Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Happy Reading
####
Alicah bersenandung ruang mengikuti alunan lagu yang ia putar dihandphone dan disambungkan menggunakan handset ditelinga.
Alicah melewati segerombol ibu-ibu yang sedang asik bergosip didepan rumah salah satu warga. "He Coba kalian lihat perempuan itu," Tunjuk salah satu dari mereka menggunakan dagu dan Matanya.
"Diakan menantunya Si Sekar," Ucap yang lain.
"Dasar orang kota ya, gak tau adab, masa dia gak nyama kita," Kompor salah dari mereka yang rumahnya tepat didepan rumah Pandu.
"Lagian, lihat aja pakaiannya, gak sopan banget, untung anakku gak nikah sama perempuan kayak dia." Dan mereka masih asik terus bergosip. Alicah merasa seperti ada yang memperhatikannya. Ia menoleh kebelakang dan benar para ibu-ibu menatapnya dengan pandangan tak suka.
"Dasar orang kampung, kerjaannya cuman urusin hidup orang, gue yakin pasti mereka lagi ngomongin gue," gerutu Alicah melanjutkan perjalanannya.
"Yang saya lihat ya Mbak, Dia selalu beli makanan di Toko anaknya Pak Haryo,"
"Disana kan mahal harganya,"
"Itu aja dia pasti mau kesana,"
####
Di Provinsi Sumatra Selatan tepatnya di kota Palembang terlihat pasangan suami istri yang sedang membicarakan hal yang serius.
"Pah, Mama rindu Alicah," Iriana sangat merindukan putri semata wayangnya itu.
"Papa juga rindu sama Alicah sayang, tapi mau bagaimana lagi kita harus melakukan semua ini," Danu memberi pada Iriana sambil mengelus punggung istrinya.
"Aku takut kalau putri kita nanti tau semuanya, ia akan benci sama kita mas," ujar Iriana mengungkapkan isi hatinya. is merasa khawatir dengan putrinya itu, karena ia tahu kalau hidup di desa pasti sangat menyulitkan putri manjanya.
"Pokoknya kita harus percaya dengan Pandu mah, apalagi sekarang Pandu sudah jadi suaminya Alicah," Iriana mengangguk mengerti dalam pelukan Danu.
#####
Kembali dimana Alicah sudah sampai di toko makanan. ia bingung melihat toko masih tutup.
"Tumben nih toko masih tutup jam segini," Gumamnya merasa bingung. Alicah memeriksa sekitar dan ia hanya melihat suasana yang sepi.
Ia di kagetkan dengan seorang karyawan toko yang keluar dari pintu samping,
"Eh mbak Alicah," Sapanya Ramah.
"Bikin kaget aja," Gerutu Alicah kesal dan hanya dibalas cengiran oleh wanita didepannya. Siska adalah salah satu karyawan ditoko nakanan itu. ia juga adalah sepupu dari Pandu sendiri,ayah pandu adalah adik dari simbok. makanya ia sedikit agak dekat dengan Alicah,
"Kenapa tokonya masih tutup Sis?" Tanya Alicah pada sepupu suaminya itu,
"Ohh Toko ini gak bakalan buka lagi mbak, lagi ada masalah sama keuangannya, ini aja Siska udah diberhentikan mbak," Ucapa Siska menjelaskan.
Mendengan penjelasan Siska, Alicah kaget samapai matanya membola, kalau toko ini tutup ia makan apa sekarang.
"ishh kok tutup sih, gue kan selalu beli makanan disini," Gerutunya.
"Mau gimana lagi Mbak, Pelanggannya kan terbilang cuman Mbak. orang sini mana ada yang minat makanan begituan,"
"Ya udah deh, gue pergi dulu," Alicah melangkah pulang kerumah dengan lemas, ia tadi suda sangat untuk membeli makanan yang sama seperti yang ia beli semalam, namun ia harus menelan kekecewaan. Sekrang ia dilanda kebingungan, "Dimana gue bisa dapat makanan coba, tu toko kenapa harus tutup sih," Alicah menggerutu kesal sepanjang perjalanan, ia menendang baru krikil saking kesalnya.
Ia sudah sampai dirumah pandu, Alicah membuka pintu tampa mengucap salam.
"Biasain ucap salam saat masuk rumah," tegur Simbok yang duduk diruang tengah bersama tamunya.
"Kamu ini diajarin gak sih gimana ada masuk rumah?" Omel Simbok, Alicah hanya diam menatap malas pada dua manusia didepannya, apalagi melihat senyuman puas dibibir wanita yang duduk disamping mertuanya. yang bertamu kerumah adalah Nari. ia datang setengah jam yang lalu tepatnya setelah Alicah keluar. Ia beralasan memberi simbok oleh-oleh dari kota yang dibawah oleh ayahnya saat dinas. Ayah Nari adalah seorang kepala desa. jadi karena hal itu membuatnya jadi besar kepala.
"Maaf," Satu kata yang Alicah ucapkan tidak iklas, ia meninggalkan keduanya memasuki kamar, Alicah membuang nafas kasar mendengar Simnok yang masih mengomel di ruang tengah, ia merebahkan tubuhnya di kasur, "Lapar banget gue," gumam Alicah, tak terasa ia sudah tertidur nyenyak tak mempedulikan lagi suara simbok dan Nari yang kedengaran sampai di kamarnya.
####
Pandu baru selesai dengan pekerjaannya tepat pukul tiga sore, ia akan bergegas pulang agar sempat shalat ashar berjamah di masjid.
"Pakde, Pandu pulang duluan," Pamit Pandu pada Ayah Siska, dan dibalas anggukan oleh pakdenya yang masih mengistirahatkan tubuhnya di pondok. Pandu dan Pakde memakai pondok yang sama dan pakdelah yang membangun pondok ini. diperjalanan Pandu berpapasan dengn Nari. "Eh mas Pandu," Nari menunduk malu-malu di hadapan Pandu. sedangkan pandu manaikkaan alis merasa abeh melihat kelakuan Nari. "Mas mau pulang ya?" Tanya Alicah dengan nada yang dilembut-lembutkan, seandainya ada Alicah disana ia pasti akan sangat muka mendengar suara Nari itu.
"Hmm," hanya dibalas deheman oleh pandu, tampa berpamitan pandu melanjutkan langkahnya menuju rumah, Ia tau kelakuannya tidak sopan begitu, tapi ia tidak mau Nari salah paham atas sifatnya jika ia berbicara lembut kepada gadis itu, ia sadar sekarang ia sudah menjadi suami dari wanita lain, mengingat hal itu sudut bibir Pandu terangkat keatas menampilkan senyum mengingat istri nakalnya.
Ia sudah tidak sabar sampai dirumah untuk bertemu dengan Alicah. Taka lama kemudian ia sudah sampai didepan rumahanya, tak lupa ia mengucap salam sebelum memasuki rumah
"Assalamu'alaikum" Pandu membuka pintu rumah ia tak mendapati siapapun di ruang tengah, ia memutuskan masuk ke kamar mungkin istrinya ada disana, dan tebakannya tidak meleset, ia mendapati Alicah tidur dengan nyenyak menggunakan kipas angin. Pandu mendekat dan menatap wajah Alicah intens, ia mngamati wajah cantik Alicah mulai dari mata buku mata yang lentik walaupun matanya tertutup, hidung mungil yang terlihat mancung dan turun hingga ke bibir ranum Alicah Pandu menelan ludah kasar menatap bibir istrinya itu. ada keinginan dalam dirinya untuk mencicipi bibir istrinya, tampa sadar wajah Pandu sudah dekat dengan wajah Alicah hampir saja bibir mereka bertemu jika Alicah tidak mengganti posisi tidurnya.
Kesadaran Pandu kembali, ia merutuki dirinya yang tergoda menatap wajah wanita itu lebih tepatnya gadis karena mereka belum pernah melakukan ibadah suami istri. ia memilih keluar kamar sambil membawa handuk untuk mandi dan menjernihkan pikiran. Tidak munafik Pandu kadang sangat tersiksa saat tidur disamping Alicah, apalagi kasar tampa sadar Alicah memeluk tubuhnya. yang lain dalam tubuhnya bangkit tampa bisa ia kendalikan. dan karena itulah kadang Pandu memilih mandi walaupun tengah malam. ia tidak mau memaksa Alicah dalam hal itu. ia akan menunggu Alicah mencintainya.
Bersambung.....
Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklum ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** 😊🥰🥰