merasakan nya, jadi dia menepuk bahu Naya yang sedari tadi tertunduk melamun.
"Maafkan putraku.., sikap nya buruk kali ini"
Naya membubarkan lamunan nya, "Ya?"
'Jadi dia tak mendengarkan ku??, apa yang membuatnya sampai melamun selama ini?'
"Kau sedang memikirkan apa, Naya?"
"Tidak.. hanya saja..."
"Apa??, katakan saja padaku!"
"Aku..., umm... aku tinggal berdua dengan adik ku, nanti saat mami melamar dan membawa seserahan, mana mungkin menyerahkan nya langsung padaku?, itu tidak benar.."
"Lalu??. Apa kau tak punya siapapun selain adik mu??"
Naya tertunduk sedih menahan air mata untuk tidak jatuh, ingin rasanya ia menangis. "Aku, mempunyai bibi.. tetapi dia menetap di Canada.., dia adik tiri ayah, aku takut menghubungi nya.."
Mendengar perkataan Naya, Dashy pun ikut bersedih.
"Kau coba hubungi dulu.., nanti jika tetap tak bisa langsung kirim kan nomor ponselnya padaku!, jangan khawatir kan apapun... nama keluarga ku cukup untuk membuat nya datang!"
Naya tersenyum lega mendengar nya.
"Terima kasih.., mami" Naya langsung memeluk Dashy, dia menangis. Dia benar-benar merasakan sosok ibunya di dalam diri Dashy. Sosok yang hilang selama ini, seseorang yang selama ini ia perankan agar adiknya tidak merasa kehilangan, seperti yang dirinya rasakan.
Sisil yang menyaksikan pemandangan haru itu tak kuasa, jadi dia memilih pergi masuk ke rumah. Dia berlari ke kamar nya dan membanting dirinya sendiri ke atas ranjang. Dia memeluk bantal dan menangis, menangis betapa tidak tahu bersyukur dirinya selama ini.
"Eeh.., jangan menangis lagi!, sudah!" Dashy melepaskan Naya yang memeluknya erat.
"Jangan menangis.. tak semua berhak mendapat tangis mu!, ingat!" Dashy menguatkan Naya berbeda dari kebanyakan orang.
"Karena Devan tak ingin mengantar mu maka biarkan Mayang mengantar mu sampai di rumah, bagaimana??"
Naya mengangguk kikuk, dirinya masih sedih dan mencoba untuk berhenti menangis dengan menghapus air matanya. "Dengar!, kau harus kuat!. Jika tidak siapa yang akan menguatkan adikmu?!, semangat!!"
Dashy kemudian berteriak memanggil Mayang. "Mayaaaaaang...!!"
Mayang dari belakang rumah segera berlari keluar memenuhi panggilan majikan nya yang berdiri di depan pintu rumah. "Iya nyonya?"
"Kau antarkan Naya pulang!, aku tak visa menemani!, aku harus mengatur seserahan untuk dua hari lagi, itu akan menguras banyak tenaga"
"Baik nyonya" Mayang mengangguk.
"Tanyakan pada supir, dan pinjam mobil!, aku ingin kau sendiri yang mengantar nya!. Aku merasa risih jika supir laki-laki yang mengantar nya.."
"Saya mengerti nyonya, saya pamit.. akan mengambil mobil nya terlebih dahulu. Anda bisa masuk sekarang, jangan khawatir kan nona Naya" ucap Mayang lemah lembut.
"Naya, jangan khawatir!, dia pelayan pribadi ku. Juga kepala pelayan, dia sangat baik, aku masuk dulu!, muaachh"
Naya mengangguk. Pada akhirnya walau Devan tak mengantar Naya, Naya tetap dapat pulang meski seorang kepala pelayan yang mengantar nya.
"Umm.. tidak perlu mengantar ku ke rumah.. aku ingin bertemu dengan adik ku di rumah sakit, kau tidak keberatan kan?"
"Tidak perlu canggung seperti itu nona.. saya akan mengantarkan nya" Mayang tersenyum dan mengemudi mobil ke arah yang Naya beritahu. Naya tiba di rumah sakit, mobil yang dibawa Mayang berhenti dan Naya turun.
"Terima kasih.., hati hati di jalan, Mayang" ucap Naya tersenyum lebar. Naya berlari masuk ke rumah sakit, dia pergi ke kamar adiknya. Diatas tempat berbarinya, Reihan sedang duduk memainkan ponsel nya. Naya langsung memanggil adiknya begitu dia membuka pintu.
"Rei?!. A-a.. Ss- siapa yang membantu mu?"
"Aku bisa melakukannya sendiri kak, cepat sekali kau kembali.., apa ada masalah?"
"Tidak.." Naya beranjak dari tempat dia berdiri dan duduk di sofa panjang yang jauh dari adiknya.
Suasana menjadi hening karena Reihan adik dengan ponsel nya. Dia sedang menonton film favorit nya. Naya hanya diam, melihat tingkah adiknya yang terkadang tertawa, terkadang gemas, terkadang tersenyum sendiri. Itu terlihat seperti dia baik baik saja, tak melakukan operasi apapun.
"Rei?, ermm..."
"Ada apa kak?, kenapa kau terlihat berbeda?"
"Rei, aku besok akan berkencan.., kau baik-baik saja kan jika ku tinggal?"
"Berkencan..?!"
Naya mengerjap terkejut adiknya tiba-tiba meninggikan bicaranya.
"Kak!, apa kau serius??. Memangnya kau tahu apa itu kencan?, lalu dengan siapa kau akan berkencan?!. Jika itu orang lain maka aku akan memberi tahu kak Devan sekarang juga!"
"Aku hanya berpamitan dengan mu, kenapa kau mengatakan yang tidak tidak?, tenang saja.., aku berkencan dengan Devan. Tapi aku takut terjadi sesuatu dengan mu, aku ingin menolaknya.. tetapi itu tidak bagus!. Aku bingung, jika aku keluar siapa yang akan menjaga mu??, aku tidak mudah percaya kepada siapapun.."
"Jangan sedih kak!, aku akan pulang lusa!. Kakak tidak perlu berfikir aneh aneh. Aku sudah merasa baikan saat ini.., mungkin besok akan lebih baik lagi"
Naya tersenyum melihat adiknya senang. Malam ini Naya pulang dan tidur di rumah nya, rupa rupanya Dashy sudah mengirim seseorang untuk menemani Reihan di ruangan nya tadi sore. Sehingga Naya dapat bermalam di rumah nya dengan tenang.
Pagi yang indah pun datang menyapa, Naya membuka matanya dia bangun kemudian pergi ke kamar mandi. Dia membersihkan diri, lalu keluar untuk berganti pakaian.
Begitu melihat lemari, dia bingung. Pakaian apa yang harus di pakai nya kali ini. Melakukan kencan dengan seorang pria tidak akan memakai pakaian sembarangan, kan??. Apa lagi lelaki kaya raya seperti Devan, jika membuat kesalahan maka itu akan mencoreng namanya.
"Sudahlah.. jangan terlalu memaksakan.., pakai apapun itu asalkan sopan dan tidak mengganggu sudah bagus!"
Naya mengambil pilihan nya dan berganti, dia menunggu di depan rumahnya. Menunggu Devan datang dengan mobilnya. Kemudian dia teringat akan sesuatu. "Bukankah aku harus mengirimkan nomor bibi kepada mami??, astagaa... aku lupa semalam.."
Naya mengutak atik layar ponselnya menggunakan jari jarinya. Dia mengirimkan ke Dashy nomor bibi nya, saat hendak menambahkan caption. Mobil Devan berhenti di depan nya.
"Sedang apa??, ayo masuk!"
"Baik " Naya segera memsukkan ponsel nya ke dalam tas lalu dia masuk ke dalam mobil. Dia duduk di bangku belakang Devan, Devan melihat dari pantulan cermin persegi panjang berkerut kening tak mengerti kenapa Naya duduk di belakang. "Hei!, kenapa kau duduk disana?, memangnya ada apa??"
"Tidak, kita belum menikah.. aku sedikit khawatir"
Devan memutar bola matanya malas, dia menginjak gas dan melaju. Kendaraan terus melaju secara normal, tetapi tiba-tiba ada bebek yang menyebrang bersama anak anak nya, seketika itu pula Devan langsung menginjak rem. Sampai kening Naya terpentuk pada bagian belakang kursi Devan.
"Aauw..!" Seru Naya.
"Eeh!, maaf.. kau baik-baik saja?" Devan membantu Naya, lalu Naya menatapnya.
"Aku baik-baik saja.., bisakah kau lebih berhati hati??"
Devan terdiam, sepertinya dia jatuh ke dalam pesona Naya. Dia diam menatap dalam mata coklat Naya. Terlihat sangat cantik dengan pakaian yang sederhana, benar-benar langkah. Dia nyaris tak sadar jika Naya lah yang akan menjadi pendamping hidupnya dalam satu pekan yang nenek tentukan kemarin.
"Halo??" Naya mengayunkan tangannya di depan wajah Devan.
Devan mengerjap dan berpura-pura tak terjadi apapun pada dirinya. "Ya!, aku akan lebih berhati hati!, kau tenang saja.."
Naya mengangguk. Suasana ramai nya restoran besar yang Dashy pilih, benar-benar terasa bahkan dari luar. Walaupun malas dengan keramaian, Devan tak mempunyai cara lain untuk menolak ibunya jadi dia masuk ke dalam dengan menggandeng tangan Naya. Naya nampak seperti seorang anak kecil yang di gandeng oleh ayahnya.
Siapa sangka, saat Devan masuk ke dalam restoran. Ada seorang aktor yang sedang naik daun datang untuk makan disana. Sehingga memicu keributan dari para penggemarnya, teriakan dari segerombol orang itu adalah gangguan fatal bagi Devan yang suka dengan ketenangan.
Sekumpulan penggemar itu berlarian dan menyenggol nyenggol para pelanggan. Dan itu membuat Devan mendorong Naya sampai punggungnya menyentuh dinding, dia mengurung Naya dengan kedua lengan nya.
Jantung Naya berdegup kencang, ini kali pertama dia dengan seorang lelaki bersama dengan jarak yang sangat dekat. Apalagi bau wangi dari Devan yang memabukkan para gadis. Naya tk bisa memberontak, yang sebenarnya Devan sedang melindungi nya dari kerumunan begitu banyak orang.
Ini kali pertama Devan melindungi seorang gadis bukan dari keluarganya. Tak ada lagi hentakan langkah kaki dari banyak orang, mereka telah duduk kala aktor itu duduk di meja nya, bahkan meja Devan dan Naya yang telah di pesan oleh Dashy.
Devan melepaskan Naya dari kurungan lengan nya, "Terima kasih.."
"Sama-sama. Disini sudah penuh, ayo kita pindah!" Devan meraih tangan Naya dan kembali berjalan di depan Naya. Dia masuk ke dalam mobilnya lagi.
"Kita akan kemana?"
"Ke pusat perbelanjaan kota!, kita bisa berjalan jalan dan berbincang disana. Selain ada banyak tokoh, suasana juga sangat damai untukku. Aku yakin kau akan suka juga"
"Baiklah"
🍵
Naya sedang berganti di tempat yang hanya di batasi oleh kelambu. Devan sedang menunggu dengan beberapa pilihan pakaian di tangan nya. Selain itu, dia juga sedang memainkan ponselnya. Dia hendak memotret ala ala aesthetic dari berbagai sudut.
Naya sedang berganti pakaian yang Devan pilih kan karena terlalu lama, Devan memanggilnya. "Naya?, apa kau masih hidup disana??. Apa kau pingsan??"
"Tidak, tunggu lah sebentar lagi.."
Devan mulai mengarahkan kamera ponselnya ke kelambu Naya yang berwarna putih bersih, kemudian Naya menimbulkan kepalanya. Dia tersenyum,
"Kau menunggu ku disini sejak tadi?. Ayo minggir lah!. Aku akan keluar"
Devan terlanjur menekan dan menangkap wajah Naya tak sengaja. Lalu dia minggir dan membiarkan Naya keluar.
"Aku rasa pakaian pilihan mu ini... aku mulai menyukai nya"
"Ya, itu bagus untuk mu. Apa kau lapar sekarang?"
"Iya, sedikit.."
"Baiklah. Karena kau menyukai pilihan ku maka pakaian ini tak perlu lagi di coba, dan ukuran nya juga sama"
Naya diam, "Sudah pergi lepas pakaian itu jika kau ingin membungkus nya. Tapi jika kau jangan langsung memakainya-"
"Aku akan melepas nya!" Naya masuk kembali ke dalam kelambu dan melepaskan pakaian itu lalu melipat nya.
UNTUK PERMINTAAN MAAF CHAPTER UDAH EKE PANJANGIN. DI LIKE YAH SAHABAT😘❤❤
kalau ral pasti kabur ga bakal mau ketemu sma keluarganya
malah tambah murka
tapi sayang hanya dunia ilusi apapun di bisa kan
jadi imaginasinya hikang entah kemana
Salam kenal dari cerita ku😊😊😊😊
~ Adikku Sayang Adikku Malang
~ Sungguh Tak Terkira
Semangat berkarya untuk kita semua🤜🤛
Semangat💪💪