Merantau ke kota bukannya mendapat ketenangan Alletta malah dikelilingi 3 pria aneh dan menyebalkan. Namun, di balik itu semua, dia diuntungkan karena mereka mau membiayai semua kebutuhannya. Alletta tidak munafik, uang adalah segalanya.
"Katakan apa yang kamu mau, saya pasti akan mengabulkan semuanya."
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Ceklek
"Hai."
Alletta menatap bingung Reygan yang berdiri di sana.
"Pak Reygan, ada apa?" tanyanya, ia menyingkir dari ambang pintu dan mempersilakan Reygan masuk.
"Mau ajak kamu makan malam."
"Tiba-tiba banget? Kok gak ngabarin dulu?" Keduanya duduk di sofa.
"Saya gak sempat. Baru pulang kerja," balas Reygan sambil melepas jasnya.
"Kalau gitu makan malam di sini aja, biar aku yang masak. Gimana?" Alletta memberi saran. Tidak Keandra tidak Reygan sama saja gemar mengajaknya makan malam.
"Pesan aja, nanti kamu capek," ujar Reygan, dia bersiap memesan makanan tapi Alletta segera mencegahnya.
"Gak usah, Pak. Biar saya aja yang masak, sayang banget bahan dapur gak kepake nanti." Alletta mengambil ponsel Reygan dan meletakkannya di atas meja depan mereka.
Wajah Reygan terlihat sangat lelah. Entah apa yang ada di pikiran pria itu, bukannya langsung pulang malah melipir ke apartemen Alletta.
"Kenapa Pak Reygan gak pulang aja? Maksud saya, kenapa Bapak pake ke sini dulu? Bukannya istirahat di rumah."
Reygan menatap mata Alletta dengan dalam. Wajahnya terlihat bimbang. Dia menunduk sambil memijat pelipisnya.
"Ada masalah," jawabnya.
Alletta terdiam, menunggu Reygan melanjutkan ucapannya.
Reygan mengangkat wajahnya kembali menatap Alletta, ia tersenyum tipis melihat wajah polos gadis di depannya ini.
"Masalah keluarga?" tanya Alletta hati-hati.
"Cuma sama ayah saya, Alletta," jawab Reygan. Dia sedikit menjauh dari Alletta, lalu tanpa permisi dia merebahkan tubuhnya dengan paha Alletta sebagai bantal.
Alletta tersentak kecil. "P-pak?"
"Sebentar aja, saya mau istirahat." Reygan menarik tangan Alletta agar mengelus rambutnya.
Gadis ini sangat berpengaruh besar terhadapnya. Sungguh, meskipun pernah pacaran, Reygan tidak pernah merasa senyaman ini sebelumnya. Alletta benar-benar seperti malaikat.
Alletta menurut, dia mengelus surai hitam legam itu dengan lembut.
"Saya gak tau masalah Pak Reygan sama ayah Bapak, tapi, jangan sampai Pak Reygan kurang ajar sama beliau. Bagaimanapun juga, beliau itu orang tua Pak Reygan," ujar Alletta dengan suara lemah lembut nya.
Alletta merasakan Reygan menganggukkan kepalanya. Sepertinya masalah yang menimpa Reygan sangat serius, Reygan tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Jangan tidur dulu, Pak. Pak Reygan belum makan, nanti sakit," peringat Alletta saat melihat Reygan nyaman di pangkuannya.
Gadis itu lupa akan peringatan Keandra.
Reygan terkekeh, dia pun bangkit dari tidurnya. "Makasih," ujarnya. Sedangkan Alletta hanya mengangguk sebagai balasan.
"Ayo masak, saya bantu kamu," kata Reygan.
"Eh gak usah, biar saya aja, Bapak istirahat di sini," cegah Alletta.
"Nggak apa-apa, saya lagi pengen bantu kamu. Ayo."
Reygan menggulung lengan bajunya sampai siku, begitu pula dengan 3 kancing baju teratas yang dia buka.
Alletta menghela nafas, pada akhirnya dia pasrah. Daripada berdebat, lebih baik segera masak agar tidak semakin larut.
Mereka bagi tugas, Reygan yang memotong sayur, Alletta yang memotong ayam. Malam ini, mereka akan membuat sup ayam.
Tiba-tiba...
"Alletta."
Suara itu membuat Reygan dan Alletta terkejut. Tanpa sengaja tangan Alletta terkena panci panas untuk merebus air. Gadis itu memekik membuat Reygan langsung menghampirinya. Begitupun dengan Keandra, si pelaku yang membuat terkejut.
Reygan bergerak cepat membasuh tangan Alletta dengan air di wastafel.
"Maaf saya gak sengaja," ucap Keandra. Dia mendorong tubuh Reygan dan menggantikan posisi pria itu.
Reygan menatap sinis Keandra, dia berdecak.
"Bapak kenapa bisa masuk?" tanya Alletta di sela ringisan nya.
"Kamu lupa kalau kamu yang kasih password apart kamu ke saya?" balas Keandra.
Reygan kembali setelah mengambil obat oles luka bakar yang dia temukan di laci meja dapur. Pria itu mendorong tubuh Keandra dan langsung mengelap tangan Alletta dengan tisu, lalu mengoleskan obat tersebut.
Kali ini Keandra yang berdecak. Dia menatap sinis Reygan yang memegang tangan Alletta.
"Sakit?" tanya Reygan membuat Alletta mengangguk.
"Sedikit."
Reygan melayangkan tatapan tajam pada Keandra dan dibalas tak kalah tajam oleh pria itu.
"Udah gak apa-apa, Pak." Alletta meniup tangannya, ternyata perihnya baru terasa.
"Biar saya yang masak," ucap Reygan.
"Cih, emang bisa?" cibir Keandra.
Alletta menatap pria itu dengan bingung. "Pak Kean ngapain ke sini? Kenapa gak kabar-kabar dulu?"
"Kenapa? Kamu mau berduaan sama curut ini?" tanya Keandra.
Reygan jelas tak terima dengan ejekan itu. "Maksud Anda apa?"
Keandra memasang wajah sok terkejut. "Oh, Anda merasa?"
Alletta menghela nafas. Kenapa mereka tidak pernah akur barang sedetik pun?
"Udah udah," lerai Alletta. "Kalau mau ribut jangan di depan saya, di ring tinju aja sana."
Reygan dan Keandra saling menatap tajam. Saat Alletta hendak memasukkan ayam dalam panci, Reygan langsung mencegah.
"Kamu duduk, biar saya sama Pak Keandra yang masak malam ini," ujarnya.
Alletta melirik Keandra yang melotot, lalu beralih menatap Reygan. "Saya bisa, kok. Ini udah biasa," ujarnya seraya mengangkat tangannya yang melepuh.
Reygan menatap tajam Keandra agar mengiyakan ucapannya. Dengan wajah penuh keterpaksaan, Keandra pun bersuara, "Duduk aja, Alle. Biar saya sama dia yang masak. Jangan membantah!"
Alletta cemberut, pada akhirnya dia duduk di kursi pantry sambil melihat Keandra dan Reygan yang mulai memasak.
"Apinya jangan terlalu besar, Pak, nanti bagian dalamnya gak matang," ujar Alletta memberi arahan.
Keandra bergerak meredupkan api kompor sedangkan Reygan sibuk mencuci kentang, wortel dan sayur yang lain.
Sambil menunggu ayam matang, Keandra bergerak membuka kulkas, dia mengambil air putih di sana lalu membawanya pada Alletta.
"Minum," ujarnya.
Reygan melirik sinis pria itu. Keandra banyak modusnya ternyata.
"Modus," gumamnya yang masih bisa didengar Alletta dan Keandra.
"Iri?" balas Keandra pula.
"Gantengan juga saya."
Keandra melotot mendengar ucapan Reygan. "Ganteng dari mana? Anak kecil juga tau kalau kamu itu jelek!"
Bodo amat kalau tidak formal lagi, Keandra tidak peduli.
"Udah, Pak. Kan saya bilang kalau mau ribut di ring tinju aja," lerai Alletta. Dia merasa seperti mengurus anak kecil yang sedang rebutan mainan.
"Atur jadwal, kita ke ring tinju," tantang Keandra pada Reygan.
"Besok?" balas Reygan.
Alletta terbelalak, kok jadi gini?!
"NGGAK BOLEH! Gak ingat umur ya? Nanti encok siapa yang disalahin?!" kesal Alletta.
"Kata kamu ke ring tinju aja, kan?" Keandra berjalan menuju panci untuk mengecek ayam.
"Kan cuma bercanda," balas Alletta.
"Saya gak suka bercanda sih."
"Pokoknya gak boleh!" Alletta beralih menatap Reygan yang sedang memotong sayur. "Pak Reygan, jangan macam-macam ya!" peringatnya.
"Iya, sayang." Reygan tersenyum tipis, lalu dia kembali fokus pada kegiatannya tanpa melihat reaksi Keandra.
Bugh!
Alletta meringis saat Keandra melempar kentang pada Reygan hingga mengenai kepala.
"Ulangi lagi," ujar Keandra, dia berjalan mendekati Reygan dengan wajah menantang.
"Kenapa? Emangnya kamu siapanya Alletta?" tanya Reygan.
Entah sejak kapan mereka tidak bicara bahasa formal lagi.
Sekali sentakan, Keandra mencengkram kerah kemeja Reygan.
Alletta langsung berlari dan melerai keduanya. Gadis itu mendorong Keandra agar menjauh.
"Jangan gitu!" sentak Alletta. "Kenapa Pak Kean jadi kasar gini?!"
Keandra berdecak. "Minggir kamu, saya mau kasih dia pelajaran!" Ia menunjuk Reygan.
"Pelajaran apa? Matematika?" balas Reygan. Pria itu membalas ucapan Keandra dengan acuh, bahkan dia masih asik memotong sayur.
"Iiihh jangan dijawab!" tegur Alletta pada Reygan.
Keandra memiliki pribadi yang gampang emosi, berbeda dengan Reygan yang selalu menghadapi dengan tenang.
"Dia kurang ajar, Alle. Kamu tega saya diinjak-injak sama dia?" ujar Keandra. Ia berkacak pinggang sambil menatap Reygan dengan kerutan dahi.
"Siapa juga yang injak-injak dia?" gumam Reygan seraya mendengus geli.
"Jangan ambil hati. Udah lanjut masak aja, atau biar aku aja yang masak?" Alletta mendorong tubuh Keandra.
Keandra berdecak, dia menyuruh Alletta duduk kembali, sedangkan dirinya melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Reygan diam-diam tersenyum puas karena Alletta membelanya.
bersambung...
Aletta mbuk?????
kl kthuan kean,alamt d gntung....mna 2 rivalnya dsna pula.....nyri gara2 nih aletta....
nyetir sndri pula....
Cckkk.....kean emng udh bucin akut,mskpn ga mau ngaku sih....
Abs ni,spa lg????
Alamt kean kbakaran kl rivalnya nmbah lg.....🤣🤣🤣
blngnya pcar pura2,pdhl mh bnrn....
mna tau lg kl aletta lmah sm yg nmanya duit.....wkwkwk....
btw,Kean kl nmbak cwek tu yg rmntis dong...ni lg mkan mlah lngsng tmbak aja....
cmburu,trs mrah sm aletta....abs tu mnta maaf.....🤦♀🤦♀🤦♀