Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Mungkin Bercerai Lebih Baik
Mata Alvin akhirnya terpejam setelah minum obat dan beberapa kali mencoba bertahan, Dania menghentikan pijatannya dan membenahi selimut agar suaminya tidur dengan nyaman. Perempuan itu menatap ke arah meja rias, semua persyaratan perceraian ada disana, dia mengambil dokumen-dokumen tersebut lalu mengendap-endap keluar kamar agar tidak mengganggu suaminya.
Dania membawa dokumen itu ke meja makan, dia mencoba membuka dan melihat kembali dan berkata, “Mas Alvin pasti yang naruh disitu, berarti dia sudah tahu kalau aku nggak main-main,”
Perempuan itu merapikan lagi semuanya dan memasukkannya ke dalam map. Dia ingin menaruhnya di meja tetapi, sebuah bel berbunyi, “tumben pagi-pagi ada tamu, siapa ya?” Ungkapnya sambil melihat ke arah jam dinding.
Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, “Ayah? Tumben pagi-pagi kesini? Silahkan masuk!” Kata Dania yang tak menyangka Pak Dhanu datang.
“Katanya Alvin sakit?” Tanya Pak Dhanu yang masuk ke dalam.
“Iya, lagi tidur… duduk, Yah! Mau minum apa?” Tanya Dania
“Teh boleh,” Jawab Pak Dhanu yang duduk dan melihat beberapa foto Alvin dan Dania di meja.
Pak Dhanu melihat seluruh isi rumah yang bersih dan rapi. Aromanya sangat segar dengan parfum aquatic membuatnya merasa nyaman, terlebih sofa yang didudukinya termasuk empuk membuatnya betah berlama-lama.
Dania datang dengan teh hangat dan kue, “Silahkan di minum, Yah!
“Terima kasih!” Jawab Pak Dhanu yang masih melihat beberapa tanaman di ruang tamu tersebut.
“Mau jenguk Mas Alvin di dalam kamar?” Tanya Dania yang masih berdiri dan membawa nampannya.
“Boleh!” Jawab Pak Dhanu yang meminum tehnya dan berjalan ke kamar Alvin.
Lelaki tua itu melihat anaknya terbaring, dengan wajah pucat membuat hatinya bergetar. Walaupun selama ini dia selalu keras dan memaksa kehendaknya, namun saat seperti ini Pak Dhanu tak menahan sedihnya, matanya mulai berkaca-kaca, terutama saat dia duduk di samping anaknya.
“Kamu tidak bawa dia ke rumah sakit? Panas banget loh ini!” Kata Pak Dhanu yang memegang dahi Alvin.
“Tadi udah minum obat, besok mungkin kalau demamnya belum turun, akan aku bawa ke rumah sakit,” Jawab Dani yang bersandar di pintu.
“Baiklah, kamu lebih tahu bagaimana yang terbaik untuk suamimu!” Jawab Pak Dhanu yang beranjak dari kamarnya.
Ketika keluar, mata lelaki itu terusik oleh sesuatu yang ada si meja makan. Dokumen perceraian Dania yang belum dia simpan, di ambil oleh Pak Dhanu yang melihat seluruh isinya, “Apa ini?”
“Itu berkas yang akan saya ajukan, Yah!” Kata Dania yang mendekat dan membiarkan pintu kamar terbuka sedikit.
“Kamu mau menggugat suamimu?” Tanya Pak Dhanu yang mengernyitkan dahinya dan masih memegang salah satu dokumen itu.
“Rencananya, tetapi Mas Alvin sakit… Jadi aku mengurungkannya,” Kata Dania yang melihat kedua bola mata Pak Dhanu.
“Kenapa? Apa kurangnya Alvian, sampai kamu mau berpisah dengannya?” Kata Pak Dhanu dengan nada meningkat.
“Apakah gara-gara video perselingkuhan itu?” Lanjut Pak Dhanu yang mencoba mendekat ke Dania.
“Itu tidak benar! Jangan percaya dengan berita sampah seperti itu!” Katanya lagi seakan tidak mau memberi waktu Dania untuk berbicara.
“Ayah tahu darimana kalau itu tidak benar?” Kata Dania mencoba melawan Ayah mertuanya.
“Ayah punya bukti?” Lanjut Dania yang mendekatkan dirinya ke Pak Dhanu sebagai bukti kalau argumennya benar.
“Aku yang tahu, Mas Alvin mengirim pesan ke perempuan itu dengan mesra!” Kata Dania lagi yang mencoba menahan emosinya.
“Mesra belum tentu selingkuh, bisa aja mereka berdua sangat dekat karena sahabatan sudah lama,” kata Pak Dhanu yang memalingkan tubuhnya ke arah berlawan.
“Tuh kan, Ayah saja ragu mengatakannya, artinya Ayah tidak punya bukti kuat!” Kata Dania yang tangannya mengepal kursi hingga kuku-kukunya menimbulkan goresan walau sedikit.
“Pokoknya kamu tidak boleh bercerai!” Kata Pak Dhanu yang matanya mulai melotot ke arah Dania.
“Kalau saya akan melakukannya, Ayah mau apa? Lagipula Ayah tidak punya hak untuk melarang aku!” Jawab Dania dengan penuh keberanian, walau jantungnya kini berdebar kencang.
Perempuan itu sadar benar yang dihadapannya sekarang adalah Dhanu Arya Wijaya. Pengusaha terkenal yang bisa melakukan apapun menggunakan cara apapun, walau harus mengotori tangannya sendiri.
Sementara itu, dalam benak Pak Dhanu sendiri justru ketakutan. Dia tidak ingin anaknya bercerai dulu dengan Dania, karena misinya sendiri belum berjalan sukses.
Lelaki itu mulai tak tenang, karena tatapan menantunya itu sangat tajam. Bukan hanya menunjukkan keyakinan melainkan tekad membara yang mungkin akan menghancurkan semua rencananya, “kalau begini terus, semua manipulasiku selama ini akan sia-sia,” katanya dalam hati.
“Kamu tahu berhadapan dengan siapa bukan?” Kata Pak Dhanu yang jari telunjuknya menunjuk badan Dania dengan nada manipulasinya.
“Saya nggak pernah takut dengan siapapun, kecuali Allah, Yah!” Kata Dania yang tak pernah gentar walau tangan kirinya kini mulai bergetar.
“Baik, kalau kamu menantang saya, itu pilihan kamu!” Kata Pak Dhanu yang berjalan pergi dengan menabrak Dania hingga perempuan itu hampir terjatuh.
“Ingat Dania! Tidak ada yang bisa menang melawan Dhanu Arya Wijaya! Jadi pikirkan baik!” Kata Pak Dhanu yang berjalan keluar dengan aliran darah yang masih mendidih.
Tanpa sepengetahuan Dania dan Pak Dhanu, Alvin terbangun dan mendengar semua percakapan itu. Dia sandarkan tubuhnya ke pintu dan berpegangan gagangnya sehingga mampu mempertahankan posisinya.
Alvin melihat Dania menangis, dalam dirinya muncul rasa iba, Ayahnya memang sangat keras. Dia merasa kalau semua ini adalah ulah Ayahnya, ingin rasanya menghentikan semua ini, tetapi Alvin selalu tak mampu.
Lelaki itu berjalan perlahan menghampiri Dania. Tanpa ada kata-kata dia langsung memeluknya dengan penuh perasaan, keduanya merasakan kehangat yang selama ini tak pernah didapatkan.
“Maafkan Ayah, lakukan apa yang terbaik menurutmu!” Kata Alvin yang melepaskan pelukannya dan menatap sorot mata Dania.
“Jadi kamu?” Tanya Dania yang tak mampu menyelesaikannya.
Alvin mengangguk dua kali, tak ada kata lagi yang dapat tersampaikan, namun keduanya memahami ke mana hubungan ini akan dijalankan. Alvin kembali memeluk Dania mencoba menenangkannya dan berharap pelukan itu bisa menyampaikan perasaannya saat ini.
“Aku harus bagaimana?” Tanya Dania dalam hati.