Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buang Saja
Kanza berjalan menyusuri trotoar untuk pulang setelah memeriksakan dirinya ke dokter seperti bulan- bulan sebelumnya. Sepanjang jalan Kanza tersenyum dengan mengusapi perutnya yang membuncit. Tak terasa waktu berlalu sangat cepat dan kini usia kandungannya memasuki usia 7 bulan. Dia masih bekerja di balik meja kasir klub malam William. Bukan karena mau, tapi karena tak ada pilihan lain. Sebenarnya beberapa kali Kanza menerima panggilan kerja dari perusahaan yang dia masukan CVnya, namun begitu tahu kondisi Kanza yang tengah hamil mereka membatalkan pekerjaannya.
Karena itu Kanza memilih bertahan sebab bagaimana pun dia membutuhkan uang untuknya dan juga untuk persiapannya melahirkan sekitar dua bulan lagi.
Bukan tanpa masalah Kanza bekerja di sana dalam kondisi hamil. Banyak cemohoan dari sekitar, namun Kanza tak bisa berbuat apapun karena hampir semua perkataan mereka benar.
Dia hamil tanpa ayah.
Dan meskipun dia tak nakal, dia memang bekerja di klub malam demi uang dimana tempatnya orang-orang nakal.
Jadi, Kanza biarkan saja apa yang mereka katakan.
Langkah kaki Kanza terhenti saat melewati toko perlengkapan bayi. Kanza teringat jika dia belum memiliki peralatan apapun untuk bayinya. Jadi, dengan detak jantung yang bertalu Kanza memasuki toko tersebut.
Saat masuk Kanza di suguhkan dengan pemandangan yang membuatnya tersenyum. Sepanjang mata memandang dia bisa melihat peralatan bayi mulai dari pakaian, sepatu, bahkan ranjang khusus bayi yang indah.
Kanza menyentuh satu persatu dengan lembut seolah takut merusak permukaan kain yang dia sentuh saking lembutnya pakaian tersebut.
"Permisi?" Kanza memanggil seorang pelayan. "Bisakah aku melihat yang disana." tunjuknya pada pakaian bayi berwarna biru yang tergantung di atas.
"Baik, akan saya ambilkan," ucap pelayan yang dengan segera mengambil pakaian yang Kanza tunjuk.
"Kainnya lembut," ucap Kanza.
"Benar, Nyonya. Sebab kami mendesain ini khusus untuk bayi yang memang masih memiliki kulit yang lembut dan tipis."
Kanza tersenyum, namun saat melihat harga yang tertera senyum Kanza menghilang. "Benar, harganya sudah menjelaskan." Kanza meringiskan senyuman. "Maafkan aku." Kanza segera menyerahkan kembali pakaian di tangannya membuat si pelayan mencebikkan bibirnya.
"Kenapa bertanya kalau tidak punya uang," gerutunya, namun masih terdengar oleh Kanza.
Kanza menghela nafasnya dalam. "Kita akan membeli yang lebih murah, tapi tentu saja layak untukmu," ucap Kanza dengan mengusap perutnya.
Tanpa Kanza tahu seseorang memperhatikan apa yang terjadi di balik jendela mobil yang dia tumpangi.
"Belikan apa saja peralatan bayi yang lengkap dari toko itu," ucapnya.
Tarran menolehkan kepalanya ke samping jalan dimana terdapat toko perlengkapan bayi. "Baik Tuan," ucapnya masih dengan mengerutkan keningnya karena heran. Untuk apa Tuannya membeli perlengkapan bayi. Setahunya Nyonya Deby juga tidak sedang hamil. Apalagi jika itu anak Tuannya. Tidak mungkin!
Namun rasa penasaran Tarran langsung terjawab saat pria di belakangnya kembali bersuara. "Kirimkan semuanya pada Kanza."
Tarran menoleh. "Saya akan melakukannya setelah mengantar anda."
"Lakukan sekarang, aku akan menunggu disini."
Tarran kembali berwajah terkejut, namun dia segera turun dari mobil dan pergi ke arah toko tersebut.
Daegan melihat ke arah kepergian Kanza, lalu ke arah toko perlengkapan bayi. "Untuk apa aku melakukannya?" gumamnya pada diri sendiri. Entah kenapa melihat Kanza keluar dengan wajah murung Daegan tidak suka, apalagi melihat tatapan mencibir dari pelayan Daegan seperti merasa sakit hati. Dia tak bisa mendengar apa yang pelayan itu katakan, hanya saja melihat gerak bibirnya Daegan bisa tahu jika pelayan itu tengah mengejek Kanza.
Daegan mengerutkan keningnya saat melihat Tarran kembali tanpa membawa apapun, lalu mengetuk kaca jendelanya. "Pelayan itu bertanya, untuk anak laki-laki, atau perempuan, Tuan?" Daegan tertegun dengan wajah yang berpikir keras.
"Laki-laki, atau perempuan?" gumamnya. Kenapa pertanyaan itu justru seperti menyentil hatinya, seolah ketidak tahuannya tentang jenis kelamin bayi Kanza adalah kesalahan besar. Perasaan apa ini?
"Haruskah aku tanyakan pada Nona Kanza, Tuan?" tanya Tarran.
"Tidak perlu. Belikan saja semuanya. Jika tidak terpakai dia bisa membuangnya." Daegan memalingkan wajahnya mengingkari perasaan tak nyaman dihatinya.
"Baik, Tuan." Tarran kembali ke dalam toko dan membeli dua warna yang cocok untuk laki-laki dan perempuan.
....
Sementara itu Kanza memilih berjalan- jalan dengan memakan eskrim di tangannya. Duduk di taman, lalu memakan camilan sambil menikmati suasana dimana banyak anak- anak bermain, lalu pulang di sore hari.
Saat tiba di rumah Kanza tercengang melihat sebuah mobil menurunkan dua ranjang bayi dengan warna berbeda, kereta dorong juga banyak paper bag entah berisi apa.
"Ada apa?" Kanza menghampiri Mia yang sedang terkejut melihat barang- barang masih di keluarkan dari dalam mobil.
"Kau belanja sebanyak ini?" tanyanya dengan menyerahkan nota di tangannya.
Kanza mengerutkan keningnya. "Aku ingin melakukannya, tapi aku tidak mungkin memiliki uang sebanyak ini." Kanza jelas terkejut melihat nota di tangannya.
"Lalu?"
Kanza terdiam begitu pun Mia, hingga keduanya dengan cepat berjalan ke arah kurir yang mengantar. "Maaf, Pak. Kau pasti salah kirim. Aku tidak membeli ini." Kanza segera menghentikannya untuk menurunkan kembali barang dari dalam mobil.
"Salah?" Sang kurir mengambil nota di tangan Kanza. "Kau Kanza Odelia?"
"Ya, tapi, aku sama sekali tidak memesan ini. Tolong bawa kembali semuanya."
"Nona, jangan mempersulit aku. Aku hanya mengantar, dan ini alamat rumah yang tertera, juga nama anda Kanza Odelia."
Kanza dan Mia kembali saling menatap. "Lalu siapa yang mengirimkan ini?" tanya keduanya.
Kurir melihat nota di tangannya, dan menggesernya ke bawah. Karena saking banyaknya barang yang dia antar, nota tersebut mencapai panjang hampir dua meter. "Disini tertulis Tuan Daegan Ethan," ucap Si kurir.
Kanza tak bisa menutupi rasa terkejutnya, begitu pun Mia. "Sungguh?" tanya Mia, dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Kanza.
Tentu saja dia tak tahu.
"Oh, aku juga mendapat pesan dari pengirim. Katanya dia tak tahu jenis kelamin bayinya, jika tidak sesuai, buang saja." Kanza menatap pada tempat tidur dan kereta dorong yang masing-masing ada dua dengan dua warna berbeda. Biru dan Pink.
Dan apa katanya? Buang saja. Semudah itu pria itu mengatakannya, seolah apa yang dia beli tak ada artinya. Padahal Kanza tahu berapa harga satu pakaian bayi dengan merk tersebut, sebab toko ini adalah toko yang tadi dia masuki yang harganya sangat mahal.
"Tunggu, Tuan. Bisakah kau masukan lagi semuanya? Aku akan mengembalikannya."
"Tapi, Nona barang- barang yang sudah di beli tidak bisa di kembalikan."
"Kenapa begitu? Bukankah ini juga belum aku sentuh?"
"Tidak bisa, Nona. Pesanan ini dalam jumlah besar. Jika kau mengembalikannya, toko kami akan mendapat kerugian."
"Kalau begitu antarkan ini pada pria yang membelinya!"
berantem2 yg manis..🤭
semangat💪🏻
makin seru aja bikin penasaran kelanjutanya🥰